"Kehilangan? Akupun merasakan hal yang sama."
-AS
☁️☔🌈
Sehabis acara menangis dan bercurhat dadakan tersebut, akhirnya Andires dan Ashilla memutuskan untuk berkeliling taman. Sesekali mereka bercerita tentang kisah hidup mereka masing-masing.
"Kehilangan itu ga enak," ucap Andires dengan netranya yang menatap langit.
"Iya, gue juga pernah ngalamin kok," Ashilla menatap jalanan dengan pandangan kosong.
"Waktu itu gue punya sahabat, El namanya. Dia ganteng, baik, hangat, dan dia adalah cinta pertama gue," ucap Ashilla dengan senyum getirnya.
Andires menghentikan langkahnya secara tiba-tiba.
"Terus lo masih cinta sama dia?" Tanya Andires menatap Ashilla dengan tatapan yang sulit diartikan.
Ashilla membalas tatapan Andires, menampilkan pandangan terluka padanya. "Ya, bahkan dia ga pernah terganti sampai sekarang." Bisik Ashilla namun masih dapat didengar baik oleh Andires.
Andires mematung, namun melihat Ashilla kembali melangkahkan kakinya membuat kakinya pun kembali berjalan menyusul Ashilla.
"Dia ninggalin gue saat umur kita sebelas tahun waktu itu." Ashilla mendongak berusaha menghalau air mata yang akan jatuh dalam sekali kedipan. Memorinya kembali teringat saat mamanya memberitahu jika El sudah tiada.
Andires tertawa canggung. "Umur lo pada saat itu masih terlalu kecil Ashilla, apa lo yakin yang lo rasain itu cinta yang sebenarnya?"
"Kalau bukan cinta, terus kenapa sampe sekarang gue belum bisa ngelupain dia? Gue ga bisa ngerelain dia pergi? Dan kenapa gue masih berharap kalo El masih ada? Bahkan gue masih bisa ngerasain El ada di samping gue." Lirih Ashilla menahan tangis.
Andires menatap Ashilla dengan pandangan terkejut, tak percaya bahwa gadis yang cerewet dan bawel kini menjadi gadis yang selemah itu.
"Kalau aja, kalau aja waktu itu ada ginjal yang cocok sama El, pasti gue sama dia udah jadi pasangan yang paling bahagia sedunia. Bahkan kalau ginjal gue cocok buat dia akan gue kasih, meskipun gue hidup dengan satu ginjal itu udah cukup asalkan dia ada di samping gue."
Andires memegang pundak Ashilla, membuat Ashilla mau tak mau memberhentikan langkahnya.
"Sadar! El itu udah ga ada, sekarang waktunya untuk going move on untuk masa depan lo nanti. Lo ngga mungkin kan hidup dengan bayang-bayang El? Mengharapkan El kembali tapi kenyataannya El itu udah engga ada." Andires menatap teduh manik milik Ashilla.
Ashilla hanya diam tak merespon ucapan Andires yang sangat benar dan tepat mengenai jantungnya.
"Udah ah, kenapa jadi lo yang galau? Ayo gue traktir gulali." Ujar Andires seraya menarik lengan Ashilla untuk pergi ke kedai yang menjual gulali.
Mau tak mau Ashilla pun menurut mengikuti langkah Andires yang membawanya pergi.
Dalam hatinya ia pun berdoa untuk seorang El, pria yang masih menempati isi hatinya hingga saat ini, detik ini.
'El, doain Ila semoga bisa cepet-cepet nemuin pengganti El. Bukan ngelupain El ko, cuma mencari orang yang bisa gantiin posisi El yang selalu ada di sisi Ila.'
☁️☔🌈
"Lo suka gulali ya?" Tanya Andires saat melihat tingkah Ashilla yang sangat antusias memakan gulalinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Pain
Roman pour AdolescentsCollab Series By : @Miaalanonavarre @Alikaputrii_ @Aqilaghania97 @Anisafujiah . . Dia yang berani-beraninya datang lalu pergi begitu saja. Kau fikir aku apa? Permen karet? Setelah manis lalu dibuang. Ini kisahku, kisah monoton yang mungkin sering te...