Butir keempat : Pergi Untuk Kembali

6.3K 1.3K 94
                                    

"Mommy!"

Seongwu menghela nafas berat. Sudah hampir dua jam sejak kepergian Daniel, Yeoli masih saja merengek. "Kenapa paman Nil pergi?"

"Paman Daniel punya rumah sendiri sayang, tentu dia harus pulang." Seongwu menjelaskan entah sudah yang keberapa kali, karena Yeoli terus mengulang pertanyaannya.

Yeoli masih murung, hidungnya merah dan matanya berair. Dia sangat menyukai Daniel. "Tapi, paman Nil akan kesini lagi kan mom? Dia bilang akan bermain lagi dengan Yeoli."

Seongwu memijit pangkal hidungnya. Kepalanya pusing untuk menjawab pertanyaan anaknya. Tidak mungkin Daniel akan kembali lagi. Maksud Seongwu, memangnya mereka siapanya Daniel?

"Kalau Yeoli menjadi anak manis, dan tidak menangis lagi, paman Niel mungkin akan kembali lagi," Jawab Seongwu dengan nada ragu.

Mata Yeoli langsung berbinar senang, kaki kecilnya berlari serta berloncat-loncat. Seongwu menghela nafas lega. Setidaknya jawaban asal-asalnya mampu membuat tangis Yeoli reda.

Seongwu menatap ke piyama biru yang dikenankan Daniel tadi. Bohong bila ia tidak merasa kehilangan, sama seperti Yeoli. Kehadiran pria itu mampu menggantikan sosok orang yang seharusnya hadir di dalam keluarga kecilnya.

Sosok yang seharusnya memakai piyama biru itu.

Seongwu menggeleng. Mengenyahkan kenangan sedihnya. Hidup harus terus berlanjut, dan ia tidak ingin terjebak dengan kenangan di sudut pikir lagi.

Suara ketukan tidak sabaran yang berasal dari pintu, membuat Seongwu membatalkan niatnya mencuci baju. Dengan tergesa ia membuka pintu, yang langsung berhadapan dengan tiga pria dengan wajah sangar dan tidak bersahabat.

"Apa ini kediaman Ong Seongwu?"

Seingat Seongwu ia tidak pernah membuat masalah dengan siapapun. Ia tidak bisa menebak apa maksud kedatangan orang-orang ini.

"Ya, dengan saya sendiri."

***

Jisung tidak tahu harus menahan harunya bagaimana lagi, ketika melihat Daniel pulang dengan selamat. Ia hampir saja melapor kepada polisi kalau saja Daniel tidak mengirimkannya pesan bahwa ia baik-baik saja.

Jisung tidak bertanya, tidak juga marah dengan Daniel. Melihat Daniel kembali sudah lebih dari cukup baginya. Namun nyatanya, kepulangan Daniel kali ini, sangat terasa berbeda.

Daniel sudah mulai untuk berbicara yang tidak hanya sekedar pekerjaan dengan Jisung, tatapan matanya tidak lagi kosong, Daniel juga lebih sering untuk tersenyum—walaupun sangat tipis. Entah kenapa, Jisung merasa bahwa Daniel sekarang lebih hidup.

"Kamu tahu dia menemui siapa hyung waktu itu?"

Jisung menghentikan pekerjaannya, dimana Jaehwan sudah bersandar di samping meja kerjanya. "Aku... tidak tahu, dan aku tidak ingin bertan—ah, maksudku, aku... hanya ingin menghargai privasi Daniel."

Jaehwan tahu kalau Jisung sangat menyayangi Daniel. Bukan hanya Daniel, Jisung juga menyayanginya. Dari kecil mereka berdua selalu dijaga oleh Jisung, bahkan terkadang kesalahan mereka Jisung yang menanggungnya.

Jaehwan ingat pada saat ia dan Daniel sakit demam karena terlalu lama bermain hujan-hujanan, Jisung merawat mereka berdua tanpa peduli teman-temannya yang sedang asik bertamasya.

"Dia tertawa saat aku tidak sengaja buang angin di ruangannya tadi, aku jadi tamak. Aku ingin dia kembali menjadi Daniel yang dulu. Daniel yang usil dan selalu tertawa dengan hal-hal kecil."

[END] Angel's Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang