BENGGALA

2.4K 163 3
                                    


Milang duduk dibawah samping ranjang tidurnya. Tiap kali dirumah, pikirannya selalu suram. Seakan gelap dimana-mana, meski lampu dikamarnya saat ini sedang terang benderang. Seakan kehidupan selayaknya didalam rumah tidak ia rasakan dirumahnya. Milang rasa rumah Eksa yang hanya ditinggali oleh 2 orang itu terasa nyaman dan terang ketimbang rumahnya yang justru ada 4 orang.

Sepi. Rasanya sangat sepi. Abangnya di isolasi sejak ia kelas 4 SD. Papanya tidak pernah berbicara kepada anak-anaknya sejak saat itu dan menjadi gila kerja. Mamanya sibuk di dapur besar dibangunan yang terpisah dari rumah ini. Mereka semua melarikan diri dari suasana rumah yang mengerikan.

Milang akhirnya membantingkan diri di tempat tidurnya. Matanya tertutup tapi tidak tidur. Ia sering sekali melakukan itu. Menutup mata dan mencoba mencari surga dari khayalan singkatnya. Ia lebih suka menutup matanya, karena baginya membuka mata adalah kenyataan. Dan ia tak suka dengan kenyataan hidupnya.

***

Sederet motor berbagai model yang telah dimodifikasi terparkir di depan sebuah bangunan tua tak berpenghuni. Bangunan itu sekarang menjadi tempat nongkrong anak motor dari SMK 21. Sekolah yang tidak jauh dari bangunan itu berdiri.

Ada 5 orang siswa dari SMK 21 dan dua orang lagi berseragam SMP 1. Angga dan Milang lah kedua pelajar SMP yang bergabung dengan anak SMK 21 itu. Dito, Arif, Iman, Trian dan Panji adalah alumni SMP 1. Mereka lulus tahun lalu secara direncanakan, karena memang tidak kebetulan mereka berlima satu SMK lagi di SMK 21 yang muridnya mayoritas Cowok. Dulunya orang bilang STM.

Mereka saling kenal dan dekat karena satu Alumni SMP. Dulu mereka berlima mainnya juga dengan Angga dan Milang di basecamp dibelakang sekolah. Setelah lulus, Angga dan Milang harus mengalah dan mendatangi basecamp mereka yang baru yang mereka beri nama Benggala. Sebuah bangunan tua yang mereka sulap sedemikian rupa menjadi basecamp bernama BENGGALA.

Angga duduk didekat jendela, fikirannya seakan kosong. Entah lagi ditaruh dimana. Ketika Milang memanggilnya beberapa kali, Angga masih tak menjawab.

"WOI ANAK BAPAK KEPALA SEKOLAH"ujar Milang lagi keras ditelinga Angga.

"Sat loh.. njing sakit kuping gua" sahut Angga agak kesal

"lagian dipanggilin juga"ujar Milang.

"iya lo kenapa sih Ang, berantem sama bokap lo ?"tanya Dito, sebagai orang yang dianggap bijak diantara yang lain.

"Kagak, apaan sih lebay"gerutu Angga kesal.

"ya terus gimana nih, kita minta solusi lo pada"lanjut Dito mencoba mengajak serius untuk membahas masalah yang sedang Dito pikirkan.

Semua diam lagi, ketika dito menanyakan soal solusi. Antara diam, melamun dan malas mikir.

Sebenarnya mereka sudah membahas ini kemarin sampai sore. Tapi semua buntu dan mereka Cuma ketawa-ketiwi terus sampai akhir pertemuan. Padahal Dito sangat keras memikirkan masalah ini.

Semua bermula dari kejadian tawuran kemarin yang dilakukan oleh 10 siswa dari sekolahnya SMK 21 dengan 20 orang dari SMA 1. Entah apa alasan kedua kubu itu kemarin saling baku hantam. Hasil akhir dari tawuran kemarin adalah jadinya kedua kubu itu saling dendam. Termasuk Agam ketua sekaligus senior geng di sekolah SMK 21 yang kemarin memimpin tawuran masih panas kepalanya memikirkan serangan lagi. Dirinya tidak puas dengan hasil pertempuran kemarin karena polisi berhasil membubarkan perseteruan mereka.

Tapi yang dipermasalahkan Dito bukan hasil akhir tawuran itu. tapi perekrutan dirinya oleh seniornya itu untuk membantu mereka melawan kembali SMA 1.

Dito, Arif, Iman, Trian dan Panji bingung. Serangan lanjutan yang direncanakan akan dilakukan besok siang itu belum disetujui oleh Dito. Ia berdalih akan memikirkan dulu soal ajakan Agam. Kakak kelas mereka di SMK 21.

KELAS FTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang