19. The Painful Melody

251 33 37
                                    

Jiheon menatap tulisan di papan tulis dengan fokus. Gadis itu mencatat materi penting yang ia dapat di buku catatan berwarna magenta miliknya. Jiheon sangat menyukai buku itu, buku yang cukup tebal dengan hiasan sandglassㅡsedikit timbulㅡtepat di tengah-tengahnya. Pasir yang ada di dalamnya berupa bintang-bintang kecil yang sedikit berkilauㅡbercampur dengan glitterㅡsaat dilihat dari dekat.

Gadis itu sesekali menggelengkan kepala, terlihat sangat heran dengan teman-teman sekelasnya. Mereka semua terlihat sangat mengantuk, bahkan salah satu temannya yang duduk di bangku paling belakang tengah tertidur pulas saat ini.

Oh bung, sebaiknya kau bangun atau nasib buruk akan segera menjemputmu.

Jiheon jelas tahu meskipun guru yang tengah mengulang mereka saat ini bukan termasuk jajaran guru killer, tapi tetap saja, sengaja tidur saat jam pelajaran berlangsung itu sedikit tidak bagus. Oh tidak, itu memang sama sekali tidak bagus.

Tentu, tentu. Bagaimana jika guru itu tiba-tiba menghampirimu dan menjewer kupingmu? Atau bagaimana jika dia memanggil namamu dengan lantang disertai tatapan mata seperti iblis lalu menyuruhmu untuk mengerjakan soal di papan tulis yang bahkan sama sekali tidak kau ketahui? Well, itu tidak buruk jika kau sudah belajar saat malam hari. Tapi melihat temannya yang duduk di bangku paling belakang itu terkenal membuat onar di klub sekolah maupun di tempat lain, Jiheon jadi tidak yakin.

Pasti temannya itu tidak akan selamat. Tapi mengingat waktu jam pelajaran sudah akan berakhir beberapa menit lagi, Jiheon hanya bisa berharap dengan gelisah. Ia tidak ingin guru itu mendadak mengambil keputusan untuk membuat kelasnya pulang terlambat karena harus menunggu seseorang untuk mengerjakan soal di papan tulis. Itu hanya akan membuang waktu. Jadi yang gadis itu harapkan saat ini hanyalah bel segera berbunyi atau jika tidak begitu, setidaknya satu temannya itu segera bangun dari tidur pulasnya.

Dan benar saja, ketika Jiheon menoleh ke arahnya sekali lagi, temannya itu sudah bangun dengan mata yang memerah serta raut wajah yang, ewh. Tidak ada rasa bersalah sama sekali. Temannya itu malah mengacak rambutnya asal dan mengemasi bukunya yang Jiheon yakin hanya buku kosong tanpa tulisan di dalamnya, kemudian memasukkannya ke dalam tas lalu dengan santainya menopang dagu menunggu bel untuk segera berbunyi.

Gadis itu meggelengkan kepalanya pelan, kembali berfokus pada catatan di buku magenta miliknya. Baru saja akan menulis catatan selanjutnya, bel sekolah berbunyi dengan kerasnya, membuat seluruh penghuni kelas bersorak kegirangan dan segera mengemasi buku dan apapun yang ada di meja.

Seluruh teman sekelasnya satu persatu mulai meninggalkan kelas setelah guru pelajaran akhir itu memberi salam. Dan seperi biasa, gadis itu tetap duduk di dalam kelas, membiarkan dirinya sendiri menjadi satu-satunya makhluk hidup yang ada disana. Bahkan Sora meninggalkan Jiheon begitu saja saat bel telah berbunyi. Sahabatnya itu terlihat sangat terburu-buru setengah mati, seakan kehilangan stok cookies almond kesukaannya di supermarket jika ia tidak segera berlari membelinya. Pada faktanya, sahabatnya itu hanyalah menemui Seonho untuk membeli keperluan perihal basket. Well, Jiheon bisa memahaminya. Tidak masalah, lagipula memang seperti itu 'kan, orang yang menjalin cinta?

Kau harus mampu memberikan sedikit lebih banyak waktu untuk pasanganmu.

Jiheon lantas mengambil saputangan dari dalam tasnya. Gadis itu kemudian mengamati saputangan itu. Ia membuatnya bersamaan dengan saputangan berwarna kuning berhias bunga matahari yang telah ia berikan kepada Jinyoung. Kali ini, saputangan itu berwarna abu-abu dengan hiasan berbentuk kepala serigala di sudut saputangan. Tepat disamping huruf 'J' dan tanda hati berwarna merah yang selalu Jiheon sematkan.

Jiheon terkekeh geli ketika melihat kepala serigala itu dengan lebih lekat. Kuping serigalanya terlihat tidak simetris karena besar sebelah. Jiheon selalu saja membuat kesalahan kecil seperti itu kendati ia telah menjahit cukup banyak saputangan untuk Jinyoung. Well, wajar saja jika gadis itu membuat sedikit kesalahan. Ia bukanlah penjahit professional yang biasanya menjahit gaun untuk para model yang cantik dan anggun.

A Handkerchief Love || Jiheon × JinyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang