6. The Truth

3.1K 560 15
                                    
















Seungwan menempelkan ibu jarinya pada alat fingerprint yang tertempel di dinding ruangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.












Seungwan menempelkan ibu jarinya pada alat fingerprint yang tertempel di dinding ruangan. Sebelah tangannya membawa secangkir latte hangat yang ia beli di kedai kopi dekat stasiun. Juga blazer dan payung lipat kesayangannya. Ini bukan main-main, ia hampir mengira tadi sebuah badai. Hujannya lebat.

"Loh? Hari ini telat?"

Seungwan menoleh, mendapati rekan satu divisinya yang sedang merapihkan tumpukan kertas di dekatnya. Park Sunyoung adalah rekan kerja yang lumayan baik, tapi sayang hobbynya suka gossip murahan.

"Hm, iya sunbae-nim. Insomnia tadi malam" balasnya.

Sunyoung mengangguk.

"Oh iya Seungwan, tadi aku bertemu dengan Kibum. Dia menyuruhmu ke ruangannya untuk membantunya. Nggak apa-apa kan?" Tanya Sunyoung.

Seungwan tersenyum dan menganggukan kepalanya dua kali. Menaruh segelas kopi paginya di meja beserta tas dan blazer hitamnya. Ia berjalan menyusuri lorong kantor yang berada di jantung kota itu. Hak dari sepatu yang membalut kaki rampingnya mengetuk lantai. Tak lupa Seungwan memberikan senyumnya pada setiap pegawai yang ia kenal.

Bukan bermaksud tebar pesona karena ia single. Hanya saja keramahan yang sudah ibu dan ayahnya tanamkan pada dirinya terlalu dalam. Mengalir di dalam darahnya. Itulah mengapa banyak pegawai yang senang bergaul dengan wanita Son ini.

"Ehm permisi-"

Seungwan menghentikan langkahnya. Begitu pula dengan suara gemeletuk sepatu high heelsnya yang menghilang. Perempuan itu kini menatap dengan seksama seorang yang berdiri di hadapannya.

Perempuan muda dengan gaya casual khas remaja Seoul jaman sekarang. Ia tersenyum manis pada Seungwan, sangat manis.

"Ada yang bisa saya bantu?" Tanya Seungwan.

Perempuan itu mengangguk. Usianya mungkin jauh di bawah Seungwan. Terlihat dari aura yang terpancar di wajah cantiknya. Ia begitu bersemangat dan ceria. Seolah hanya ada dunia bebas tanpa beban di matanya.

"Bisa bantu aku menemukan ruangan Min Yoongi?"

Seungwan tertegun. Min Yoongi?

"Akh-ya tentu saja. Mari saya antar" jawab Seungwan sambil tersenyum.

Seungwan memimpin langkah tidak jauh dari gadis muda itu. Sejujurnya ia sedikit malas jika lagi-lagi harus bertemu pria itu lagi. Ia merasa dirinya di permainkan. Harga dirinya di permainkan. Dan ia benar-benar muak dengan hal itu. Ia benar-benar merasa jika Min Yoongi hanya menggunakan dirinya sebagai hiburan.

Datang hanya di saat ia benar-benar payah dan tiba-tiba menghilang. Ia hanya akan muncul saat ia benar-benar membutuhkan perempuan itu sebagai pelipur bebannya. Atau mungkin muncul karena ia sedang berbahagia, namun bukan dengan Seungwan. Tapi orang lain. Dasar keparat!

Deep Blue EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang