arhan sedang duduk di kedai kopi favoritnya, menunggu aletta datang, walaupun dia sendiri tidak tahu apakah hari ini gadis itu akan datang atau tidak.
dia berpikir bagaimana caranya agar bisa membantu aletta jika yang ingin dibantu tidak menceritakan masalahnya pada arhan.
dua cangkir kopi menjadi bukti kesetiaan arhan menunggu aletta di sini. sudah jam empat lewat tujuh belas menit. aletta terlambat satu jam lebih. arhan melihat keluar jendela, tepatnya pada perpustakaan kota yang letaknya tepat di depan kedai ini. mungkin aletta lagi ngantri banyak banget, ato ngambil bukunya bolak - balik jadi lama, pikir arhan. padahal dia sendiri tahu itu mustahil.
dia kemudian melirik ponselnya. oh iya, kenapa gak di chat ato ditelpon aja sih, ar? bego banget lu, arhan membatin dan segera mencari kontak aletta di salah satu aplikasi chat pada ponselnya. dia mengetikkan beberapa kata lalu kembali meletakkan ponselnya di atas meja, berharap respon yang cepat dari aletta.
sepuluh menit berlalu dan aletta tak kunjung membalas pesannya, arhan kecewa. kali ini dia benar - benar merasa bahwa dirinya tidak penting untuk gadis itu. niat untuk menelpon aletta diurungkannya ketika seorang gadis sebayanya datang mendekat ke mejanya—meja mereka, dia dan aletta.
"misi," kata gadis itu, "umm, gue boleh duduk sini? tempat lain penuh," lanjutnya. arhan mengiyakan tanpa suara dan kembali memperhatikan pesannya yang tidak kunjung dibalas oleh aletta. sementara gadis di hadapannya sibuk mengunyah sandwich pesanannya tanpa suara.
arhan memutuskan untuk menelpon aletta saat ini. dan akhirnya diangkat, walaupun agak lama.
"halo, al?"
"arhan? kenapa? maaf ya dari tadi aku gak buka handphone soalnya." sahut aletta dari seberang sana, terdengar sedikit penyesalan dari nada bicara aletta dan arhan suka itu.
"lo lagi dimana? kok gak muncul - muncul daritadi? lama banget di perpusnya" kata arhan. sempat ada jeda beberapa detik sebelum aletta kembali menyahut,
"ar, kamu nungguin aku?" aletta bertanya namun sebelum arhan sempat menjawab, gadis itu sudah melanjutkan, "maaf gak ngasih tahu kamu dulu.. aku hari ini gak ke kedai, ini lagi sama millian soalnya, maaf ya gak bilang ke kamu dulu"
arhan mematung untuk beberapa saat sebelum berkata,
"oh.. gitu, yaudah deh. gue pulang, ya?" arhan mengumpat pada diri sendiri setelah menanyakan hal bodoh tersebut. ya kalo mau pulang ya pulang ajalah, ngapain bilang - bilang, goblok, batinnya.
"iyaa, hati - hati di jalan ya, ar." kata aletta dan kemudian mengakhiri panggilan telepon mereka.
arhan menghela napasnya dalam - dalam sebelum merapikan barang - barangnya yang berhamburan di atas meja kemudian menyadari bahwa ada seorang gadis di depannya. masih diam, memakan pesanannya.
telepon milik arhan berdering saat cowok itu akan beranjak dari duduknya. tertulis 'Mama' di layar ponselnya. alhasil, arhan tidak bergerak dari tempat duduknya, malah mengangkat telepon dari sang mama.
"ar, kamu dimana? jam segini kok belum pulang? kamu gak lupa jadwal check up hari ini kan?" mamanya langsung membombardir arhan dengan pertanyaan yang membuat cowok itu kembali merutuki dirinya sendiri.
demi menunggu aletta, dia lupa bahwa akan check up sekaligus konsul sama dokternya hari ini.
"iya, iya mam. gak lupa kok," jawab arhan bohong, "ini lagi di jalan pulang mampir beli kopi dulu, arhan ke om surya langsung aja ya mam. lebih deket soalnya"
setelah diiyakan oleh sang mama, arhan langsung merogoh sakunya, mengambil kunci motor, dan langsung berdiri.
"gue duluan," kata arhan pada cewek di depannya yang masih menghabiskan cheesecake miliknya. namun cewek itu tidak mengindahkan perkataan arhan. dia hanya tetap fokus mengunyah dan sesekali meminum kopinya sambil melihat keluar jendela.
lalu dia pergi, karena merasa dirinya tidak perlu lagi berada di situ.