setelah menaiki dua bus, mereka—arhan dan aletta tiba di pemberhentian terakhir. untuk menuju rumah aletta harus berjalan cukup jauh dari halte bus terakhir, maka dari itu arhan memutuskan untuk mengantar aletta sampai di rumah dengan selamat.
perumahan yang di tinggali aletta memang termasuk perumahan elit. namun sayangnya, tinggal di rumah mewah dengan orang - orang seperti keluarga tantenya sangatlah tidak menyenangkan. melihat dari style cewek itu, sudah bisa dipastikan bahwa ia berasal dari keluarga berada, namun tidak ada yang tahu kondisi keluarganya, kan? bahkan arhan yang sudah lama penasaran pun enggan untuk bertanya.
ya, ini memang bukan pertama kalinya arhan mengantar aletta pulang, dua bulan ternyata cukup untuk mendekatkan keduanya.
sesampainya di depan rumah aletta, arhan hendak pamit namun ia lagi - lagi mendengar pecahan kaca dari dalam rumah. setiap kali seperti itu, setiap arhan mengantar aletta pulang, ada saja bunyi - bunyi tidak mengenakkan dari dalam rumah gadis itu.
arhan mengurungkan niatnya untuk pulang, cowok itu seolah bertanya pada aletta lewat raut wajahnya, di dalem kenapa? namun lagi - lagi hanya dibalas oleh gelengan kecil dan senyum teduh dari cewek di hadapannya.
"aku masuk, ya," kata aletta, "kamu hati - hati di jalan, kabarin aku kalo udah di rumah," tambahnya.
sebelum gadis itu benar - benar masuk ke halaman rumahnya, arhan memegang lengan aletta, membuatnya menoleh,
"jangan suka simpen masalah sendirian, gak baik. i'm here for you, lo tau itu. jangan sungkan buat cerita sama gue, gue aja laki - laki tapi sering nangis di depan lo, sometimes crying makes you feel even better. my back is ready twenty four per seven if you need it. gue juga bisa jadi sandaran buat lo, bukan lo doang yang bisa jadi sandaran gue," kata arhan serius tapi malah ditertawai oleh aletta.
"kamu gimana sih, ar? masa masalah dibagi - bagi, emang duit? aku tau kok, kamu gak perlu ngingetin. tapi i'm okay, i'm perfectly fine," ujar aletta sambil tersenyum dan membuat arhan lagi - lagi harus pura - pura percaya bahwa gadis di depannya ini baik - baik saja. arhan tahu ada yang salah, namun dia hanya menunggu aletta mengungkapkannya sendiri. tapi lama - lama arhan juga tidak tahan melihat gadis itu pura - pura kuat.
arhan memandang aletta lama dengan tatapan khawatirnya membuat gadis itu lagi - lagi bersuara, "nunggu apa? aku baik - baik aja, kamu jangan kepikiran. yang tadi itu udah biasa buat aku, ar,"
arhan menghela napasnya dalam - dalam, meyakinkan dirinya bahwa tidak akan terjadi hal yang buruk pada aletta setelah ini.
"yaudah, take care, ya, gue pamit," kata arhan, "kalo gabut gak ada kerjaan mending chat gue, oke?" lanjutnya, aletta hanya mengangguk sebagai jawaban.
setelah sosok arhan menghilang di balik persimpangan jalan, aletta menghela napasnya, tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi setelah ia membuka pintu rumah ini.
sungguh, kalau bisa, ia ingin melarikan diri. dia juga ingin bercerita pada orang lain tentang masalahnya, namun hatinya terlalu lembut, tidak ingin orang lain itu terlibat dalam masalahnya. and in the end, all she can do is just smile behind her pain and act like she is perfectly fine.
"she would not show that she was afraid
but being and feeling alone was too much to face
though everyone said that she was so strong
what they didn't know is that she could barely carry onbut she knew that she would be okay
so she didn't let it get in her way"
-a little too much by shawn mendes.- -
vote dan komen, ya!
kritik dan sarannya?