Butir keenam : Malam dan Kamu

7.9K 1.3K 264
                                    

Satu lagi hari yang sibuk di pusat ibu kota Korea Selatan, Seoul. Jika bisa memilih, mereka pasti tidak akan mau untuk berada di luar ruangan yang sekarang suhunya mencapai minus 3 derajat Celcius. Hal yang wajar, karena sudah memasuki akhir bulan Desember.

Tapi hidup harus terus berjalan, dan kehidupan membutuhkan uang. Dari mana uang berasal? Bukan dari kocokan dadu monopoli. Tentu, dari bekerja.

Lalu lintas ramai lancar. Orang-orang yang hendak menyebrang merapatkan mantel mereka, sambil menunggu lampu penyebrangan berubah hijau. Perempatan jalan besar yang tadinya ramai oleh kendaraan, berganti ramai oleh orang-orang yang menyebrang. Saling menabrak, saling mendahului, agar lekas sampai ke tempat tujuan mereka masing-masing.

Seorang pria tampak tidak terganggu dengan dinginnya udara pada hari itu. Senyumnya mengembang, ia mengenakan pakaian turtle neck hitam yang dibalut dengan coat warna senada. Coat panjangnya berkibar dengan cara dramatis ketika pria itu berjalan, ia bagaikan model papan atas yang sedang berjalan di catwalk ajang bergengsi. Dari sekali pandang, bisa terlihat bahwa pakaian yang dikenakannya bisa seharga dengan satu mobil.

Bunyi kerincing terdengar ketika pintu dibuka. Penghangat ruangan langsung menyelimuti tubuhnya yang menggigil, alunan musik menambah kenyamanan tempat itu.

"Selamat da— ah! Daniel-ssi!"

Sungwoon sudah hafal betul dengan pria bermata sipit yang memiliki titik di bawah mata sebelah kanannya itu. Pria yang membuat bosnya ketar-ketir belakangan ini. Pria yang akan selalu datang saat makan siang dan malam sebelum restoran tutup.

Sungwoon bahkan sampai mual sendiri, saat setiap hari harus mengantarkan makanan Cina ke meja nomer 11. Ia bertanya-tanya, kenapa Daniel tahan untuk makan-makanan Cina hampir setiap hari.

Tidak hanya sampai di situ, setelah makan Daniel tidak langsung beranjak dari kursi, melainkan..

"PAMAN NIL!!" Daniel berjongkok, siap untuk menerima Yeoli ke pelukannya. Pemandangan yang tidak akan pernah gagal untuk menjadi pusat perhatian dari para pelanggan di restoran itu.

Seongwu mencoba untuk menjaga sikap profesionalnya dalam bekerja, ia tetap memainkan biola dengan tenang. Padahal, ia tidak akan pernah tenang ketika Daniel sudah berada di sana.

Daniel tidak main-main dengan ucapannya tempo lalu. Semenjak hari itu, setiap Seongwu selesai kerja, Daniel sudah berada di depan restoran bersandar pada mobilnya. Jika Daniel ada keperluan mendadak atau meeting yang tidak bisa ia hindarkan, supirnya akan menggantikannya untuk mengantar Seongwu dan Yeoli pulang.

Seongwu sangat kikuk mendapat perlakuan seperti itu, belum lagi banyaknya hadiah yang Daniel berikan untuk Yeoli, membuat Yeoli sekarang nampak seperti anak dari keluarga kaya. Daniel juga membelikannya barang-barang mahal, namun dengan sangat sopan Seongwu menolaknya. Awalnya Daniel marah, dia tidak suka Seongwu menolak pemberiannya. Daniel tidak bermaksud apapun, dia hanya ingin memberikannya untuk Seongwu.

Daniel tahu kalau Seongwu tidak tahan dengan hawa dingin, maka dari itu dia membelikan syal terbaik untuk melindungi Seongwu dari dingin. Hal yang sepele baginya, tapi tidak untuk Seongwu. Melihat harganya yang sebanding dengan dua bulan gajinya saja, membuat Seongwu dengan halus mengembalikan pemberian Daniel.

"Aku minta maaf, tapi aku benar-benar tidak bisa menerima ini Daniel-ssi.." Seongwu menciut, melihat Daniel yang berdiam diri.

"Daniel-s—"

"Niel. Panggil aku seperti itu, maka aku akan berhenti memberimu barang-barang seperti ini."

Dan lagi, Daniel membuktikan ucapannya, dengan berhenti membelikan barang-barang untuk Seongwu—tapi tidak untuk Yeoli.

[END] Angel's Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang