16. Tears of the Lonely Night

251 34 52
                                    

Jihoon mengenggam satu kunci yang tersisa.

Dugaannya benar. Tentang siapa yang memberikan sapu tangan kepada Jinyoung. Tentang mengapa gadis itu tidak lagi pernah pulang bersamanya. Oh, sialan. Memikirkannya membuat lelaki itu serasa kehilangan sesuatu yang paling berharga dalam semesta ini. Kelewat berharga hingga bisa membuatnya sesak secara absolut hingga akhir.

Menghela nafas berat, ia kembali mengingat kejadian siang hari tadi saat bersama Jinyoung setelah mereka berolahraga.

"Jinyoung-ah!"

"Ah, Jihoon hyung!"

"Kau sudah menyelesaikan catatanku?"

"Sudah, hyung. Ada di dalam lokerku. Kau mau aku mengambilnya?"

Jihoon menggeleng dan tersenyum, "Tidak perlu. Ah, serahkan kunci lokermu dan aku akan mengambilnya sendiri."

"Hyung, biar aku saja. Tungguㅡ"

Jihoon dengan cepat menggelengkan kepalanya sebelum akhirnya berkata, "Tidak. Biar aku saja, oke?"

Jinyoung pada akhirnya hanya bisa mengangguk kemudian mengambil kunci lokernya di jas seragam lalu menyerahkannya pada Jihoon. Tentu. Lelaki sepertinya mana mungkin mau repot-repot membuka mulut untuk melontarkan pertanyaan lebih banyak lagi. Lebih baik diam dan hanya melakukan apa yang dikatakan seseorang kepadanya.

Tanpa berpikir panjang lagi, Jihoon segera menuju kelas dan mengambil buku catatannya.

Jihoon mengacak rambutnya frustasi ketika mengingatnya.

Lelaki itu pada awalnya hanya ingin mengambil buku catatannya kembali. Tapi kemudian sesuatu mulai membuatnya gila dan penasaran setengah mati. Maka dari itu Jihoon melakukannya. Melakukan hal kecil yang berujung masalah seperti ini.

Oke. Ia yang sengaja meninggalkan kunci milik Jinyoung di dalam kelas. Dan ia tidak menduga jika pada akhirnya akan seperti ini. Jiheon mengambil salah satu kunci milik Jinyoung dan Jihoon jelas tahu ia tidak mungkin mengatakan pada Jinyoung bahwa kuncinya hilangㅡbukan. Lebih tepatnya ia tidak mungkin mengatakan pada Jinyoung bahwa Jiheon telah mengambil satu kuncinya.

Lagipula, ayolah. Siapa yang mengira bahwa Jiheon berniat mengambilnya? Jihoon hanya berpikir bahwa jika gadis itu memang seseorang yang selalu memberikan sapu tangan pada Jinyoung, maka ia jelas membutuhkan kunci untuk membuka loker. Dan karena hal itulah, Jihoon sengaja meletakkan kunci milik Jinyoung disana.

"Sial!" Lelaki itu mengenggam kunci itu kuat-kuat. Jelas terlihat bahwa ia sedang bingung, marah, putus asa, semua membaur menjadi satu.

"Apa yang harus ku katakan pada Jinyoung?"

Jihoon barangkali hampir membuang sisa kunci itu jika hal itu bisa sedikit membuatnya menghela nafas lega. Tapi alih-alih bernafas lega, membuang kunci itu malah akan membawa masalah untuknya.

Sial. Itu tidak bagus.

Dan mulai sekarang Jihoon harus memikirkan alasan apa yang sekiranya tepat untuk menanggapi pertanyaan dari Jinyoung.

Great. Itu pekerjaan rumah yang cukup konyol.

🌻🌻🌻

Play ⏩ I Miss You, Soyou.

🎶The tears keep coming when I see you
I don't know why🎶

Udara malam yang cukup dingin tidak membuat Jinyoung menutup jendela kamarnya rapat-rapat dan berdiam diri di depan penghangat hingga pagi menjelang. Tidak. Alih-alih melakukan itu, barangkali saraf perasa milik lelaki itu telah rusak hingga tidak peduli dengan angin malam yang terasa dingin menampar kulit.

A Handkerchief Love || Jiheon × JinyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang