15. Sickness of Love

242 39 49
                                    

Jiheon berusaha membuka matanya yang terasa berat.

Gadis itu memegangi kepalanya dengan satu tangan. Kepalanya terasa pusing dan membuatnya sulit untuk terbangun. Mungkin karena ia tidur terlalu larut semalam.

Ah, tidak. Jiheon bahkan hampir tidak tidur hanya karena begadang untuk menyelesaikan tugas, belajar untuk ujian yang semakin hari semakin dekat dan yang terakhir, begadang karena membuat saputangan.

Ia bahkan membuat beberapa saputangan sekaligus. Jiheon membuatnya dengan sangat hati-hati seperti biasanya meskipun semalam hari sudah larut dan matanya semakin terasa berat. Bukan apa-apa, gadis itu hanya tidak mau jika nanti waktu belajarnya terganggu. Ujian sudah semakin dekat dan Jiheon berusaha sebisa mungkin agar nilainya tidak turun.

Gadis itu lantas memaksakan dirinya untuk bangun meskipun kepalanya serasa mau pecah. Jiheon bisa saja membolos hari ini dan hanya berdiam di kasur untuk menonton film ber-genre romantis ditambah dengan segelas cokelat panas serta cookies kacang.

Tapi, ayolah. Dia bukan tipe murid yang ingin mendapat omelan membosankanㅡyang bisa membuat telinganya gatalㅡdari Lee-ssaem. Lelaki tua dengan wajah kelewat pucat dan pantat yang sedikit berisi itu pasti akan langsung mencoreng nama Jiheon dari daftar murid yang mendapat nilai plus.

Oh, great. Lalukan Jiheon, jika kau mau membuat semua orang kecewa. Entah itu dirimu sendiri, Eomma, atau bahkan Jihoon sunbae.

Jiheon lantas menggeleng cepat dan segera menuju kamar mandi. Oke, pagi ini harus menjadi hari yang baik.

🌻🌻🌻

Gadis itu menggelung rambutnya ke atas dan menjepit poninya dengan jepitan bergambar Brownieㅡsalah satu karakter dari aplikasi chat yang cukup terkenal.

Kini gadis itu mengambil satu dari tiga saputangan yang semalam telah ia buat. Tanpa berpikir panjang lagi, Jiheon mengantongi saputangan berwarna kuning cerah dengan sedikit hiasan bunga matahari di tiap sudutnya. Menurutnya, itu saputangan yang paling cantik yang pernah ia buat. Warnanya, bunga matahari yang ada disana, semuanya terlihat sempurna.

Gadis itu lantas tersenyum, jika saja saputangan itu tidak ia berikan pada seseorang, mungkin Jiheon lebih memilih untuk menyimpan saputangan itu untuk dirinya sendiri.

Tapi tak apa. Sekalipun Jiheon tak pernah merasa terbebani dengan hal itu. Ia hanya ingin memberikan saputangan-saputangan miliknya, meskipun ia tau, lelaki seperti Jinyoung tidak akan semudah itu membuka hati.

Hatinya yang keras, harus dihadapi dengan sesuatu yang lembut dan hangat.

Dan itu adalah perasaan yang Jiheon punya. Perasaan yang ia salurkan melalui saputangan-saputangannya.

Jiheon segera pergi ke sekolah setelah sebelumnya berpamitan kepada eomma, mencium tangan serta kedua pipi yang mulai keriput milik wanita itu.

🌻🌻🌻

Jiheon tersenyum puas saat irisnya menatap ke arah buku tugasnya. Ia mendapat nilai sempurna.

Kerja yang bagus, Jiheon.

Gadis itu bahkan tidak henti-hentinya tersenyum ketika mengingat Lee-ssaem yang mengatakan padanya bahwa ia bangga memiliki murid seperti Jiheon. Tangguh dan tidak pernah menyerah untuk belajar lebih baik lagi.

Saat ia akan memasukkan bukunya ke dalam tas, suara dari Sora membuatnya sedikit terkejut. Tenang saja, hal itu tidak membuat Jiheon melempar bukunya tepat ke wajah Sora begitu saja dan membuat wajahnya yang mulus itu tergores atau minimal memerah. Oh tidak-tidak. Seonho mungkin bisa menelan otak Jiheon seperti zombie berwajah jelek dengan tangan dan kaki yang bengkok jika Jiheon tetap melakukannya.

A Handkerchief Love || Jiheon × JinyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang