30. It Shouldn't be Like This

198 22 11
                                    

Jiheon menatap Jihoon yang kini duduk di sampingnya sembari tersenyum manis seperti biasanya, seakan tidak ada sesuatu yang terjadi. Padahal Jiheon tau, sunbae nya itu tengah bertingkah sok kuat. Seperti sekarang, lelaki itu sedang sibuk terkekeh seperti orang gila dan tatapannya seolah berkata pada Jiheon bahwa tidak ada yang perlu dicemaskan.

"Kenapa menatapku seperti itu? Apa aku setampan itu hingga dipukuli saja wajahku masih mampu membuatmu terpesona, benar 'kan?"

Jiheon terkekeh pelan. Astaga. Jihoon benar-benar se-tidak peduli itu dengan keadaan dirinya sendiri.

Padahal baru saja beberapa menit yang lalu keduanya sangat serius, berpelukan, bahkan Jiheon juga terisak dalam pelukan Jihoon. Tapi sekarang, semuanya kembali normal lagi. Dengan segala kekonyolan yang mereka buat.

"Sunbae, maaf. Aku tidak tau semuanya akan menjadi seperti ini. Aku-"

Jihoon meraih satu tangan Jiheon dan memotong ucapannya dengan cepat, "sst. Aku tidak ingin mendengar kata maaf lagi karena sungguh, semua ini sungguh bukan kesalahanmu. Berhenti menyalahkan diri sendiri, Cutie. Jika ada seseorang yang harus disalahkan, maka orang itu adalah aku. Aku yang memulai semuanya, aku yang emosi dan aku yang tidak bisa menahan amarahku."

Jihoon menarik napas dan menghembuskannya berat, ia lantas menatap Jiheon dengan lekat, "aku yang salah, Cutie. Tolong maafkan aku."

"Sunbae, aku tau sunbae tidak akan pernah bermaksud untuk melakukannya. Geunde, Jinyoung sunbae juga tidak melakukan kesalahan apapun. Dia tidakㅡ"

"Cutie bisakah kau tidak membicarakan dia saat ini? Bisakah kau mendengarkanku sekali saja dan berhenti menyebut namanya saat bersamaku? Aku tidak bisa menerima saat mendengar dia menyakitimu dan sekarang aku harus menghadapi kenyataan bahwa kau lebih memihak dia daripada aku yang bahkan berusaha untuk melindungimu?"

Hati Jiheon seketika mencelos. Tangannya mengepal dan meremas rok seragamnya kuat-kuat.

Tidak, sunbae. Bukan seperti itu.

Mengabaikan rasa sakit yang kembali menyeruak dalam hati serta air mata yang mulai menumpuk di pelupuk matanya, Jiheon lantas berkata lirih, "Jihoon sunbae, tolong jangan berkata seperti itu. Apa yang sunbae katakan sama sekali tidak benar. Aku tidak memihak siapapun, aku hanya ingin memperbaiki semuanya."

Jihoon menatap kedua iris kecokelatan milik Jiheon yang kini tengah berkaca-kaca. Gadis itu terlihat sangat rapuh, seakan ia telah bersiap-siap untuk pecah hanya dengan satu sentuhan saja.

Tapi mendengar gadis itu terus-menerus menyebut Jinyoung dan mengatakan bahwa dia tidak bersalah, sungguh, itu semua membuat hati Jihoon semakin sakit.

"Aku tau. Tapi, aku benar-benar tidak bisa bicara dengan Jinyoung saat ini. Aku tidak ingin menemuinya dalam waktu dekat ini. Kuharap kau mengerti aku Jiheon-ah, aku akan berbicara padanya saat kurasa aku sudah menemukan waktu yang tepat."

Akan kupastikan kau tidak akan menangis lagi, Jiheon-ah.

Jiheon hanya bungkam, menatap Jihoon dengan air mata yang nyaris jatuh dari manik cantiknya.

Kenapa semuanya menjadi seperti ini. Kenapa segala sesuatu seakan menyudutkan gadis itu. Jiheon jelas tahu ia bukan gadis lemah yang akan menyerah dan lari dari kenyataan begitu saja, tapi sungguh, saat mendengar sunbaenya berkata seperti itu,

Ia tau ia akan,

Hancur.

Gadis itu benar-benar telah menanggung masalah yang dengan tidak tau malunya datang begitu saja dalam hidupnya. Belum selesai dengan hatinya yang terluka, kini gadis itu harus merasakan terluka untuk kedua kalinya. Dan lucunya, luka ini terasa lebih menyakitkan.

A Handkerchief Love || Jiheon × JinyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang