20. Unchanging Wishes

194 31 31
                                    

Sebelum lelaki itu melihatnya berada disana, Jiheon segera pergi dan melangkahkan kakinya cepat.

Gadis itu berjalan keluar sekolah dengan langkah kaki sedikit tergesa-gesa, pikirannya cukup kacau untuk saat ini. Pertanyaan-pertanyaan yang membuat kepalanya pening juga tak henti-hentinya mengusik ketenangan gadis itu.

Siapa gadis yang ada didalam foto itu?

Mengapa Jinyoung sunbae terlihat begitu sedih dan menangis keras seperti itu?

Apa alasannya menangis juga karena gadis itu?

Jiheon menggigit bibir bawahnya keras-keras, berusaha sekuat mungkin untuk menepis setiap pertanyaan yang muncul. Jiheon jelas tahu sekuat apapun ia memikirkannya, sel dalam otaknya tidak akan mampu menemukan sebuah jawaban. Tidak ada yang bisa ia lakukan. Gadis itu tidak mengerti apapun.

"Aku tidak mengerti siapa gadis itu tapi kenapa aku merasa sangat tidak asing dengan wajahnya."

Jiheon menyusuri trotoar dengan langkah perlahan. Ia bahkan sebenarnya tidak ingin berjalan untuk saat ini, jadi gadis itu hanya menyeret kakinya secara paksa kendati kedua kakinya terasa berat untuk sekedar menapak.

Gadis itu lantas duduk di halte terdekat, menunggu bus selanjutnya untuk datang. Tidak ada banyak orang disana. Oh tidak, ralat. Tidak ada siapapun disana. Hanya Jiheon satu-satunya orang yang duduk di halte itu.

Jiheon hanya terdiam, memandang kosong pada jalanan kota Seoul yang terlihat cukup ramai saat menjelang petang.

Gadis itu terdiam cukup lama. Ia memikirkan suatu tempat yang ingin ia tuju, mungkin tempat yang nyaman, dan mampu membuatnya melupakan setiap masalah walau hanya untuk sejenak. Jiheon lantas mengangguk perlahan, menyetujui apa yang dipikirkannya. Mungkin gadis itu memang membutuhkannya. Mungkin ia butuh untuk menenangkan pikirannya karena barangkali dengan itu, segalanya akan terasa lebih baik. Well, meskipun Jiheon sendiri tidak yakin.

Cukup lama gadis itu menunggu, hingga akhirnya sebuah bus berhenti di halte tersebut, membuat Jiheon segera berdiri dan menaiki bus tersebut tanpa berpikir panjang lagi.

"Selamat sore, paman."

Jiheon tersenyum kecil dan paman sopir bus itu balas tersenyum, "Halo, anak manis. Silahkan scan kartumu dan duduklah."

"Ne."

Jiheon mengangguk kemudian  mengeluarkan kartu bus dari dalam tasnya dan membiarkan mesin di dalam bus itu untuk membaca kartu miliknya. Gadis itu lantas memasukkam kartunya ke dalam tasnya lagi dan berjalan ke tempat duduk paling belakang.

Beruntung hari ini tidak begitu banyak yang menaiki bus itu, membuat Jiheon bisa duduk dengan tenang dan nyaman tanpa harus berebut tempat dengan penumpang lain. Tetapi meskipun begitu, jika susasana bus tengah ramai dan ia masih mendapatkan satu tempat duduk, gadis itu akan tetap memilih untuk berdiri dan membiarkan orang lain untuk duduk disana.

Jiheon selalu seperti itu. Ia tidak mau membuat orang lain merasa tidak nyaman meskipun dirinya sendiri yang pada akhirnya harus merasakan ketidaknyamanan.

Oh, great. Kenapa ia sekarang jadi terdengar seperti peri penolong yang akan muncul kapanpun dan dimanapun orang membutuhkan? Tapi, memang seperti itu nyatanya. Gadis itu tidak pernah mau membuat orang lain merasa kesulitan atau apapun itu.

Jiheon menghela nafasnya dan memeluk tasnya di depan dada, mengarahkan irisnya pada jendela bus yang tepat berada di samping kanannya. Gadis itu melihat jalanan kota Seoul yang kini semakin gelap dan hanya dihiasi dengan sorot cahaya dari lampu jalanan kota. Tetapi meskipun begitu, toko-toko di pinggir jalan masih terlihat terang kendati sepi pengunjung. Jiheon juga hanya melihat segelintir orang yang berlalu-lalang disana, beberapa dari mereka berjalan berpasanganㅡmungkin sepasang kekasihㅡdan beberapa dari mereka berjalan seorang diri dengan memakai coat tebal serta syal yang membungkus leher.

A Handkerchief Love || Jiheon × JinyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang