Chapter 18 pt. 1

1.5K 207 22
                                    

Aku terbangun.
Kulihat seisi ruangan.

Ini kamar Jungkook.
Aku menoleh ke arah samping.

Kosong.

Tak ada siapa pun selain diriku.

Aku bangun dan berjalan ke arah luar.

Aku melihat telivisi yang menyala.

Banyak makanan ringan yang berserakan dan ada beberapa botol soju.

Kulangkahkan kakiku mendekat.

Ada Jungkook yang sedang tertidur dengan kondisi yang bisa di bilang kacau.

Aku mendekat ke arahnya.
Kumatikan telivisi yang sedari tadi mengoceh sendiri.

Lalu kurapihkan segalanya yang berantakan.

"Haena...."

Aku mendengar Jungkook yang menyebut namaku.

Namun tak kugubris.

Karena rasa marah masih menyelimuti diriku.

"Don't leave me, please."

Aku masih tetap tak perduli.

"Aku sakit."

Awalnya aku tak perduli. Namun, bagaimana jika ia sakit parah?

Aku segera mendekat ke arahnya.
Kusentuh dahinya.

Panas.

Dahinya sangat panas.

Aku terkejut.

Aku segera mengambil kompresan.

Kutaruh kepalanya ke atas pahaku.

Lalu kukompres kepalanya.

Tak lama Jungkook menggenggam tanganku.

Namun aku melepaskan genggamannya.

Kita sudah tak ada ikatan Jungkook-ah, tolong jangan seperti ini.

Lalu kutaruh kepalanya di sofa kembali.

Lalu kulanjutkan kegiatan bersih-bersihku.

"Haena," panggil Jungkook.

Aku menoleh ke arahnya.

Dia sudah bangun.

"Terimakasih," ujarnya lagi.

"Jangan berterimakasih kepadaku. Aku pulang," ujarku.

"Haena," panggil Jungkook.

Aku menoleh.

"Apakah bisa untuk kita agar tetap menjadi sepasang kekasih?"

"Tidak untuk sekarang. Mungkin nanti, ketika kita saling memahami satu sama lain."

Akupun berharap jika kita tetap bersama Jungkook-ah. Tetapi, hubungan tanpa memahami satu sama lain akan percuma.

Kita akan mementingkan ego kita masing-masing.
Dari pada nantinya kita putus dalam ke adaan yang sangat tak baik, lebih baik kita berhenti untuk memahami satu sama lain terlebih dahulu.

Sehingga, kedamaian akan mendukung cinta kita.

"Tak bisakah kau memberi aku satu kesempatan?" tanya Jungkook.

"Bisa, tetapi nanti. Saat kau dan aku saling memahami. Jungkook-ah, aku juga mencintaimu dan tak ingin untuk mengakhiri hubungan ini.

Tetapi jika kita terus egois satu sama lain, aku tak ingin nanti kita putus dalam ke adaan saling membenci.

Jadi akan lebih baik jika menunggu waktu," ujarku padanya.

Jungkook segera berjalan menuju diriku. Langkahnya terlihat gontai.

Jungkook mengecup bibirku pelan.

"Tunggu aku datang lagi pada dirimu. Aku menyayangimu. My sweet heart."

"Aku tidak pernah keberatan menunggu siapa pun berapa lama pun selama aku mencintainya," ujarku

Jungkook mencium bibirku lama.

Aku akan merindukan ini Jungkook.

Ciuman menenangkan ini.

Setelah selesai.

"Jangan lupa minum obat. Suhu tubuhmu sangat panas."

Lalu aku melangkahkan kakiku pergi dari rumahnya.

***

Orang yang memendam perasaan seringkali terjebak oleh hatinya sendiri. Sibuk merangkai semua kejadian di sekitarnya untuk membenarkan hatinya berharap. Sibuk menghubungkan banyak hal agar hatinya senang menimbun mimpi. Sehingga suatu ketika dia tidak tahu lagi mana simpul yang nyata dan mana simpul yang dusta.

- Tere Liye

Siapa yang meletakkan cintanya hanya di mata, maka hanya sampai disanalah awal dan akhir semua kisah.
Siapa yang meletakkan cintanya hanya di kaki dan tangan, maka juga hanya disanalah tempat terjauh yang bisa digapai. Tapi barangsiapa yang meletakkan cintanya di hati, mematuhi aturan main dan senantiasa bersabar, maka dari sanalah semua kisah akan mekar bercahaya, wangi memesona.

- Tere liye

Lepaskanlah.

Maka esok lusa, jika dia adalah cinta sejatimu, dia pasti akan kembali dengan cara  mengagumkan. Ada saja takdir hebat yang tercipta untuk kita. Jika dia tidak kembali, maka        sederhana jadinya, itu bukan cinta sejatimu.

-Tere Liye-

Tbc

Paralyzed (Jungkook Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang