Four

78 8 0
                                    

"Saat kau tau, seberapa rasa sakit yang kuderita. Mengapa kau tak mencoba untuk memberinya sebuah obat?"

-AG

☁️☔🌈

"Woy!" Panggil Alya saat menyadari teman sebangkunya, Ashilla tengah melamun dipelajaran Matematika.

"Kenapa?" Tanya Ashilla seraya menengok kearah Alya.

"Harusnya tuh gue yang nanya, lo itu kenapa sih dari tadi ngelamun terus, pelajaran Matematika lagi, entar kalo disuruh ngerjain, gabisa baru tau rasa," ujar Alya dan Ashilla hanya mendengus kesal.

Sedetik kemudian, Ashilla menidurkan kepalanya pada tumpukan tangannya yang ia jadikan sebagai bantalan.

"Dih, dibilanginnya." Geram Alya

"Sumpah, gue lagi ga mood buat belajar." Ucap Ashilla

"Ashilla Mirea Deyandra?" Panggil sang guru Matematika yakni, pak Radit merangkup sebagai wali kelasnya.

Ashilla dengan segera mendongakkan kepalanya, dan melihat kearah pak Radit dengan tatapan mata yang sayup.

"Kamu lagi sakit?" Tanya pak Radit yang membuat teman-teman sekelasnya menengok kearahnya, termasuk Andires dan Alvero yang terduduk didepan Ashilla dan Alya.

"Enggak ko Pak, saya ga sakit." Jawab Ashilla.

"Tapi muka kamu pucet, lebih baik ke uks saja!" Ucap pak Radit

"Tapi saya ga sakit, Pak." Tegas Ashilla

"Sumpah badan lo panas banget, Shill," monolognya saat tangan kanannya ditempelkan ke dahi Ashilla.

"Dia harus ke uks pak," lanjutnya

"Tapi, Al--" ucap Ashilla yang terpotong.

"Gue tau lo kenapa, jadi cukup diem dan ikutin arahan gue," ujar Alya setengah berbisik.

"Yasudah, Alya sekarang kamu bawa Ashilla ke uks dan balik lagi, mengerti?" Pinta pak Radit dan diberi anggukan oleh Alya.

Dalam perjalanan ke uks, Ashilla hanya terdiam, mengingat mimpi yang sering ia alami, yaa tentu saja mimpi ia kemarin. Alya yang tau bahwa sahabatnya ini sedang tidak baik, hanya terdiam sambil memikirkan sesuatu didalam hatinya. Sebelum ia membawa Ashilla keluar kelas tadi, ia sempat melirik kearah Andires yang tengah menatap Ashilla tanpa Ashilla sadari tentunya. Ashilla berbalik kearah Alya saat sudah didepan pintu uks.

"Lo balik aja, gue lagi pengen sendiri," suruh Ashilla.

"Makasih ya udah mau nganterin," lanjutnya.

"Gue tau, keadaan hati lo sekarang lagi ga baik, kalo lo udah baikan, lo bisa cerita apapun ke gue, pasti gue dengerin ko. Tapi, kalo gamau juga gapapa ko, gue ngerti." Sahut Alya.

"Makasih ya, lo emang sahabat terbaik yang gue punya," ujar Ashilla sembari memeluk Alya.

"Yaudah, gue balik ke kelas ya?" Jelas Alya yang melepas pelukan mereka lalu pergi.

Ashilla pun segera masuk kedalam uks, mengisi daftar nama kemudian berakhir terduduk diranjang uks. Masih dalam pemikirannya tentang mimpi yang terus saja mengerayanginya. Kembali mengingat akan keberadaan Dathanniel yang dahulu sangat ia sayangi. Berpikir bahwa El, masih hidup dan masih menjalani aktivitas seperti kebanyakan orang. Tapi, pemikirannya terhenti pada penyakit yang diderita El. Memikirkan bahwa El sudah mati merupakan sebuah dejavu saat 4 tahun lalu, sesudah ia menerima kabar bahwa El harus dilarikan kerumah sakit yang berada diluar negeri. Saat itu mereka baru saja kelas 1 Smp.

Beautiful PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang