Duduk diatas tempat tidurnya, Leora diam saja melihat Ryu yang sibuk mempersiapkan baju besi untuk dipakainya dalam jangka waktu dekat ini.Leora dan Ryu akan berperang didunia manusia bersama keempat sahabat Romeo. Setelah rapat tadi semua orang akhirnya sepakat. Raja Damian juga akan membagi kekuatannya menjadi dua, satu untuk melindungi Dunia Imnortal dan satu lagi Membantu Dunia manusia.
Perang besar yang dinantikan karena pasti terjadi, kaca-kaca yang menjadi penjara para monster itu sudah retak parah dan beberapa monster telah berhasil keluar.
Dihari-hari mendekati penentuan kehidupan mereka, hubungannya dengan Ryu semakin dingin. Ia merasa pria itu menarik dirinya selain jauh, semakin tidak dikenal oleh Leora, dan Leora membenci hal itu.
Dia sadar dia tidak seharusnya seperti ini, sang Mate sudah didepan mata, Alai. Seharusnya Leora menyerahkan hatinya pada pria itu. Seharusnya Leora menyerahkan seluruh cinta dan kehidupannya pada Alai. Ini semua salah, Leora menyadari itu bahkan didalam mimpinya.
Semua ini menghilangkan fokusnya, dan Leora tidak mengerti harus melakukan apa untuk hal ini.
Hatinya dan pikirannya terpecah, Ryu bukan sekedar pelayan. Ryu adalah temannya, keluarganya, penjaganya dan pria itu hampir menjadi segalanya untuk seorang Leora.
Dan sekarang sosok segalanya itu menghilang menjadi sosok tak dikenal yang dingin dan asing, memudar dan semakin menghilangkan sosok yang Leora kenal.
Si menyebalkan.
Si cerewet.
Si tukang ngatur.
Si perhatian.
Si tidak tahu sopan santun.
Si pria yang disayangi Leora melebihi matenya.
"Ryu." suara gadis itu tertahan, menghentikan sejenak kegiatan yang sedang fokus pria itu kerjakan, melirik Leora dengan matanya, Leora menyadari sorot dingin itu, sorot tak dikenal yang rasanya tidak pernah Leora bayangkan akan menyorotinya.
"Ada yang bisa saya bantu, Nona?" suaranya tenang dan formal, membungkuk menunggu perintah dari sang Nona.
Ryu sakit hati, dia terluka dan patah hati. Dia bahkan tak mengenal siapa dirinya sekarang. Ryu dibutakan oleh fakta bahwa Leora adalah majikannya, dan dia hanyalah seorang pelayan.
Ryu dibutakan oleh rasa cinta sepihak yang terasa membunuhnya dalam setiap detik tarikan nafas.
Dia benci hatinya retak karena rasa cinta, dan semakin benci ketika sadar retakan itu masih mencintai si penghancur.
Ryu bingung dan hilang arah, ia kehilangan semangat dan rasa hangat hatinya.
Ketika ia menyadari rasa cinta itu, saat itu pula sebuah kenyataan besar terpampang dimatanya.
Rasanya Ryu ingin menertawai dirinya sendiri, mungkin matenya benar-benar sudah mati, karena itu dia bisa mencintai mate orang lain.
Dia benar-benar akan hidup sendirian, mungkin mengabdikan diri dalam setiap perang yang ada, berenang dalam lautan darah dan mati dalam jeritan perang.
Menyedihkan.
Lama menunggu perintah Leora, pria itu mengangkat kepalanya perlahan, gadis itu menatapnya terpaku, dengan mata kosong yang menyorot sedih.
Ryu meredupkan pandangannya, dia tidak memilihku hak itu lagi, hak itu mengetahui perasaan Leora lagi. Hak untuk menjaga hati sang Nona lagi.
Sekarang hak itu milik pria itu.
Milik Alai.
Milik mate Leora.
"Jika Anda berkenan, biarkan saya menyelesaikan hal ini. Kita akan berangkat dalam waktu dekat ini."
Ryu membungkuk hormat, membiarkan Leora terpaku dengan mata berkaca-kaca.
Leora benci saat-saat ini! Dia tahu ini salah! Dia telah melanggar hukum alam dimana ia hanya boleh mencintai matenya. Tapi hati Leora membenci hal itu, dia tidak bisa menerima hal itu.
Dia benci dirinya, dia benci rasa bimbang ini. Leora benci semua hal yang terjadi saat ini.
Kepada Yang mengendalikan hati, kumohon kembalikan dia.
Leora menggigit bibirnya.
"AKU BENCI RYU!!" gadis itu berseru, menunjuk Ryu dengan jari telunjuknya, air matanya jatuh. Gadis itu berbalik cepat, memunggungi Ryu menarik selimut kemudian menutupi seluruh tubuhnya dengan kain halus dan tebal itu.
Ryu terkejut, tubuhnya terpaku diam menatap sang Nona dengan terkejut.
Isakan gadis itu terdengar, Ryu meletakan pekerjaannya. Melangkah pelan mendekati sang Nona yang menangis dibalik selimut tebalnya.
Melangkah kesamping tepat tidur, Ryu duduk selonjor menyandar pada tempat tidur mewah Leora. Melepas kaus tangannya pria itu menggenggam tangan Leora yang mencengkram selimut dengan erat.
Tangan gadis itu bergerak cepat meraup tangan Ryu. Menggenggam tangan sang pelayan yang tidak sehalus milik Alai.
Dalam beberapa waktu Leora harap harum Mate menguar dari tubuh Ryu, dan ketika menyadari hal itu tidak mungkin tangisan gadis itu semakin keras.
"Saya juga membeci diri saya sendiri, Nona."
Lama, lama sekali dalam posisi itu keduanya terdiam sampai Leora jatuh dalam tidurnya.
Menyadari nafas gadis itu yang teratur, Ryu bangkit. Tangan gadis itu menggenggam tangannya erat. Ryu tersenyum kecil.
Melepaskan genggaman itu perlahan, membuka selimut yang menutupi tubuh Leora, jejak air mata terlihat jelas di pipi gadis itu. Mengangkat tubuh Leora perlahan, Ryu membalik posisi tidur leora menjadi telentang.
Merapikan helaian rambut halus yang menutupi wajah gadis itu, Ryu berjongkok.
Mengecup dahi gadis yang dicintainya itu lembut, dia tahu jelas dia salah kali ini. Sangat jelas Ryu sadar hal itu.
Tapi otaknya tidak dapat melawan, semuanya sudah buta dan tidak jelas akan kemana.
Ryu tersenyum kecil, berbisik lembut.
"Saya benar-benar membenci diri saya sendiri."
💐💐
"Aku serius, aku benar-benar merasa pernah bertemu dengannya Alicia." Gea berujar dengan wajah serius. Gadis pucat dengan gaun putih itu menyandar pada tempat tidur mendengar ujaran Gea.
"Ya, bukan hanya Gea, tapi kami berempat. Aku, Sam, dan Ken juga merasa tidak asing dengan Alai." Annie menambahkan
"Itu aneh, kalian berada di dunia manusia, bukan? Sedangkan Alai didunia Immortal. Kalian benar-benar tidak memiliki kesempatan bertemu." Alicia, Mate dari Romeo, kakak Leora menjawab dengan kerutan bingung.
"Itu dia yang membuatku semakin bingung!" seru Annie merasa bingung.
"Apa dia akan ikut perang?" Alicia tidak mengikuti rapat perang karena kondisinya yang cepat berubah.
"Ya, dia menawarkan diri untuk membantu Leora, katanya dia harus menjaga matenya." Gea memutar matanya tampak tidak suka.
"Kau terlihat terganggu dengan hal itu Gea?" Alicia menegur.
"Sungguh, Alicia! Aku tidak nyaman dengan pria itu. Padahal aku sudah membayangkan kisah cinta manis pelayan dan Nonanya. Dia merusak khayalanku." Gea mengerucukan bibirnya kesal.
"Kau terlalu banyak membaca novel." Alicia terkekeh, tersenyum dengan bibir pucatnya. Gea memang blakblakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My pure blood butler (END)
FantasíaAku tidak tahu apa yang di pikirkan ayah tampanku itu, kehilangan kakak memang membuat mereka lebih overprotective padaku. Tapi pria di depan ku ini, oh astaga serius ?? " Nona pilih salah satu tanganku," ia mengangkat kedua tangannya yang terkepal...