13: Jika kau

28.9K 2.9K 158
                                    

Leora terpaku, begitu Ryu membawanya kedepan pintu, kebakaran itu benar terjadi. Api merambat dengan perlahan mendekati ruangan mereka.

"R-Ryu?" Leora berbalik kebelakang, menatap segerombolan gadis yang menatap kearah api dengan sama tidak percayanya.

Senyum miring Ryu tercipta, "Anda menghawatirkan gedungnya Nona? Sudah saya katakan, harga baju yang Anda kenakan saat ini lebih mahal, jadi Anda dapat membangun gedung seperti ini lagi."

Ryu tahu bukan itu yang Leora khawatirkan, tentu saja Leora sedikit mengkhawatirkan segerombolan gadis-gadis itu. Meskipun dia tidak menyukai mereka tetap saja tidak akan menjadi berita yang bagus kalau mereka menjadi daging panggang didalam sana.

Baru beberapa langkah Leora melangkah, segerombolan orang muncul dengan pemadam api. Masuk menyelamatkan gadis-gadis kaya didalam sana.

"Anda benar-benar tidak perlu mengkhawatirkan apapun Nona." Ryu tersenyum, tetap melangkah disamping sang Nona, melindungi Leora dari air yang turun untuk memadamkan api.

Diluar cerah, api tidak begitu besar. Leora cukup penasaran dari mana api itu berasal karena terlihat bukan dari luar gedung.

"Kau tahu dari mana api itu berasal Ryu?" Leora menyeruakam pertanyaan didalam otaknya. Mendongak memandang Ryu yang tersenyum kearahnya.

"Saya tidak sengaja menjatuhkan korek api ditempat yang seharusnya tidak boleh terkena api." pria itu tersenyum, seolah ia mengatakan hal sepele yang akan menjadi angin lalu. Mengabaikan wajah tidak percaya yang di tunjukan oleh Leora.

"Tidak akan ada yang mengerti jalan pikiranmu." Leora menggeleng pelan tidak percaya. Pria ini tidak waras!

"Saya tidak berharap ada mengerti Nona, itu akan menjadikan hari-hari saya membosankan."

Leora memutar bola matanya, berjalan dengan berlagak tidak peduli. Melewati beberapa orang yang menatap mereka.

"Kau! Kau pengawal Leora!" seruan dari belakang membuat Leora dan Ryu berhenti kemudian menoleh melihat siapa yang memanggil mereka.

Dahi Leora mengernyit sedangkan Ryu mengangkat alisnya. Menatap seorang gadis dengan gaun mahal basah yang ia angkat agar dapat berlari.

Saphera ...

"Kau! Pengawal Leora bukan?" Ah benar, Ryu sedang menjadi pengawal saat ini.

"Bekerjalah padaku." kepala Saphera tegak dengan angkuh. Dia terpesona, terpesona dengan pesona Ryu. Meski berpakaian rapi aura nakal Ryu tidak dapat ia sembunyikan. Terlebih karena rambutnya yang cukup panjang dan ikal. Juga tatapan mata yang berbeda. Tajam namun memukau.

Alis Leora naik, wow gadis ini benar-benar sombong.

"Akan kubayar kau tiga kali lipat dari yang Leora keluarkan untuk menggajimu." senyum Ryu muncul. Terlebih ketika merasakan tarikan kecil jari Leora pada Jas nya.

"Apa Anda serius?" Ryu memunculkan wajah tertarik dengan senyum ramah. Matanya tertutup dalam senyumnya.

"Aku serius! Akan kubayar kau berapapun kau mau. Asal bekerjalah padaku." senyum angkuh Saphera ia arahkan kearah Leora yang terdiam. Menatap gadis itu dengan rendah.

"Sayang sekali kau tidak memenuhi salah satu kriteriaku." Ryu berujar, tubuhnya keluar dari zona formal. Tangannya mengusap rambut kebelakang dengan posisi berdiri sedikit rileks.

"Apa maksudmu?" Saphera menatap dengan tajam. Berusaha mengintimidasi Ryu.

Sayangnya Ryu adalah mantan petarung kerajaan, mantan kesatria muda terkuat yang sudah ribuan kali bertemu dengan musuh yang mengintimidasi.

Dan intimidasi gadis congkak didepannya ini bahkan tidak terasa sama sekali untuknya.

"Ya, satu kriteria ku." tubuh Ryu sedikit membungkuk, menatap Saphera yang lebih pendek darinya.

"Kau tidak lebih cantik dari Nonaku, dengan wajah pasaran itu kau benar-benar tidak menarik."

"Aku hanya melayani para perempuan cantik."

Tubuh Saphera menegang, matanya memancing dengan emosi siap meledak. Orang ini! Orang ini merendahkannya!

"Ayo Nona, lebih baik kita pergi sekarang." Ryu menarik Leora dengan lembut mengikutinya.

"KAU!!" seruan emosinya tidak dianggap, meninggalkan Saphera dalam keadaan tidak percaya dan malu karena di rendahkan.

Dia takkan membiarkan hal itu begitu saja.

Saphera mengeluarkan handpone mahal dari tas mahalnya.

Mengucapkan beberapa kata sebelum mematikan sambungan telepon.

______

Wajah Leora merona, secara tidak langsung tadi Ryu mengatakan kalau dia itu cantik. Ya, dia memang cantik.

Leora melipat bibirnya tidak dapat menahan senyum.

"Kau sedikit keterlaluan tadi." tidak ingin Ryu menyadari bahwa Leora bahagian karena pelayannya itu mengatakan bahwa dia cantik.

"Ya, saya tahu. Tetapi terkadang dia pantas mendapatkannya, saya cukup muak melihat tingkah lakunya."

Leora tidak berniat membantah, karena pada dasarnya dia juga tidal menyukai sifat Saphera. Gadis itu menyebalkan dengan semua kemewahan dan sifat bangsawannya.

Memang perusahaannya yang paling besar di antara semua yang hadir tadi. Perusahaan ayah Leora berada pada urutan ketiga. Yang pertama adalah dia, Saphera.

Tapi, kalau membicarakan kekayaan. Kenyataanya Leora lebih kaya. Leora adalah anak Raja dari para Raja. Ayah Leora adalah pemilik dunia Immortal. Seluruh kekayaan Saphera tidak dapat dibandingkan dengan milik Leora.

Gadis itu, Saphera terlalu besar kepala menyadari dia yang paling kaya, sehingga sering menganggap dia adalah ketua dari perkumpulan itu.

Perkumpulan tukang gosip. Leora benci setengah mati berada didalam kelompoknya.

Ryu menyalakan mobil kemudian membawa mereka keluar dari wilayah gedung pertemuan yang hampir terbakar itu.

Begitu sampai Ryu hendak berputar membuka pintu untuk Leora, dan dengan tidak peduli Leora membuka pintu mobil itu sendiri.

"Aku tidak suka kau yang formal." bibir Leora mengerucut dengan tidak bersemangat. Melangkah meninggalkan Ryu yang terkekeh sedirian.

Ryu menyiapkan pakaian ganti untuk Leora, sebuah gaun rumahan berwarna cream selutut. Gadis itu bilang dia ingin bermalas-malasan saja sehabis pertemuan itu jadi dia disana didepan televisi memeluk toples berisi kue kering menonton film kartun sambil tertawa-tawa sendirian.

Berbeda dengan Ryu yang sibuk berkutat dengan bahan-bahan makanan membuat makanan untuk makan siang.

Leora mengunyah makanannya dengan kesal ketika melirik dapur, Ryu lebih memilih menyiapkan makanan dibanding menemaninya nonton.

Menyebalkan.

Suara lagu terdengar dari luar, Leora tahu lagu ini. Ice cream!

Dengan terburu-buru gadis itu bangkit, berlari keluar untuk memanggil tukang ice cream.

Membeli tiga corong ice cream untuk dirinya sendiri.

Leora menatap ice cream dengan puas, ice cream adalah pembangkit mood yang bagus.

Langkah Leora mendadak terhenti merasakan seseorang membekap mulut dan hidungnya.

Bau obat ....

Pasti banyak tyiponya, mendadak saya malas baca ulang.

My pure blood butler (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang