Pagi yang cerah di awal musim dingin tahun ini. Tidak turun salju namun salju sisa hari-hari kemarin, memenuhi jalan dan tiap-tiap gang.
Banyak yang memilih untuk tetap bergelung di selimut hangat mereka. Terkecuali untuk para ibu. Mereka bersiap untuk memulai hari bagi keluarganya. Menyiapkan sarapan, pakaian, mengelap jendela rumah yang berembun dan membangunkan suami serta buah hati mereka.
Layaknya seseorang yang kini sedang sibuk berkutat dengan masakannya.
Poni panjangnya ia jepit ke atas. Supaya tidak mengganggu penglihatannya. Ia mengangkat penggorengan kecil untuk mendadar telur.
Sambil bersenandung kecil memanggil nama buah hatinya, "Yeoli-ah, cepat bangun sayang."Tidak ada sahutan yang keluar dari dalam kamar yang pintunya bertuliskan 'Ong Yeoli' dan penuh dengan pernak pernik stiker Disney.
Setelah dirasa cukup dengan semua masakan yang ia buat. Langkahnya menelusuri apartemen kecil namun tertata sangat rapih itu ke kamar anaknya. Dari dapur, ia harus melewati ruang tengah terlebih dahulu, yang diisi dengan sofa dan tv serta meja kecil di bagian tengah.
Melangkah dengan hati-hati ke dalam kamar anak semata wayangnya itu. Bibir tipisnya tersenyum. Melihat anaknya masih tertidur dengan sangat pulasnya, pantas ia tidak mendengar jawaban apapun saat memanggil anaknya tadi.
Seongwu bersyukur.
Dan akan selalu bersyukur disetiap pagi dan malamnya. Mempunyai buah hati yang sangat lucu serta pintar.
Biarlah ayahnya dulu meninggalkannya sendiri di dunia yang kejam ini, bertemu dengan Tuhan terlebih dahulu. Dan ibunya? Oh, bahkan Seongwu sudah tidak sudi mendengar namanya. Pergi bersama laki-laki lain, meninggalkan Seongwu seorang diri.
Biarlah orang yang paling ia sayangi dan percaya, meninggalkannya dan mengkhianati dirinya ketika tahu ia sedang mengandung malaikatnya ini.
Rambutnya hitam sekelam malam. Matanya selalu bercahaya yang mampu menggantikan bintang. Bulu matanya yang panjang dan lentik. Pipinya yang tembam dan putih. Serta bibirnya yang kecil semerah ceri.
Rasa sakitnya digantikan dengan hadiah yang tidak ada taranya. Dia akan selalu bersyukur kepada Tuhan yang telah mengkaruniai Yeoli sebagai putrinya.
"Bangun sayang, sarapan sudah siap." Seongwu membelai lembut surai hitam Yeoli. Namun anaknya justru memeluk tangannya erat. "Hari ini ada telur dadar dengan banyak saus tomat kesukaan Yeoli," Bujuknya sekali lagi.
Yeoli mengerjapkan matanya. Mebiasakan cahaya yang mengintip dari jendela kamarnya masuk ke indra penglihatannya.
"Mommy.."
***
Putih.
Langit-langit kamarnya yang terdapat lampu mewah dengan design yang rumit namun indah, adalah yang pertama kali masuk ke penglihatannya.
Dada bidangnya naik dan turun. Pertanda bahwa ia masih bernafas, sampai saat ini.
'Kenapa Tuhan begitu kejam?'
Kedua tangannya mencengkram kuat selimut putih yang membungkus tubuhnya.
'Kenapa Tuhan masih memberiku hidup?'
Matanya terpejam erat. Menyesali dirinya yang masih terbangun sampai hari ini. Setiap malam, ia selalu meminta agar keesokan harinya ia tidak perlu berhadapan dengan yang namanya kehidupan lagi.
Suara ketukan yang berasa dari luar kamar menghentikan pergumulan pikirannya. Sayup-sayup ia dengar, suara pelayannya memanggil, "Tuan Daniel, apa tuan sudah bangun?" Tanya pelayan dengan suara pelan di depan pintu kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Angel's
FanfictionLebih dari 20 tahun hidupnya hampa. Tanpa kasih yang sebenarnya. Itulah pikirannya selama ini. Sampai ia menyadari. Kemana saja dia selama ini sampai baru menyadari dua malaikat di hadapannya sekarang. Karena tak semua malaikat, memiliki sayap puti...