Butir kedelapan : Sebuah Permintaan

8.5K 1.3K 405
                                    

Kepulan uap hangat menerpa wajahnya. Secangkir coklat panas terlihat lezat, ia rapatkan selimut yang membungkus tubuhnya, sambil menyesap coklat panas sedikit demi sedikit. Matanya tak lepas memandangi sosok yang kini sedang sibuk di dapur. Ingin rasanya kaki dan tangannya bergerak untuk merengkuh sosok itu, menyesap aromanya dalam-dalam, dan berbisik mesra betapa ia mencintainya.

Natal telah tiba.

Ketika semalam diisi dengan ringisan kesakitan akan kebandelannya menunda makan, sosok itu menjaganya sepanjang malam. Beradu argumen, siapa yang akan tidur di ranjang dan yang tidur di lantai. Berujung dengan keduanya berbagi selimut dengan tangan saling menggenggam.

"Sudah baikan?"

Daniel mengerjap. Seongwu sudah berada dihadapannya, bertanya dengan kepala yang sedikit dimiringkan. Bahkan Seongwu lebih manis dari coklat yang barusan ia minum. "Aku baik. Semua berkatmu," kata Daniel sambil merentangkan tangan.

Seongwu terlihat ragu untuk masuk ke dalam pelukan Daniel, tapi pelukan pria itu terlihat begitu nyaman. Daniel masih dengan selimut Seongwu yang bermotif buah nanas, merentangkan tangannya menunggu Seongwu masuk ke pelukannya seperti semalam.

Daniel benci cuaca dingin, karena Seongwu membencinya juga. Tapi untuk semalam, ia bahkan berterima kasih kepada salju yang turun di malam natal, karena Seongwunya akan semakin merapatkan diri ke tubuhnya untuk mencari kehangatan.

Dengan ragu, Seongwu akhirnya maju untuk memeluk tubuh Daniel, mendudukan dirinya di pangkuan pria itu. Daniel langsung mendekap tubuh Seongwu, menyelimutinya dengan selimut yang masih bertengger di tubuhnya.

"Merry Christmas," bisiknya.

Seongwu tersenyum dan menyembunyikan semburat merahnya di leher Daniel, "Merry Christmas Niel.."

Daniel terkekeh. Di usianya yang sekarang, ia masih percaya bahwa Santa telah mengirimkan hadiahnya, tepat ke dalam pelukan.

***

Daniel melirik alrojinya, sudah waktunya acara gereja selesai. Aneh memang, menginjakan kaki di rumah Tuhan, rumah musuh terbesarnya. Demi Seongwu, mari berdamai dengan Tuhan terlebih dahulu.

Tadi pagi sebelum Yeoli bangun dan menagih hadiah, Daniel buru-buru pulang untuk bersiap. Ia mendapat persetujuan dari Seongwu untuk membawa mereka ke rumah. Biasanya, keluarga Jaehwan dan Jisung akan merayakan natal bersama di rumah Daniel, tahun ini Daniel ingin Seongwu hadir juga.

"Aku dan Yeoli harus ke gereja terlebih dahulu, untuk berdoa.."

Maka dari itu, di sinilah ia sekarang. Di depan mobil audi hitamnya, menunggu Seongwu dan Yeoli menghadiri acara gereja.

Berdiri agak jauh dari gereja, karena Daniel sangat canggung. Bertahun-tahun ia merutuki Tuhan dan sekarang justru jatuh kepada salah satu umatnya yang taat.

Dua sosok yang sangat familier di matanya mulai terlihat, Yeoli yang menemukan kehadiran Daniel terlebih dahulu langsung berlari ke arahnya.

"Paman Nil!!" Yeoli berlari super cepat dan langsung meloncat ke pelukan Daniel.

Daniel tertawa kencang. Yeoli memang anak yang selalu bersemangat. "Kesayangannya paman Niel!" ucap Daniel sambil menciumi pipi tembam Yeoli.

[END] Angel's Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang