Assalamualaikum.
Adakah yang masih setia menantikan kisah Ayna dan Rendra?
Mohon maaf sebelumnya updatenya agak lama, eh lama banget ding😆 dikarenakan kesibukan saya yang tidak bisa ditinggalkan.Bersambung...
Rendra menepikan mobilnya saat sudah sampai di tempat yang ia tuju. Mata Ayna menerawang keluar jendela melihat pemandangan sekitar.
Rupanya suaminya tengah mengajaknya jalan-jalan. Pikirnya dengan hati senang."Sudah sampai, ayo tuan putri kita turun." ucap Rendra setelah melepas sabuk pengamannya.
"Biar mas bukain yang." lanjutnya Sebelum melihat Ayna hendak membuka mobilnya untuk turun.
Rendra menggandeng tangan Ayna, menelusupkan jari-jarinya di sela-sela jari Ayna. Ayna tersipu atas setiap perlakuan manis Rendra kepadanya.
"Kamu suka?" tanya Rendra menghentikan langkah kakinya ketika sampai pada sebuah danau yang indah.
Ayna hanya mengangguk sambil tersenyum manis. Ia berjalan beberapa langkah ke depan sambil merentangkan tangannya, menghirup udara segar sebanyak-banyaknya. Kemudian berbalik dan menatap Rendra kembali.
"Aku suka tempat ini mas. Tempat ini indah, dan keindahan itu tak harus mewah bukan?" ucapnya dengan seutas senyum yang merekah di bibir merahnya.
"Istriku puitis sekali." ucap Rendra mendekatkan tubuhnya ke arah Ayna dan memeluknya dari belakang.
"Mas... Malu ah" ucap Ayna mendongakkan kepalanya kearah Rendra yang tengah menyandarkan dagunya di bahu Ayna.
Rendra justru mengeratkan pelukannya. Tak peduli dengan beberapa orang yang tengah memerhatikan kegiatan mereka berdua.
"Mas.. " ucap Ayna sekali lagi.
"Iya istriku sayang."
"Capek, duduk yuk."
"Yaudah, ayuk."
Ayna menyandarkan kepalanya di bahu Rendra. Duduk dengan mesranya di tepi danau yang indah dan jernih airnya. Di sekelilingnya nampak bunga-bunga dan pepohonan hijau yang yang menambah kecantikan danau itu. Rendra merangkulkan tangannya di leher Ayna. Romantisme keduanya seolah membuat iri burung-burung yang berterbangan di atasnya.
"Kapan-kapan kesini lagi mas, Ayna suka." ucap Ayna membuka pembicaraan. Setelah beberapa saat mereka terdiam dan menikmati suasana.
"Kapanpun yang kau mau, mas siap sayang."
"Terimakasih mas."
Cuppp..
Sebuah kecupan kecil mendarat di kening Ayna.
Keindahan tercipta bukan dari sesuatu yang mahal. Melainkan kau sendiri yang menciptakannya.
Biarpun di tempat yang indah dan megah sekalipun, bila hati tak terpaut. Akan terasa hambar saja.Setelah 2 jam menikmati keindahan danau dan berjalan-jalan di sekitarnya. Ayna dam Rendra memutuskan untuk kembali pulang.
Sebelum kembali ke rumah. Ayna meminta untuk dibelikan rujak eskrim yang berada di pinggir jalan."Mas.. Berhenti sebentar."
"Kenapa yang?"
"Aku mau itu mas." ucap Ayna sambil menunjukkan tangannya kearah penjual rujak eskrim di seberang jalan.
Rendra mengemudikan mobilnya kearah penjual rujak eskrim tersebut.
"Aku mau beli rujak eskrim mas. Ayuk." ucap Ayna dengan semangat.
"Iya sayang." Rendra tak kuasa melihat tingkah Ayna yang mulai kekanak-kanakan. Wajah girangnya membuat Rendra gemas ingin mencubit pipi merah jambunya.
"Pak beli 1 rujak eskrim pedes ya"
"Iya neng, tunggu sebentar." jawab si penjual rujak eskrim.
"Ini neng. 1 rujak eskrim pedes."
"Makasih ya pak." setelah membayar dan mendapatkan rujak eskrim Ayna segera mengajak Rendra untuk duduk di sebuah bangku yang di sediakan untuk pembeli. Disana Ayna bukan memakan rujak eskrimnya malah menyuapi Rendra untuk makan rujak eskrim.
" Loh kok mas yang makan yang."
"Debay nya pingin papanya yang makan mas."
"Tapi mas kan gasuka..."
"Tapi ini kan bukan aku yang pingin mas, yaudah deh." Ayna memanyunkan bibirnya.
"Yang jangan ngambek dong. Iyadeh mas makan."
"Yaudah yuk disuapin lagi."
Lanjut Rendra.
Ayna menyunggingkan lagi senyumnya. Ngidam yang aneh, ya ngidam memang aneh, kalo gak aneh bukan ngidam namanya.
"Maafin Ayna ya mas."
"Nggak apa sayang, apapun mas lakuin demi kamu."
"Ah... Mulai deh."
"Yaudah balik yuk."