SIMPATI YANG TAK BERARTI

2.1K 150 15
                                    

Langkah kaki Eksa memburu cepat. Larinya semakin kencang ketika sudah dekat dengan salah satu ruangan. Dengan cucuran air mata yang masih menderas sejak tadi ia masuk keruangan tersebut. Bau khas obat-obatan menusuk seketika dihidung Eksa. Bau yang tak asing lagi, karena Eksa pernah berada diruangan semacam ini beberapa waktu lalu karena Typusnya. Eksa kini memasuki ruangan Rawat Inap di salah satu rumah sakit.

Matanya sembabnya mengedar kepenjuru ruangan ketika berada didalamnya. Mencari seseorang yang membuatnya harus datang kesini lagi. Dari 5 tempat tidur, tiga terisi. Dan di pinggir dekat jendela terbaring seorang yang Eksa cari. Secepatnya ia berjalan menghampiri orang itu.

Air matanya makin deras dan isaknya semakin kencang ketika dilihat orang yang terbaring itu wajahnya dipenuhi lebam dan luka yang membuat Eksa hampir tak mengenali orang itu.

"Mas Iqbal" ucapnya lirih dan serak.

Benar, orang itu Iqbal. Iqbal menoleh dengan lemah ke arah Eksa yang masih berdiri disampingnya dengan menangis. "De"lirihnya

Eksa menangis sejadi-jadinya hingga membuat Iqbal merasa tak enak dengan 2 pasien lain yang ada didekatnya. "De, Mas baik-baik aja, udah jangan nangis, ganggu orang"kata Iqbal pelan dan lemah.

"Baik-baik aja gimana ? muka mas kayak alien benjol sana sini, terus kata dokter ada luka tusuk juga, apanya yang baik-baik aja"ujar Eksa sambil menangis.

"iya tapi Mas udah baik-baik aja sekarang, pasti dokter bilang begitu kan, ga perlu khawatir"jawab Iqbal mencoba menenangkan adiknya.

Eksa masih tak mau dengar, ia masih takut dengan keadaan Masnya. Ketakutan yang masih sama yang belum sedikitpun mereda sejak pertama kali mendengar kabar kalau kakaknya di larikan kerumah sakit.

Setelah Milang tiba-tiba dengan buru-buru pergi meninggalkan Eksa. Tak lama dari itu Eksa menerima telfon dari nomor Masnya. Bukan suara masnya, justru saat Eksa angkat suara perempuan yang mengatakan dari pihak rumah sakit memberi tahu kalau kakaknya baru saja masuk UGD dan meminta Eksa untuk datang sebagai pihak keluarga yang bisa mendampingi.

Nangis.

Eksa seketika menangis dengan tangan bergemetar serta rasa takut yang mencekam ketika mendengar berita itu. Dan rasa takut itu masih berkecambuk sampai sekarang, meskipun dokter dan kakaknya itu sudah bilang bahwa semua baik-baik saja.

"udah de, kasian terganggu pasien yang lain- Udah jangan nangis kenceng-kenceng"bujuk Iqbal lagi agar Eksa berhenti menangis.

Tapi Eksa masih menangis dan terus menangis sampai akhirnya Iqbal sampai tertidur. Setelah hampir setengah jam menangis, Eksa akhirnya bisa tenang. Tapi sedih itu masih ada banyak diperasaannya. Di lihatnya wajah kakaknya yang sedang tidur itu dengan tatapan paling menyedihkan.

Hingga selanjutnya datang dua polisi tiba-tiba ke keruangan dan menghampiri ranjang Iqbal.

"Selamat sore, kami dari kepolisian" kata Polisi itu menyapa Eksa.

"Iya sore, Pak" jawab Eksa sambil mengusap hidungnya yang masih berair.

"kami mau menginformasikan tentang pelaku yang sudah kami amankan, kami juga sekaligus mau mengecek apakah korban sudah bisa di mintai keterangan atau belum"lanjutnya polisi itu ramah.

"siapa pelakunya pak ? terus kenapa kakak saya diserang ?" tanya Eksa penuh rasa penasaran dan geram.

"pelakunya pelajar dari SMK 21, sekarang sudah kami amankan. Untuk proses selanjutnya kami menunggu kakak suadara bisa dimintai keterangan"tutur polisi itu lagi.

"saya boleh bertemu dengan mereka pak ?" tanya Eksa mengejutkan.

Polisi itu sempat meragu, tapi pada akhirnya di-iyakan. "Baik, mari ikut kami ke kantor polisi".

KELAS FTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang