TOPENG KELAS F

2.3K 168 5
                                    

Kejadian semalam masih menganggu pikiran Eksa. Ia beberapa kali ingin melupakan dan berpura-pura tidak melihat apapun semalam. Tapi apa yang telah ia lihat tidak dengan mudah pergi dari pikirannya.

Soal kakaknya Milang, soal penyakit kakaknya, soal mamanya Milang bahkan soal Milang yang begitu lemahnya menghadapi itu semua membuat Eksa susah berpura-pura tidak melihat apa-apa. Apa yang dilihatnya semalam terlalu mengejutkan dirinya.

Meski awalnya Eksa sempat sungguh-sungguh tidak ingin berurasan lagi dengan orang semacam Milang. Tapi setelah kemarin malam, entah kenapa Eksa merasa ingin peduli kepada Milang. Saat pertama kali ia melihat Milang di rumah sakit berlarian mengikuti brankar yang di dorong, Eksa sudah khawatir. Saat itu batinnya bertanya-tanya "siapakah orang yang membuat wajah jutek Milang berubah menjadi sendu?". Karena pertanyaan batinnya itu, Eksa akhirnya mengikuti Milang sampai kemana-mana dan berakhir di koridor rumah sakit yang sepi semalam.

***

Saat ini Eksa sedang duduk dikelas, menanti guru mapel kedua masuk. Seperti biasanya dan belum juga ada perubahan. Siswa-siswi kelas F baru mulai berdatangan di jam kedua ini.

Seorang Ipul datang sambil memetik-metik gitarnya dan bernyanyi dengan santainya menyanyikan lagu Nike Ardila bintang kehidupan. "jenuh aku mendengar... manisnya kata cinta... lebih baik sendiri" nyanyinya dengan wajah tanpa beban.

Meski awalnya Eksa merasa jengah dengan kebiasaan Ipul yang nyanyi-nyanyi terus dikelas dan disetiap kesempatan. Merasa Ipul penganggu dan perayu menyebalkan. Tapi Setelah beberapa Minggu sekelas dengan Ipul akhirnya membuat Eksa mengerti bahwa Ipul melakukan itu demi menghibur dirinya sendiri.

Eksa tau itu minggu lalu, saat dia pulang sekolah di depan pos satpam sekolah, Eksa melihat Ipul tengah menitipkan gitar kramatnya itu. Dari situ juga akhirnya Eksa tau kenapa gitar itu begitu kramat baginya. Gitar itu adalah pemberian ibunya Ipul yang sudah meninggal. "Pak biasa, nitip yah tolong dijaga, gitar pemberian my mom yang telah tiada lho yah" kata Ipul yang waktu itu langsung membuat Eksa kaget.

"kenapa nggak dibawa pulang aja sih kalau berharga begini Yud" Pak satpam yang sudah hapal dengan Ipul yang tiap hari nitip gitar itu memanggil Ipul dengan panggilan Yud, pendekan dari Yudistira. Nama aslinya Ipul.

"papa saya mau bakar kalau dibawa pulang"kata Ipul yang meski mengatakan kalimat tragis itu tetap bernada canda.

"owalah. Iya iyah papahnya Yudi ga suka yah Yudi main musik"kata Pak satpam terlihat Akrab dengan Ipul.

"iya. Katanya mau jadi apa. Paling juga jadi pengamen katanya. Padahal dengan main musik, saya jadi ngerasa dekat sama mama. Mama saya suka main gitar sambil nyanyiin saya waktu kecil"cerita Ipul sambil matanya seolah mengingat-ingat kebersamaannya dengan mamanya. Eksa sampai menitikan air mata saat itu ketika mendengar obrolan Ipul dengan pak satpam.

"udah tiga tahun yah mama Yudi engga ada ?" tanya Pak satpam sambil mengingat-ingat cerita Ipul waktu lepas.

"Iya udah tiga tahun, tapi rasanya masih kayak kemarin. Masih sakit rasanya pak, Ditinggal secepat itu sama mama. Cuma gitar ini yang buat saya ngerasa mama itu masih ada dan saya nggak sedih lagi" Jawab Ipul dengan ekspresi yang sendu tapi sedetik kemudian langsung bisa senyum canda lagi.

Luka. Semua lari dari luka. Ipul punya kebiasaan dan merasa aman di kelas F karena punya luka yang bisa hilang ketika masuk kelas F dan main gitar sepuasnya tanpa peduli dimarahi guru.

Nurma. Eksa juga sudah tau, kisah keluarga Nurma yang tidak harmonis. Eksa juga pernah memergoki Nurma menangis dikamar mandi. Yang ternyata Nurma tidak tahan menahan perih di punggungnya yang semalam habis dipukuli oleh papanya. percakapannya dengan Monik tidak sengaja didengar Eksa yang saat itu juga masuk ke toilet

KELAS FTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang