5. It's a Lovely Mess

404 61 15
                                    

Jiheon mengikat rambutnya asal dan menatap bayangan dirinya sendiri di cermin.

Ini gila. Aku terlihat kacau.

Sejak tadi, bibirnya terus menerus bergumam, tidak berhenti menyalahkan alarm Hello Kitty nya yang kini mungkin kondisinya sudah rusak karena tadi ia melemparnya cukup keras, hanya untuk menyalurkan kekesalannya karena alarm itu tidak berhasil membuatnya bangun. Aneh memang, yang salah siapa yang disalahkan siapa.

Padahal sebenarnya, Jiheon sendiri yang malas-malasan untuk bangun. Alarm nya bahkan sudah berbunyi dengan nyaring, tiada berhenti untuk memberinya nyanyian 'kring-kring' saat matahari mulai menampakkan dirinya untuk berbagi kehangatan pada tiap-tiap makhluk yang ada di muka bumi ini.

Tapi entahlah, apa yang tengah ada di pikiran gadis itu hingga membuatnya membuka mata hanya untuk mematikan alarm itu, dan kemudian melanjutkan aktivitasnya menjadi sleeping beauty lagi. Mungkin pikirannya masih dipenuhi dengan mimpi-mimpi indah yang masih belum rela ia lepaskan, atau mungkin memang saraf tubuhnya masih enggan untuk beranjak dari kasur empuk yang nyaman dan menghangatkan, hingga ia memutuskan untuk tinggal di kasur lebih lama lagi.

Dan saat Jiheon membuka matanya, dia sadar bahwa apa yang telah dilakukannya tadi adalah hal yang paling tidak benar, -menurutnya. Tapi, mau bagaimana lagi. Waktu tidak bisa diulang kembali, kecuali jika dia mempunyai mesin waktu yang mungkin tersembunyi di balik meja belajarnya itu, seperti halnya Doraemon. Ah tidak, mana mungkin dia memiliki alat menakjubkan seperti itu. Mana mungkin juga ada robot kucing yang dikirim untuknya dari abad ke-22 hanya untuk membuatnya menjadi anak yang lebih baik? Ey. Dia bukan Nobita. Memiliki boneka duplikat Doraemon pemberian Jihoon saat ulang tahunnya yang ke 10 saja sudah membuat dirinya senang. Tapi sayangnya boneka itu tidak bisa membawanya ke mesin waktu seperti yang sangat diinginkannya saat ini.

Jiheon bahkan beberapa kali menendang apapun yang ada di depannya hanya karena ia sudah sangat kacau sekarang. Pikirannya melayang kemana-mana, rasa takut dan cemas menyeruak dari dalam dirinya. Ia bahkan mengumpat sebal pada alarm nya--yang tidak salah apapun--dan melemparnya sampai ke pojokan lemari. Tidak peduli kalau alarm itu rusak atau pecah kacanya. Gadis itu tetap kukuh pada pemikirannya bahwa yang membuat pagi harinya yang seharusnya manis ini, yang seharusnya ia buka dengan secangkir cokelat panas dan sepotong cheese cake kesukaannya, harus rusak hanya karena alarm sialannya itu.

Astaga dia bahkan belum membereskan buku-bukunya yang tergeletak di meja belajar, karena memang semalam dia harus begadang untuk menyelesaikan tugas individu dari Jung ssaem. Menyebalkan sekali.

"Aish! Aku tidak punya banyak waktu lagi! Eotteohkhae??"

Jiheon mengacak rambutnya sebal dan cepat-cepat memasukkan beberapa bukunya yang tergeletak di meja belajar tadi ke dalam tas. Persetan dengan tasnya yang terlihat tidak rapi karena ia memaksakkan menyumpal buku-bukunya begitu saja ke dalam tasnya, tanpa merapikannya seperti yang biasa ia lakukan. Ia sudah sangat telat dan ia tidak mau mendapat ceramah dari Jung ssaem nantinya. Tidak untuk pagi-pagi hari seperti ini.

Lagipula, siapa juga yang mau berurusan dengan guru seperti Jung ssaem? Ganas dan mengerikan. Menatap caranya berjalan sambil membawa laptopnya saja sudah membuat seisi kelas bersembunyi karena ketakutan. Apalagi saat bola matamu bertemu dengan miliknya, dan saat beliau menatap matamu tajam, ugh. Memikirkannya saja sudah membuat Jiheon ingin menusuk bola mata milik Jung ssaem dengan garpu, dan setelah itu ia akan mencelupkannya pada saus cokelat untuk dijadikan lollipop. Ya, jika saja melakukan hal seperti itu diperbolehkan untuk seorang murid pada gurunya. Ah tidak-tidak, Jiheon masih menyayangi hidupnya, ia tidak mungkin membiarkan sisa hidupnya membusuk di penjara begitu saja, bukan?

A Handkerchief Love || Jiheon × JinyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang