KABAR DUKA

1.6K 157 11
                                    

Setelah sibuk kesana kemari dan mengurus ini itu. Angga menempelkan punggungnya tembok koridor rumah sakit. Angga menghela nafas lega. Ia menatap jam yang melingkar ditangannya sudah menunjukan pukul 11 malam. Selesai. Dua manusia yang baru saja hampir kehilangan nyawa-nyawa mereka sudah mendapatkan perawatan masing-masing.

Angga meraih handphone dari kantong jaketnya. Ia berniat mengirimi pesan dan memberikan kabar kepada mamanya kalau ia tidak pulang lagi malam ini dan menunggui temannya dirumah sakit.

Tapi baru sedetik ia menggeser layar smartphonenya, Angga seketika menunda niatnya dan memilih mengecek 27 panggilan tak terjawab yang tertera di layar handphonenya.

"Eksa ?" Angga mengerutkan dahinya. Bingung. Tumben. Begitu yang terlintas sementara

"aaah pasti khawatir keadaan Milang, coba deh gua telpon" Hingga pikirannya menduga-duga sendiri mengapa Eksa menelponnya banyak sekali. Tak ingin menduga lebih lama Angga segera menelfon balik ke nomor Eksa.

Panggilannya ke Eksa pun tersambung. Dan tak lama di jawab oleh Eksa.

"Hallo Isabel" kata Angga sesaat setelah di jawab Oleh Eksa dengan sapaan Hallo diseberang sana dengan suara yang tak biasa.

"suara lo kenapa sa, lo nangis yah" kata Angga mendengar suara Eksa yang masih serak dan lirih

"Lo nangisin Milang ? Mil-" Angga berniat mengatakan bahwa Milang tidak apa-apa. Tapi dari seberang Telpon Eksa memotong omongan Angga dengan mengatakan "tolong sampein ke Milang. Sore tadi kakaknya meninggal, tante Alma nunggu Milang Pulang, tolong kasih tau Milang yah Ga"

Angga kontan lemas. Ia nyaris tak dapat berbicara lagi. "oke Sa" hanya itu yang mampu ia sampaikan ke Eksa lalu mengakhiri panggilan telfonnya.

Dengan goyah Angga mendatangi Milang yang terbaring di ranjang rumah sakit. Angga menatap Pilu pada Milang. Iya tengah mencari kalimat terlembut di dunia untuk mengatakan kabar duka ini pada Milang. Angga tau, kalimat selembut apapun yang ada di dunia ini tidak akan menjadikan kabar duka ini lantas menjadi kabar baik. Tapi setidaknya Angga ingin mengatakan itu dengan hati-hati, agar Milang yang otaknya memang kosong ini tidak bertindak gila.

"gua nggak apa-apa Ga, muka lo kok sedih gitu sih" ucap Milang berusaha nyengir.

"Lang..." Angga mulai bersuara.

"apa sih lo, ngeri gua" Milang meringis sakit

"Lang, cepet sembuh yah"kata Angga berwajah sedih

"tadi katanya udah nyiapin kuburan buat gua ?"Milang malah mencibir Angga

"Lang, besok kita harus hadiri pemakaman, jadi lo harus sembuh malam ini juga"kata Angga setelah memilah-milah kalimat terlembut. Dan hanya ini yang ia dapatkan.

Milang termangu sejenak. Ekspresinya spontan berubah menjadi serius "siapa yang meninggal ? lo bukan lagi mau becanda kan ?"tanya Milang

"besok kita langsung aja kepemakaman yah.. sekarang lo istirahat aja" jawab Angga akhirnya memutuskan untuk menunda memberi tahu Milang. Ia tau, orang di depannya itu tidak akan mau tinggal dirumah sakit dulu kalau tau kakaknya meninggal. "sorry Lang, gua pengen lo disini dulu".

"Agam yah, Agam mati yah Ga ?" Milang mendadak panik. Hanya Agam yang terpikir di otaknya. Tangannya seketika gemetar. Membayangkan kalau lawannya itu mati ditangannya.

Angga terdiam. Ia terpaksa hanya mengangguk lalu selanjutnya tertunduk. Tak terasa buliran air matanya yang keluar langsung berjatuhan di lantai rumah sakit. "sorry lang, gua pengen lo disini dulu, sorry gua bohong"

KELAS FTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang