Bagian - 11 (Night Changes)

39 4 1
                                    

👆👆👆 Mulmed si Avan tampan😋.
.
.
. Happy Reading, Jangan lupa Voment💙

"Baru tadi siang gue merasakan apa artinya bahagia, tapi malam ini sepertinya semesta merutuki akan turunnya kebahagiaan itu." - Avan
.
.
.

Terik matahari menyorot ke lapangan di mana Avan dan teman-temannya sedang bermain basket. Avan tidak berhenti tersenyum kala mengingat wajah Cia. Ia tak habis pikir, bagaimana dia menemukan gadis se-lugu itu.

Saat men-drible bola menuju arah ring, tepukan mulus mendarat di bahu Avan, "Seneng banget senyam-senyum" ucap Lingga.

Avan tidak menghiraukan perkataan Lingga, dia malah duduk di bawah pohon seraya menyelonjorkan kakinya, tidak lama pun Lingga menyusul di sebelah Avan.

"Gue gak nyangka kenal dia Ling," ucap Avan menerawang ke depan.

Lingga menoleh ke Avan, "Ohh, jadi cewek yang nama Linenya di Hape lo Dayra itu? Kayaknya gue kenal deh." Kata Avan dengan memegang dagunya seakan-akan sedang mengingat seseorang.

Avan hanya tersenyum miring yang dibalas dengan Lingga kekehan.

"Mana ada lo kenal sama dia, orang kenalan lo belangsakan semua ceweknya." Ucap Avan terkekeh.

Avan berdiri lagi mengambil bola basket yang tergeletak di bawah ring dan meneruskan permainannya lagi.

"Gue kemarin liat lo berdua di kedai es krim, bener kan?" Teriak Lingga menyusul Avan ke tengah lapangan.

"Hemm." Hanya jawaban singkat yang dilontarkan Avan ke Lingga, karena jika Avan meladeni Lingga bakalan gak selesai-selesai pertanyaan yang diajukan sahabatnya itu.

"Yaudah bro, gue balik dulu nyokap nyuruh pulang cepet." Pamit Avan ke Lingga dan langsung melenggang pergi ke parkiran.

****

Sesampainya di rumah Avan tak sengaja melihat mobil Ayahnya yang berada di garasi. Biasanya ayahnya pulang 3 bulan sekali karena tuntutan pekerjaan sebagai Arsitek yang mengharuskan beliau pulang pergi ke luar kota maupum ke luar jawa.

Avan pun memasuki kediamannya, ia langsung naik ke atas menuju kamarnya untuk membersihkan tubuhnya, sebelum mandi Avan merebahkan tubuhnya di atas kasur tepat di bawah AC ia memejamkan mata sejenak menikmati semilirnya udara yang disebabkan benda mati itu.

Dalam fikiran Avan, sekelibat menggambarkan bagaimana senyuman merekah seorang gadis yang hari-hari ini mewarnai dunianya, Avan kelimpungan sendiri menyadari jika ia terus menerus memikirkan Cia.

Tok tok tok

Ibu Avan masuk ke dalam kamar dengan membawa kemoceng di tangan kanannya. "Avan, kebiasaan!!! Itu nanti sepraynya bau keringat!" Teriak ibu Avan dengan berkacak pinggang.

Avan belum merespon dia malah senyam-senyum tidak jelas dengan memejamkan mata.

"Dasar anak nakal!" Gemas ibu Avan menjewer teling anaknya itu.

"Aduh.. aduh," reflek Avan menggosok telingannya yang sakit itu.

Avan langsung duduk di atas kasur. "Iya-iya Ma, ini Avan mau mandi masih ngadem dulu."

"Yaudah buruan mandi, mama tunggu di bawah makan bareng Ayahmu mau ngomong sesuatu" ucap Ibu Avan.

"Emang mau ngomong apa?" Tanya Avan.

DAYRAVANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang