11. Idiots

236 37 33
                                    

Jiheon melangkahkan kakinya pelan.

Masih sama seperti kemarin, hari ini gadis itu berniat memberikan saputangannya lagi kepada Jinyoung.

Dan lagi-lagi, ia harus berbohong kepada Jihoon. Kali ini bukan untuk mengerjakan tugas di perpustakaan lagi, melainkan gadis itu beralasan jika akan mengerjakan tugas kelompok di rumah Sora. Ha. Konyol. Bagaimana bisa dia mengerjakan tugas di rumah Sora sedangkan sahabatnya itu tengah sibuk mengurusi Seonho.

"Jihoon sunbae, maafkan aku." Ucapnya lirih saat kakinya berjalan di koridor kelas Jinyoung.

Saat gadis itu memasuki kelas Jinyoung, suasana masih sama seperti kemarin. Sepi dan sedikit menyeramkan, jadi sebelum terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, Jiheon cepat-cepat menuju ke loker Jinyoung dan membuka loker milik lelaki itu dengan menggunakan jepitan lidinya.

"Heol. Such an arrogant boy. Dia tidak mengambil surat-surat yang diberikan untuknya. Lihat saja lokernya, masih penuh dengan surat dan kurasa sekarang suratnya bertambah banyak. Aku berani bertaruh besok pasti lokernya tidak bisa ditutup karena penuh dengan surat cinta yang konyol ini."

Jiheon menggelengkan kepalanya dan menghela nafas, kemudian gadis itu meletakkan saputangannya dan menutup loker Jinyoung perlahan. Ia membiarkan lokernya terbuka tanpa menguncinya kembali. Bukan apa-apa, gadis itu hanya tidak tau caranya. Maka dari itu ia hanya menutup loker milik Jinyoung tanpa menguncinya.

Kini Jiheon melangkahkan kakinya menjauh dari loker. Tetapi baru beberapa langkah, gadis itu berhenti. Alih-alih melanjutkan langkahnya keluar kelas, ia malah berbalik dan berjalan menuju loker seseorang yang hari ini telah ia bohongi.

Jihoon.

Kali ini gadis itu mengeluarkan sebuah kunci dari dalam tas nya. Iya. Kunci loker Jihoon. Jiheon memilikinya. Bukan Jiheon yang meminta kunci itu pada Jihoon, tetapi  lelaki itu yang memberikannya pada Jiheon.

"Cutie, igeo. Kuberikan padamu, dan kuharap kau bisa menyimpannya dengan baik."

"Sunbae, ige mwoeyo?"

"Kunci lokerku."

"Tapi sunbae, kena-"

"Agar kau bisa mengambil permen susu setiap saat di lokerku. Kau menyukainya 'kan? Aku menyimpan banyak permen disana."

Jiheon tersenyum mengingat bagaimana saat itu Jihoon tiba-tiba memberinya kunci loker miliknya. Bagaimana Jihoon tersenyum padanya, serta bagaimana ekspresi Jihoon saat lelaki itu memberikan alasan yang lucu saat memberikan kunci lokernya. Jiheon benar-benar menyayangi Jihoon. Tapi tidak, bukan rasa sayang seperti itu. Rasa sayangnya lebih kepada rasa sayang kepada seorang sunbae. Karena selama ini, hanya Jihoon yang selalu menjaga Jiheon dengan baik.

Tapi sebenarnya, gadis itu tidak tau. Sikap Jihoon yang selalu baik padanyaㅡbahkan bisa dibilang sempurnaㅡmemiliki arti yang lain. Selalu menjaga dan melindungi, seolah Jiheon adalah benda rapuh yang bisa pecah kapan saja, Jihoon juga tidak mengerti dengan semua ini. Tapi yang jelas, ia tidak pernah menganggap Jiheon hanya sebatas hoobae.

Jiheon lebih dari itu untuk seorang Park Jihoon. Gadis itu spesial. Jihoon tidak ingin ia terluka, sedih, dan semacamnya. Jihoon tidak ingin gadis itu jatuh kepada orang yang salah. Ia hanya ingin melihat gadis itu selalu tersenyum dan bahagia. Ia ingin menjadi alasan dibalik senyum manis Jiheon. Ia hanya menginginkan itu.

Tapi Jihoon tidak bisa. Ia tidak mampu melakukannya. Semua seolah kelewat berat baginya. Ada sesuatu yang membatasi mereka. Yaitu hubungan antara sunbae dan hoobae. Ingin rasanya Jihoon menghancurkan dan menerobos dinding pembatas itu, tapi tidak bisa. Bahkan meskipun ia telah berhasil melakukannya, hal itu tetaplah percuma. Tidak mungkin juga hubungan bisa terjalin jika hanya satu pihak yang berusaha?

A Handkerchief Love || Jiheon × JinyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang