"Mate mine." suara di telinganya membuat Leora tertawa.
"Ya! Ya! Mate mine!" Leora memeluk tubuh pria itu erat, air matanya meluruh namun dia bahagia. Dia benar benar bahagia. Dia juga tidak mengerti, dia tidak tahu mengapa air matanya meluruh padahal hatinya begitu bahagia, rasanya begitu bebas dan dia tidak mengerti lagi harus berekspresi seperti apa.
Dia hanya merasa begitu senang, bahagia, rasanya seolah semua yang membebani hatinya terlepas. Hatinya lega, seolah selama ini dia sedang menahan napasnya, dan kini dia dibiarkan bernapas bebas.
"Aku pikir aku akan kehilangan mu." Bisikan Ryu membuat telinga Leora geli, baju tipis yang ia kenakan basah dibagian bahu. Leora menangis disana, dan Ryu tidak mengerti mengapa matanya juga ikut panas.
"Bodoh! Akulah yang berpikir akan kehilangan dirimu, apa-apaan permintaan itu! Membiarkan mu mati! Aku benar-benar hebat dalam membuat ku kesal. " Tawa Ryu mengalun, dia pernah seputus asa itu. Menarik tubuh gadis itu semakin dekat, mendekap semakin erat.
Tidak lagi, tidak ada lagi yang boleh meninggalkan dirinya. Mate yang selama ini ia tunggu ternyata berada didekatnya, seseorang yang ia harapkan akan mengusir rasa takut kehilangan dan kesendirian itu ternyata memang selalu ada di dekatnya.
Ryu diperban di banyak tempat, di tulang rusuk dada kepala tangan kaki, dia benar-benar seperti mumi. Tapi rasa sakit itu seolah menghilang. Rasa yang membebani hatinya menghilang. Rasa sakit disana, lebih sakit dari semua luka fisik yang pernah ia terima.
Sebelah tangan Ryu dengan perban paling sedikit mendorong wajah Leora sendiri menjauh. Mata itu menatap mata biru terang milik Leora, mata yang sejernih langit, tanpa awan. Mata yang selama ini dijaganya. Masih ada sisa sisa air mata disana.
Mengecup mata itu, Ryu berbisik, "Mata ini milikku."
Mengecup dahi, hidung dan pipi Leora "wajah ini milikku."
Gadis itu terkekeh, maju lebih dahulu kemudian mengecup benda kemerahan yang berbisik didepan wajah.
"Dan yang ini milikku." mengecup bibir pria itu, Leora terkekeh ketika mendapati mata Ryu yang terbelalak terkejut. Sebelum merasakan senyum dibibir pria itu.
Memejamkan mata sejenak, merasakan luka-luka yang akhirnya tertutupi dan menghilang.
Ketika dirasa cukup, Leora menjauhkan wajahnya. Saling menatap dalam keheningan hangat yang mereka ciptakan bersama.
"Bagaimana akhirnya?" Suara lembut Ryu membuat Leora tersenyum.
"Kita menang, di kedua dunia. Tapi mate kakak. Dia belum bangun." Wajah Ryu berubah sendu, dari cara Tuan Romeo memperlakukan Nona Alicia dia tahu dengan jelas bahwa gadis itu adalah mate Tuannya, entah apa yang dirasakan Tuan Romeo saat ini.
"Berapa lama aku tidur?" Ryu merapikan beberapa helai rambut Leora dengan jarinya.
Mata gadis itu berair lagi, "kau tidur lama sekali. Aku-aku menunggumu setiap hari, delapan bulan aku datang setiap hari ke kamar ini. Mencium aroma manis itu dari tubuhmu, menunggu kau bangun dengan tidak sabar memberi tahu semua hal ini."
"Aku-aku tidak tahu harus bagaimana jika suatu saat para Healer mengatakan kau tidak akan bangun lagi, aku ketakutan, setiap detik yang terus berlalu aku takut. Kata-katamu tentang mati dimedan perang menghantui setiap malamku. Aku-aku tidak tahu apa aku benar-benar bisa hidup jika kau benar-benar mati dan semua itu karena aku. "
Ryu menarik gadis itu kembali kedalam dekapannya, kesalahan Ryu. Dia memang berniat untuk mati, dia menurunkan penjagaan pada tubuhnya dan hanya fokus untuk melindungi Leora, iya dia seputus asa itu.
Merasakan Hidupnya yang tidak pernah berakhir baik, Ryu benar-benar putus asa dengan kehidupannya. Dia bodoh tentu saja katakan saja begitu, dia tidak berpikir jernih. Leora benar bagaimana bisa ia membiarkan Leora menjalani kehidupannya kelak, ketika ia berkata ia ingin mati karena gadis itu. Dia melukai gadis yang ia cintai, dia sebodoh itu.
Bunuh diri memang tidak akan meninggalkan kesan baik.
Tapi apa yang bisa Ryu katakan, keadaanya saat itu memang benar-benar terpuruk, rasa akan ditinggalkan lagi membuatnya ketakutan. Jatuh kedalam lubang kesendirian lagi begitu sang Nona memulai hidup baru tanpa membutuhkannya membuat pria itu frustasi.
Rasa kosong karena ditinggalkan sang kakak mulai di isi oleh keberadaan Leora, kemudian rasa itu muncul lagi, akan menghantui malam-malamnya, akan menggerogoti hati nya lagi. Dia pikir, dia tidak akan sanggup lagi.
"Maaf, Maafkan aku Nona." Hatinya bergemuruh, dia membuat orang yang ia cintai semenderita ini.
"Tidak akan ku maafkan, tidak akan!! Kau harus mengganti setiap hari yang ku lewati dengan rasa cemas dan sakit hati ketika menunggumu bangun, kau harus mengganti semua hari itu."
Ryu mengangguk, "aku akan menggantinya. Apapun yang kau mau Nona, bahkan nyawaku."
Pukulan pada punggungnya membuat Ryu meringis, namun ia tetap terkekekeh.
"Aku mau kau menggantinya dengan seluruh hidupmu. Tetap berada disampingku sampai kapanpun. Sampai kau menghabiskan seluruh umurmu denganku, kau! Tidak boleh pergi kemana-mana."
Ryu terkekeh, tangannya bergerak mengelus puncak kepala gadis itu.
"Ya, aku tidak akan pernah kemana-mana. Dan seluruh hidupku, akan ku habis kan disampingmu."
.
.
.
.
.
.
.Dibalik pintu itu, Mata biru gelap menatap dengan lembut, salah satu bebannya menghilang. Rasa sakit melihat sang putri yang tersiksa dengan rasa sakit setiap harinya membuat pria itu terluka. Gadis itu sudah bahagia sekarang.
Senyumnya, terbit. Dia tidak pernah mempermasalahkan status soasial. Tidak ada yang seperti itu di Dunia Immortal, semuanya dijodohkan oleh alam. Tidak ada kuasa yang dapat menolaknya, kecuali rasa angkuh dari makhluk itu sendiri, dan begitu Damian menelusuri tentang kehidupan Ryu, seperyinya hal itulah menyebabkan hancurnya keluarga Ryu. Keangkuhan dari ayahnya, membuat kehidupan pria berantakan sejak awal.
"Damian. " Damian menoleh, matanya melihat sang Ratu, Ratu di kehidupannya melangkah mendekat. wanita itu semakin cantik setiap harinya.
"Kau sedang apa?" Ivy mendekati suaminya, yang hanya dibalas senyum kecil.
"Tidak ada." Menarik pinggang wanitanya pria itu tersenyum.
Mata Ivy melebar terkejut, dengan anggun menutup bibirnya dengan beberapa jari. "Apa Ryu sudah bangun?"
Damian tersenyum mengangguk. "Ada Leora disana, sebaiknya kita tidak mengganggunya. Biarkan mereka berdua dulu. " Damian melangkah membawa sang Ratu menjauh.
END 😍😍😍😍
Masih ada extra part ya!!!
Btw akan ada little perubahan di cerita TWBIMH kakanya Leora, ngehehehehe. waktu Alicia ga Sadar itu sy ubah karena seriusan ga nyambung banget.Btw akan ada cerita baru, fantasi romance lagi, ditunggu ya!! UN author udah ga ada wkwkwkkw. Udah berkurang sakit kepala jadi bakal berusaha buat balik aktip nulis lagi!!.
![](https://img.wattpad.com/cover/78265040-288-k7169.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My pure blood butler (END)
FantasyAku tidak tahu apa yang di pikirkan ayah tampanku itu, kehilangan kakak memang membuat mereka lebih overprotective padaku. Tapi pria di depan ku ini, oh astaga serius ?? " Nona pilih salah satu tanganku," ia mengangkat kedua tangannya yang terkepal...