Bag 8

6.1K 257 1
                                    

   Rendra memarkirkan mobilnya saat sudah sampai di depan rumah. Segera ia masuk ke dalam rumah dengan menenteng beberapa paper bag di tangannya. Matanya menelisik ke seluruh penjuru ruangan mencari sosok Ayna. gadis itu sedang memasak di dapur dengan bi Minah.

"Aynaa.." panggil Rendra.

"Iya, tuan."

"kamu, ikutlah denganku." ucap Rendra sambil berjalan menuju kamar Ayna.

   Rendra melempar 2 buah paper bag
Yang ada di tangannya ke kasur.

"Setelah ini kamu mandi, dan pakailah baju itu. Aku tunggu 30 menit dari sekarang." ucap Rendra seraya meninggalkan Ayna.

   Ayna diam tak menjawab. Ia mengambil paper bag yang di berikan Rendra dan membukanya. Sebuah gaun berwarna merah menyala dengan ukuran yang begitu minim.

   Ayna meninggalkan gaun yang di berikan Rendra di atas kasur. Ia bergegas mandi, namun ia tak memakai gaun yang diberikan Rendra. Ia memakai sebuah baju terusan yang di berikan bi Minah dengan jilbab merah bata.

   Ayna diam di kamar tak menuruti apa kata Rendra. Ada rasa takut yang menjalari fikirannya karena tak mematuhi perintah sang majikan.

   Hampir 1 jam Ayna tak menampakkan batang hidungnya. Rendra semakin geram dengan kelakukan gadis itu. Ia masuk ke kamar Ayna. Dilihatnya gadis itu tengah duduk di tepi ranjang.

  Ayna tak memakai gaun yang ia berikan, justru memakai baju terusan yang longgar dengan jilbab yang menjulur menutup dada.

   Rendra berjalan cepat, secepat kilat ia tampar pipi gadis itu hingga tersungkur di lantai. Dengan emosi berapi-api Rendra memaki Ayna.

"Sudah berani kamu melanggar perintahku hah?" ucapnya dengan nada yang tinggi.

"Sa..saya tidak mau memakai baju itu tuan, saya tidak bisa."

"Kamu pakai atau aku yang memakaikan baju itu di tubuhmu." Rendra sambil mendongakkan wajah Ayna.

"Kamu pakai sekarang atau aku yang memakaikan dan melihat tubuhmu itu dengan sempurna sayang." lanjut Rendra dengan senyum sinisnya.

   Ayna segera menepis tangan yang hendak menyentuh tubuhnya.
Dengan terpaksa ia mengangguk.

   Rendra keluar sejenak. Sesaat Ayna sudah memakai gaun yang di berikan Rendra. Sebuah gaun berwarna merah menyala dengan ukuran yang minim dan membentuk lekuk tubuh Ayna kini menempel cantik di tubuhnya.

   Rendra melihat dari ujung rambut hingga ujung kaki Ayna. Gadis itu begitu cantik meski tanpa polesan make up sedikitpun.

  Rendra menggandeng paksa tangan gadis itu masuk ke dalam mobil.
Di dalam mobil Ayna terus-menerus menangis. Rendra yang sudah sebal akan hal itu lantas menampar pipi Ayna. Berkali-kali ia tampar pipi gadis itu hingga memerah.

   Ayna menangisi baju muslimah dan jilbabnya yang ia tanggalkan. Ia terpaksa memakai semua itu agar Rendra tak menyentuh tubuhnya. Apalagi memaksanya memakaikan gaun itu dengan tangan Rendra sendiri. Sungguh ia begitu menyesal. Namun penyesalan takkan merubah apa yang telah terjadi.

   Ayna menyeka air matanya yang sudah berkali-kali jatuh dengan derasnya. Rendra menggandeng paksa tangan mungil Ayna masuk kedalam salon.

"Kamu make over sampai cantik ya."

"Oh, dia sudah cantik pak. Di poles sedikit akan menambah kecantikannya itu semakin sempurna ulalaa." ucap salah seorang perias laki-laki yang berlaga kemayu itu.

"Baiklah, semakin cepat semakin bagus." ucap Rendra kemudian mendorong tubuh Ayna ke arah perias tersebut.

   Dengan cakap perias itu memoles wajah cantik Ayna dengan cepat dan tepat. Sungguh kecantikan Ayna memang tak dapat diragukan. Bahkan artis-artis ibukota bisa kalah cantik dengan dia.

   15 menit berlalu, singkat namun hasil yang maksimal. Rendra terkesima melihat Ayna yang bergaun minim dan wajah yang telah cantik dengan make up yang cukup tebal dan lipstik merah menyala senada dengan gaun yang dipakainya. Menggoda. Begitulah yang dipikirkan Rendra saat ini.

   Setelah puas dari salon. Rendra memacu mobilnya menuju sebuah tempat dugem alias diskotik.

  Ayna berjalan dengan sepatu hills yang cukup tinggi yang terkadang membuatnya ingin jatuh karena tak bisa menjaga keseimbangan tubuhnya, maklum ia tak pernah mengenakan hills. Sesekali ia tarik gaun yang minim kain itu kebawah menutup paha mulusnya. Namun semua itu hanya sia-sia.

   Gemerlap lampu yang warna-warni dengan alunan musik yang yang memekakan telinga itu lelaki dan perempuan bergoyang, ada pula yang mabuk dan berduaan dengan wanita-wanita pemandu musik. Suasana yang sangat menyedihkan. Ketika manusia tak mempunyai akal berlenggak lenggok bergoyang dengan yang bukan muhrim. Apalagi wanita-wanita penghibur itu, sungguh menodai kemuliaan seorang wanita.

   Di dalam diskotik Rendra mabuk dan membiarkan Ayna menjadi bahan perhatian orang-orang. Tak sedikit dari mereka yang usil menyentuh dan menyolek tubuh Ayna. Ayna menangis  dan selalu menepis tangan-tangan jail lelaki malam itu dengan tegas. Rendra terus memandangnya dengan senyum puas.
   Seorang laki-laki berkulit putih dan hidung mancung menghampiri Ayna. Dia sudah tergoda akan keelokan tubuh dan paras Ayna. Lelaki itu hendak menyentuh tubuh Ayna. Dengan segera Ayna tepis dan tampar pipinya. Namun lelaki itu justru berbuat nekat. Ia sudah tak kuasa menahan nafsunya. Dengan segera ia peluk tubuh Ayna dalam dekapannya dan menciumnya. Lelaki itu ialah Dennis, sahabat sekaligus asisten Rendra.

   Di sebrang sana. Rendra yang melihat akan hal itu seketika naik emosinya. Dengan segera sebelum si buaya darat itu melancarkan aksinya.Rendra menarik kerah baju Dennis dan menghajarnya.

"Hai bung, aku hanya ingin mencicipi tubuhnya." dengan sedikit mabuk Dennis berkata kepada Rendra.

"Heh Dennis, dengarlah. Dia miliku, kau tak berhak apapun atas dia."

"Tapi dia hanya budakmu, untuk membalaskan dendam kematian orang tuamu. Ayolah izinkan aku menikmati sedikit saja. Dia cantik. Sayang kalau kau bunuh dan aku belum sempat menikmatinya."

"Tutup mulutmu itu atau kau akan tahu akibatnya."

   Rendra menggandeng Ayna menuju mobil. Rendra sudah tak tahan dengan sikap sahabatnya. Ia hanya membuat Ayna digoda oleh para lelaki brengsek. Tapi ia takkan membiarkan siapapun menodai Ayna. Termasuk Dennis, sahabatnya. Entah mengapa hal itu terjadi. Ia sendiri tak tahu apakah itu sebuah rasa cinta atau hanya empati sesaat.

   Setibanya di rumah. Ayna telah tak sadarkan diri sejak perjalanan pulang. Rendra tahu mungkin akibat shok yang berlebihan.
Rendra membawa tubuh gadis itu kedalam kamarnya. Membaringkannya. Sejenak ia amati dengan seksama gadis itu. Cantik. Itu lah yang ada di fikiran Rendra saat ini. Ia tak dapat memungkiri kecantikan wajah Ayna yang oriental.

   Ia beralih menuju tempat kosong disisi kanan Ayna. Dengan setengah sadar akibat mabuk. Rendra meniduri gadis itu yang sudah terlelap tak sadarkan diri.




Mawar PutihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang