SATU SUARA

1.6K 164 14
                                    

Milang sudah kalah dengan tidak adanya suara untuknya. Dan Milang pun sudah mulai merasa akan mengalami kekalahannya yang selanjutnya. Yaitu episode hidupnya tamat ditangan Agam.

"Kalah lagi gua"batinnya menyuarakan kepasrahan.

Hingga satu suara merubah kepasrahan itu. Membuat Milang memiliki satu harapan. Satu suara yang sangat ditunggunya sejak tadi. Satu suara yang baginya sudah cukup mengalahkan jutaan suara pendukungnya Agam. Meski Agam memiliki jutaan suara untuknya, Milang merasa sudah menang kalau punya satu suara ini. Suara itu adalah suara Angga.

"BEGOOOOOOO" suara ujaran yang keras itu sejenak membuat suasana riuh di arena senyap. Termasuk Agam yang sibuk memberikan tendangan ketubuh Milang pun berhenti sejenak ketika suara memekik itu menggema di arena.

Pandangan dan Fokus semua orang beralih dari ring ke Angga yang baru saja datang. Mukanya sendu dan menyedihkan. Ia berjalan pelan menuju ke dekat Ring. Di lihatnya dari jauh Milang yang tergeletak.

Milang menoleh, dengan samar-samar melihat sosok sahabat yang kemarin berteriak selesai dapat di lihat dengan matanya "Ga..." dengan susah payah Milang memanggil nama orang yang baru saja datang itu.

"gua udah galiin kuburan lo, cepet mati sono bego" ucap Angga. Tapi matanya terlihat berkaca-kaca, air mukanya sedih dan kedua tangannya bergetar ketika hampir sampai di dekat Ring dan dengan jelas matanya bisa melihat Milang yang sudah tergolek.

"Bangun Begooo... banguuun. Mana kata lo mau ngehajar Agam. Lawan egeeee, jangan nyerah gitu ajaaa" Lirih Angga tak berkuasa menahan sedih melihat Milang yang sudah babak belur.

"Sakit Ga," Milang berucap, bibirnya terangkat miring keatas, seolah ingin menunjukan kelakar seperti biasanya pada Angga. Ia tengah berusaha melukis senyum di wajahnya yang nyaris tak seperti dirinya karena lebam dan luka dimana-mana.

"Bangun kampret" ujar Angga dengan perasaan kuatir.

"Mati lo, mati, Mati" dengan Gemas Agam memberikan pukulan-pukulannya lagi tanpa memberikan jeda bagi Milang untuk mengelak atau menyerangnya balik. Sungguh Agam nampak seperti lawan yang tak tertandingi. Menakutkan siapapun.

Angga rasanya tak sanggup lagi melihat Milang. Ia memejam, menggeleng kepala frustasi dan mulai berlarian mengelilingi tubuh Milang yang terpental sana sini akibat tendangan dan pukulan Agam. ia ingin Milang mendengarkan perkataannya untuk bangkit lagi. "tolong lawan Lang, bertahan atau apapun, tolong Lang" Angga mulai melirih menyedihkan.

"Lang, kita belom sampai di putih abu-abu Lang. Lo pernah janji bakal sama-sama gua sampai kita lepas seragam putih abu-abu bego, bangun Begooo, Agaaaam Please stop Gam, apapun lo Minta lepasin Milang Gam" Angga menatap Agam yang masih semangat menghajar Milang.

"Gam please, lepasin Milang"pinta Angga memohon kepada Agam dari luar ring jeruji.

"asal lo tau, Tujuan awal gua Cuma satu. Ini bocah Mati. Dan nggak ada yang bisa lo berikan buat gantiin itu. karena sebentar lagi tujuan gua tercapai" Agam tertawa sambil terus memukuli Milang.

"please jangan tunjukin neraka lebih dari ini Gam. Gua udah nggak sanggup lagi liat sahabat gua kayak gini, jangan bunuh dia Gam" pinta Angga sampai berlutut. Angga tak segan berlutut. Hal yang tidak pernah ia lakukan untuk siapapun. Angga benci kalah, Angga benci di rendahkan atau berlutut kepada orang yang sekelas Agam. Tapi demi Milang, ia rela berlutut.

"hajar gua Gam, hajar gua, tolong tapi lepasin Milang jangan sampai dia mati" ucap Angga masih berlutut.

"Lo mau bersujud pun gua nggak akan lepasin dia sebelum mati" jawab Agam.

KELAS FTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang