16 : This Feeling

22.1K 2.9K 200
                                    

   Pandangannya kabur, tubuhnya bergerak tidak seimbang. Mencari pegangan tangan Ryu mencengkram ujung meja dengan kuat. Padangan matanya berputar, keringat dingin meluncur di dahinya.

Nafas pria itu terengah, melemparkan pisau ditangannya keatas meja pelan. Mencoba menenangkan diri guna mengurangi rasa sakit yang mencengkram kepalanya dengan kuat.

Menarik kursi, duduk sebentar meredakan rasa sakit dikepalanya.

Mata pria itu melirik jam kecil, sudah jam 6 pagi, dan Ryu bahkan tidak kuat untuk bangun dan menyiapkan sarapan.

Dia harus membangunkan Nonanya, tapi bangkit dari posisi duduk ini saja terasa begitu menyakitkan.

"Ryu?" Ryu mengangkat kepalanya ketika sebuah panggilan terdengar. Leora disana, memandangnya dengan dahi mengkerut bingung.

Wajah pria itu pucat, bibirnya kering dengan keringat yang tak berhenti bercucuran.

"Ah, Anda sudah bangun Nona? Tunggulah sebentar saya akan menyiapkan sarapan." Ryu memaksakan tubuhnya bangkit, membuat tubuhnya terguncang. Rasa sakit itu menyerang dengan lebih kuat akibat gerakan bangkit yang dilakukan Ryu.

Tangan pria itu cepat menarik meja sebagai pegangan agar tidak jatuh.

Leora mendekat, wajah khawatir tergambar jelas diwajahnya. Berjinjit menempelkan punggung tangannya kedahi sang pelayan.

"Kau sakit Ryu?" Suara gadis itu terdengar begitu imut meski bersatu dengan nada khawatir. Gadis merubah wajahnya menjadi panik begitu merasakan rasa panas dikepala Ryu.

"Ryu kau harus istirahat!" Leora berseru kencang, membuat Ryu tersentak terkejut, dan mengakibatkan kepalanya semakin bertambah sakit.

"Tidak apa Nona, saya akan menyiapkan sarapan Anda terlebih dahulu." Ryu tersenyum dengan sedikit paksaan. Dia tidak mau melepaskan tanggung jawabnya begitu saja. Sakit kepala ini harusnya tidak menjadi alasan untuknya.

"Apa yang bisa kau lakuakan dengan kondisi seperti ini." Leora berujar dengan nada sinis. Ryu bahkan tidak mampu bangun dari duduknya. Bagaimana cara dia memasak?

"Biarkan aku saja yang mengurus hal ini!" Leora berujar dengan semangat, dia pasti bisa melakukan hal sekecil ini, pikirnya.

"Ti~"

"Diam! Ku perintahkan kau untuk diam!" tubuh Ryu kehilangan kontrolnya, mendadak berdiri dengan kaku. Mata pria itu mengerjap merasakan tubuhnya mati rasa.

Ryu tentu saja tidak lupa, meskipun Leora lebih banyak mengambil Gen ibunya sebagai seorang Mermaid, dia tetaplah putri seorang Demon. Yang artinya memiliki darah penguasa dan memimpin.

Meskipun hanya sedikit, perintah dari seseorang yang memiliki darah Demon adalah mutlak bagi makhluk Immortal lemah. Bagi para mahluk Immortal yang tidak dapat menggunakan kekuatan mereka dengan benar, atau bagi para monster yang hidup didalam tanah dan gua-gua. Perintah Demon adalah hal yang tidak dapat ditolak.

Dan kali ini Ryu berada dalam posisi lemah dan tidak berdaya. Membuat pengendalian dirinya dengan mudah dapat Leora manfaatkan.

"Baiklah-baiklah, saya tidak akan memasak. Tapi biarkan saya duduk mengawasi Anda bagaimana Nona Leora?" Ryu tidak berdaya dan kehabisan akal. Dengan kepala seperti ini juga dia tidak sanggup berpikir.

Pada akhirnya Ryu duduk disudut meja sambil memperhatikan Leora.

Gadis itu bergerak membuka lemari tempat penyimpanan alat-alat masak.

Terlalu tinggi, Ryu ingin tertawa kalau saja dia tidak ingat gadis yang mengembungkan pipi dengan kesal karena tidak sampai itu adalah nona nya.

Dengan kesal Leora bergerak menarik kursi meja makan kedepan lemari penyimpanan alat-alat memasak.

Gadis itu tampak kesulitan hingga wajah manisnya berubah, menarik dengan kuat sebuah panci kecil yang berada cukup dalam didalam lemari. Membuat beberapa wadah memasak lain ikut terdorong keluar dan jatuh begitu saja kelantai.

Ryu membulatkan matanya menatap apa yang dilakukan oleh nonanya itu, sekarang Ryu tidak heran kenapa para pelayan Leora yang dulu sering mengeluh mengenai peralatan masak yang cepat rusak.

Gadis itu melompat turun dari kursi, melewati begitu saja alat memasak yang jatuh kelantai. Menyalakan kompor kemudian memanaskan air.

Ryu memerhatikan semua yang gadis itu lakukan, dan harusnya Ryu tidak perlu tertawa karena akhirnya gadis itu hanya memasak mie instan. Dia tanpak sibuk mengaduk-aduk mie nya agar cepat matang dengan tangan yang memegang ujung sendok karena panasnya uap air.

Leora membuka pintu lemari piring dan mangkuk, menatap beberapa piring dan mangkuk sebelum menjatuhkan pilihannya pada dua mangkuk tanpa motif. Tangannya mengambil mangkuk itu dan dengan sukses menyenggol piring lain dengan sikunya.

Sukses, piring-piring itu jatuh kelantai dan hancur berkeping-keping. Dan sekali lagi gadis itu tampak melewati pecahan-pecahan itu dengan tidak peduli.

Mengambil sendok dan tanpa sengaja menjatuhkanya.

Leora membungkuk mengambil sedikit yang terjatuh.

"Ahhhh." Jarinya tergores pecahan piring, hingga kemudian tubuhnya tersentak kembali melihat Ryu yang sudah berada didepannya. Memegang jari Leora dengan lembut kemudian memasukan jari itu kedalam mulutnya, membersihkan darah yang keluar dengan lidahnya.

Jantung Leora menggila, tubuhnya mematung menatap Ryu yang masih mengulum jarinya. Jantungnya.

Mata gadis itu megerjap bingung, perasaan apa ini. Rasanya tergelitik.

Ryu mengeluarkan jari Leora, mereka saling bertatapan selama beberapa detik hingga, tubuh Ryu Roboh begitu saja keatas tubuh Leora.

Mata Leora mengerjap mendapatkan kembali kesadarannya. Menatap Ryu dengan bibir maju beberapa senti.

"Ah, bagus! Sekarang jelaskan padaku bagaimana cara mengangkat monyet sexy ini ke kamarnya!?"

*****

Mata pria itu mengerjap beberapa kali, kepalanya masih begitu berat. Matanya menunduk merasakan pelukan erat seseorang pada punggungnya.

Leora disana, tidur disampingnya dengan tangan yang memeluk tubuh Ryu erat. Gadis ini, bagaimana kalau dia ikut sakit? Kenapa dia selalu ceroboh seperti ini?

Namun, bukannya menjauh Ryu malah menarik gadis itu kedalam dekapannya, mencari posisi nyaman dengan mendekap sang Nona.

Katakanlah Ryu pelayan yang kurang ajar tapi sungguh dia tidak dapat menahannya. Rasa nyaman itu benar-benar membutakan Ryu yang sejak lama kehilangan kasih sayang dari satu-satunya orang yang pernah memberikannya hal itu.

Tiga jam kemudian Ryu kembali terbangun dan mendapati Leora yang masih tertidur pulas. Kepala nya sudah tidak sesakit tadi, bahkan sudah lebih baik.

Mata pria itu mengerjap bangun, menatap sebuah mangkuk diatas nakas. Membuka tutupnya dan menjumpai semangkuk bubur yang masih sedikit hangat. Apa Leora baru saja tidur kembali?

Ryu menarik bibirnya tersenyum kecil, mengambil bubur yang disiapkan Leora, meyuapkan bubur itu kedalam mulutnya kemudian kembali tersenyum kecil.

Buburnya, tidak enak.

My pure blood butler (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang