Seven

31 4 0
                                    

"Dia itu awan mendung, awan yang siap menumpahkan tangisnya karna tak tahan untuk memendungnya lagi."
-AF

☁☔🌈

"Mama, Ashilla mau jalan-jalan sebentar ya, cuman di taman komplek kok boleh ya?" Ucap Ashilla yang tangannya tengah memeluk tubuh ibunya yang sedang memasak di dapur.

"Ya udah tapi jangan sore banget ya pulangnya," ujar sang ibu dengan senyum hangatnya Ashilla menganggukkan kepalanya dan pamit pada ibunya

Ia berjalan menuju taman yang dekat dengan rumahnya, earphone yang menggantung di telingannya membuat ia bersenandung kecil. Taman itu sepi seperti biasanya Ashilla berjalan menuju ayunan yang berada disana, mengayunnya sendirian dengan pikiran yang entah melayang bebas.

Pandangannya menyapu ke sekeliling taman sampai matanya berhenti pada bangku taman yang tak jauh dari ayunan yang ia duduki, di sana ada seorang laki-laki berpakaian kemeja putih polos, celana bahan, sepatu hitam, dan jas hitam yang berada di samping lelaki itu duduk

"Baru kali ini gue liat cowo nangis," gumam Ashilla saat melihat lelaki itu mengacak rambutnya frustasi dengan air mata yang terjun bebas dari pipi mulus lelaki itu. Lelaki itu sepertinya seumuran dengannya

Ashilla beranjak dari posisinya dan berjalan menuju lelaki itu berada, ia menyodorkan sapu tangan yang selalu ia bawa saat berpergian

"Kamu gapapa?" Malimat itu terlontar begitu saja.

Lelaki itu menatap sapu tangan yang disodorkan Ashilla sebelum ia menerimannya, dan menatap ke arah Ashilla

"Elo? Elo Andires kan?" Tanya Ashilla membelalakan matanya tak percaya dan sedikit ragu, pasalnya lelaki itu sangat beda jauh dari yang ia kenal di sekolah

Lelaki itu langsung membuang muka dari hadapan Ashilla, "Ngapain lo disini?" Dingin satu kata yang Ashilla rasakan tentang nada bicara lelaki itu yang ternyata benar Andires

"Emang ini taman nenek moyang lo napa? Ini tuh tempat umum jadi siapa aja boleh kesini termasuk gue." Ujar Ashilla nyolot, ia masih berdiri di depan Andires.

"Pergi ! Gue lagi males berurusan sama lo," ucap Andires meminta Ashilla pergi dari hadapannya sekarang juga

"Dih siapa juga yang mau berurusan sama lo? Gue tuh kesini karna tadi liat cowo cengeng lagi nangis karna gue gak tega makanya gue samperin," jelas Ashilla sedikit menyindir

Andires menatap tajam Ashilla, sedangkan yang di tatap hanya menaikan sebelah alisnya, "Kenapa merasa?" Ujar Ashilla santai

"Gue bilang pergi sebelum gue nyuruh lo pergi dengan kasar!" Ucap Andires dengan setiap penekanan di kalimatnya.

"Lo ada masalah ya?" Tanya Ashilla begitu saja saat mendengar nada bicara Andires yang seperti orang tidak mau di ganggu

Andires diam, memang benar ia memang sedang banyak masalah dan itulah mengapa ia mendatangi tempat ini yang sepi, ia kira tak akan ada yang mengganggu nya ternyata dugaannya salah

Ashilla mengambil alih tempat yang tadinya sebuah jas hitam yang ada di sana, jas itu kini berada di pangkuannya

"Emmhh kalo ada masalah gue siap kok dengerin cerita lo," tawar Ashilla sebenarnya ia sedikit merasa bersalah atas sikapnya tadi.

"Emangnya lo siapa? Gue gak butuh lo mending lo pergi sana!" Usir Andires tajam sebari melemparkan sapu tangan milik Ashilla, refleks Ashilla menangkapnya.

"Kalo orang udah berniat baik itu, jangan dihalang-halangin," ujar Ashilla menirukan ucapan Andires tempo hari membuat Andires menghembuskan nafasnya kasar

"Iya gue lagi ada masalah, Bunda gue tadi kecelakaan dan sekarang koma dan bodohnya yang ngebuat Bunda gue kayak gitu adalah mantan pacar gue sendiri PUAS LO?!" Jelas Andires dengan emosi yang tersulut disetiap ucapannya, ia beranjak dari duduknya berniat meninggalkan tempat ini sebelum sebuah tangan memegang kemeja putihnya menahan agar ia tak pergi

"Sorry."

Bahu Andires melemah saat mendengar kalimat itu.

"Gue tau kok perasaan lo gimana, disaat orang yang kita sayang terluka dan kita gak bisa berbuat apapun untuk orang itu, bahkan sempat terfikir untuk menukar posisi dengannya walaupun terdengar mustahil. Tapi lo harus kuat dan tabah dengan begitu lo bisa bertahan." Kini tangan Ashilla terlepas dari kemeja Andires kalimat itu sangat menggambarkan masa lalunya, dan mungkin pandangannya kini terlihat kosong karna ia seperti melihat memori masa lalunya

Tanpa aba-aba Andires menarik Ashilla kedalam pelukannya, membuat Ashilla kaget. Pelukan itu begitu kuat mendekap Ashilla seolah tak ingin kehilangan

Mungkin kali ini ia sedang mambayangkan bahwa ia sedang memeluk sang Bunda

Ashilla nyaman, terasa hangat pelukan itu

"Andires gue gak bisa nafas," suara Ashilla terpendam karna posisi pelukan mereka dan karna tinggi badan Ashilla juga yang hanya sebatas dada Andires.

Andires segera melepaskan pelukan itu, dilihatnya wajah Ashilla yang memerah karna sesak, "Lo gapapa? Sorry." Tanyanya khawatir.

"Ga pa-pa kok santai aja, oh ya gue boleh jenguk bunda lo?" Ujar Ashilla menatap Andires dengan sedikit mendongak

"Eh em b-bunda dibawa ke luar negri untuk pengobatan," Ujar Andires sedikit gugup

"Oh gitu, semoga bunda lo cepet bangun dari komanya dan cepat sembuh juga ya," prihatin Ashilla yang hanya dibalas anggukan kepala dan senyum tipis dari Andires

Ashilla diam Andires juga diam, keduanya sama sama tak memulai pembicaraan lagi.

"Andires."

"Ashilla."

Keduanya tersenyum atas ucapan mereka yang berbarengan

"Kenapa?" Tanya Ashilla

"Makasih buat lo yang gak memberontak saat gue peluk," ujar Andires tulus dan itu berhasil membuat pipi Ashilla memerah

"Emmm," balas Ashilla dengan gumaman

"Pipi lo kenapa merah gitu? Lo sesak nafas lagi?" Tanya Andires

'Anjir kalo gue bisa sulap, gue bakalan sulap ngilang sekarang juga malu kamvret,' batin Ashilla

Andires yang melihat reaksi Ashilla yang hanya diam terkekeh pelan
"Tadi kenapa manggil gue?" Tanyanya lagi mengalihkan pembicaraan

"Eh oh itu emm itu aduh," ujar Ashilla salah tingkah Andires yang melihat itu gemas akhirnya mengacak acak rambut Ashilla

"Iiihhh jangan di berantakin Andires!" Seru Ashilla sambil memegang tangan Andires agar berhenti mengacak rambutnya

Pandangan mereka bertemu

'Tuhan kalau boleh hentikan waktu untuk saat ini.'

'Jantung gueee.'

"EEEEHHH CIEE ADUH HAY SI ENENG AMA SI MAS SO SWEET BANGET SIH." Keduanya langsung kaget saat mendengar suara itu pandangan mereka beralih pada tukang sapu yang merada disana dengan tersenyum lebar ke arah mereka berdua

"Urusin aja kerjaan lu Bang, gak usah ngurusin kita," sahut Andires

"Kita? I'm flying guys!!"

☁☔🌈

"Don't expect uncertain things, because you will feel how painful."

Author by Anisafujiah

Beautiful PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang