Berada jauh di atas awan. Sekitar 35 ribu kaki dari permukaan laut. Tidak pernah Daniel rasakan kegusaran ini.
Dia seorang pembisnis. Sudah makanannya sehari-hari, berpindah dari satu pulau ke pulau yang lain. Delay dan jetlag bukan lagi hal baru yang dirasakan olehnya.
Namun kali ini berbeda. Pada nyatanya, kenyamanan dan kemewahan business class tidak mampu menghalau rasa gundah yang dirasakannya.
"Tenang ayah, sebentar lagi kita sampai."
Daniel melirik sinis ke arah Jaehwan yang masih bisa bersikap santai. Semua keterlambatan ini adalah ulahnya dan dia masih bisa tertawa bahkan mengusili orang?
Daniel mendengus, "Sekali lagi tertawa, kupukul wajahmu."
"Ohh! Ayah galak!" Ledek Jaehwan sambil berpura-pura ketakutan.
"Jaehwan!" Bentak Daniel.
Jaehwan cepat-cepat menutup matanya, berpura-pura tidur. Akan lebih baik dari pada harus menghadapi Daniel yang sedang marah, pikirnya.
"Apa semua calon ayah menjadi sensitif sepertinya?" Bisik Jaehwan kepada diri sendiri.
Daniel menyamankan duduknya. Pangkal hidungnya ia pijit pelan. Dia hanya ingin cepat pulang. Namun dengan bodohnya Jaehwan salah memesan tiket dan diperparah dengan delay beberapa jam akibat hujan yang disertai angin serta petir.
Beruntung Korea-Jepang tidaklah terlalu jauh. Penerbangan memakan waktu sekitar 2 setengah jam maybe?
Ntahlah, Daniel hanya ingin cepat pulang.Dan apa lagi sekarang?
Daniel menggeram tertahan. Menahan emosinya yang sudah memuncak.
"Jemputannya mana Jaehwan?"
Jaehwan mengucek matanya yang setengah terbuka, "Aku telat memberitahunya tadi, mungkin 5-7 menit lagi sampai."
"The fuck with that shit. Aku naik taksi."
Daniel melangkah lebar, meninggalkan Jaehwan yang masih mengumpulkan nyawanya dengan koper-koper di sisinya.
Daniel mebanting pintu mobil dengan kencang. Setelah mengucapkan alamat yang dituju, matanya memperhatikan matahari yang masih malu-malu menampakan sinarnya.
Ah, semakin melihatnya Daniel semakin merindukan kekasihnya. Bagi Daniel, Seongwu dan matahari memiliki kemiripan. Sama-sama memancarkan sinar di kehidupannya dengan malu-malu.
***
Seongwu menghela napas. Sejak kapan dia lupa menyetok susu di lemari es? Seongwu merutuki dirinya sendiri yang teledor akhir-akhir ini. Ia menutup pintu lemari es dengan lemas. Semakin lama ia tidak melihat Daniel, rasanya semangat di tubuhnya semakin berkurang.
Seongwu tersenyum. Tangannya mengusap dengan sayang foto yang tertempel di pintu lemari esnya. Banyak foto yang tertempel dengan bantuan magnet dari berbagai macam bentuk yang lucu-lucu.
Setelah Seongwu sadari, ternyata pintu lemari esnya sudah hampir penuh dengan foto-foto Daniel dan Yeoli. Dengan foto yang paling penting ditaruh di tengah-tengah.
Foto yang hanya menampilkan warna hitam pekat. Namun, menandakan adanya kehidupan yang baru.
Seongwu menghela napas lagi. Suatu kebiasaannya sejak dulu, guna untuk meringankan bebannya.
Ia berlalu, mengambil mantel dan dompetnya, bersiap pergi ke mini market dekat rumah.
Seongwu harus bergerak cepat, jangan sampai Yeoli terbangun saat ia sedang tidak berada di rumah. Dengan cepat ia membuka pintu dan berbalik untuk menutupnya kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Angel's
FanfictionLebih dari 20 tahun hidupnya hampa. Tanpa kasih yang sebenarnya. Itulah pikirannya selama ini. Sampai ia menyadari. Kemana saja dia selama ini sampai baru menyadari dua malaikat di hadapannya sekarang. Karena tak semua malaikat, memiliki sayap puti...