29. Please Hug the Tired Me, Tightly

344 23 13
                                    

Jihoon menatap wajah gadis yang kini tengah mengobatinya dengan hati-hati.

"Sudah selesai."

Yena tersenyum dan mengemasi sisa obat-obatannya.

"Gomawo." Jihoon tersenyum dengan kikuk. Ini kali pertamanya diobati oleh seorang gadis. Bukan, bukan karena Jihoon selalu mengobati lukanya sendiri, tapi, lelaki itu memang tidak pernah berkelahi hingga sampai seperti ini.

"Aku tidak melakukannya secara gratis, kau tau?" Yena terkekeh pelan, lalu gadis itu menoleh ke arah Jihoon.

"Apa? Jadi kau tidak mengobatiku dengan sukarela? Benar begitu?" Jihoon seketika memasang wajah apa-aku-tidak-salah-dengar.

"Ya, kenapa ekspresimu seperti itu? Kau terlihat aneh."

Gadis itu lantas berdiri dan merapikan roknya sebelum kembali melanjutkan, "tenang saja, aku hanya bercanda. Geureom, na galge."

Yena tersenyum sekali lagi, dan membalikkan tubuhnya untuk berjalan menjauh. Tapi baru beberapa langkah,

"Jamkanmman, Yena-ya,"

Ia kembali mendengar suara Jihoon. Gadis itu lantas menoleh dan melihat Jihoon yang kini berjalan ke arahnya.

"Jika kau memiliki waktu luang, makanlah bersamaku."

Gadis itu terdiam. Ia tidak bisa mencerna perkataan yang baru saja diucapkan oleh Jihoon padanya. Tidak, tidak. Ia tidak sebodoh itu, hanya saja, ia ingin memastikannya sekali lagi. Jadi dengan sedikit ragu, Yena menatap Jihoon dan berkata lirih,

"M-mworago?"

Sialan.

Yena benar-benar merusak suasana yang Jihoon buat dengan susah payah. Padahal lelaki itu telah mengumpulkan semua keberanian yang ia punya hanya untuk mengatakan tujuh kata yang ia lontarkan beberapa detik yang lalu. Dan sekarang apa? Semua musnah hanya dengan satu kata yang terdengar konyol dari bibir gadis itu. Well, ayolah. Jihoon tahu gadis itu tidak memiliki riwayat penyakit telinga atau pendengaran yang bermasalah atau apapun itu. Jadi apa gadis itu memang benar-benar menginginkan Jihoon untuk mengulanginya lagi?

Oke, oke. Tidak masalah. Itu semua mudah. Mungkin.

"Kau benar-benar tidak mendengarku atau apa, huh? Choi Yena, dengar baik-baik perkataanku ini, oke? Jika kau memiliki waktu luang, makanlah bersamaku. Mwo, anggap saja sebagai ucapan terimakasih ku."

Gadis itu tertawa kecil melihat Jihoon yang kini membuang mukanya. Dia benar-benar tipe laki-laki yang ingin terlihat keren setiap saat, tapi disaat yang bersamaan, ia malah bertingkah lucu dan menggemaskan.

Yena lantas mengangguk dan tersenyum, "hm. Aku tidak sabar menantikan hari itu."

Dan gadis itu kembali melangkah pergi, meninggalkan Jihoon dengan hati yang berdentum keras.

🌻🌻🌻

Jiheon berusaha memejamkan matamya, barangkali hal itu bisa membuatnya sedikit lebih baik. Tapi nyatanya, gadis itu terus-menerus bergerak dengan gelisah, tubuhnya tidak bisa diam barang sedetikpun. Entahlah, gadis itu merasa tidak nyaman. Perasaannya terus menerus mengatakan ada hal buruk yang akan terjadi. Jiheon lantas bangun dari tempat tidur, menghela nafas berat dan bergumam lirih, terlihat sekali bahwa gadis itu tengah cemas.

"Jika ada sesuatu buruk terjadi, entah apapun itu-" Jiheon menjeda perkataannya sebelum akhirnya menutup kedua matanya dan melanjutkan putus asa,

"-aku tidak akan sanggup memaafkan diriku sendiri."

A Handkerchief Love || Jiheon × JinyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang