Twelve

22 2 0
                                    

"Jika seseorang telah memberi sedikit rahasia padamu, bukankah tandanya orang itu telah mempercayaimu?"

-AS

☁️☔🌈

Ashilla berlari mengejar Andires yang terlebih dahulu pergi menuju parkiran.

"Ih An tungguin," ucap Ashilla sesaat setelah sampai di depan motor milik Andires.

"Lama," balasnya datar.

"Lagian kenapa sih lo main lari aja? Gue kan cuma mau menyampaikan rindu gue buat El aja, kalo emang lo ga mau ya ga papa tinggal bilang." Ujar Ashilla dengan suara yang pelan.

Andires menghembuskan nafasnya gusar, tanpa aba-aba ia menaiki motornya yang berwana hitam metalik.

"Ayo naik," ajaknya singkat.

Tanpa bantahan apapun Ashilla menaiki motor milik Andires dengan bahu Andires sebagai tumpuannya. Tak lama motor Andires pun melaju meninggalkan karangan sekolah dengan kecepatan normal.

Keduanya terdiam menikmati hembusan angin yang membawa kembali awan hitam. Ashilla dengan perasaan sedihnya, dan Andires dengan perasaan bersalahnya.

Sejujurnya Andires memang merasa bersalah karena tak bisa, lebih tepatnya tak ingin membantu Ashilla. Bukan karna apapun, namun ada suatu hal yang membuatnya tak bisa.

Namun rasa bersalah itu hanya sempat menyangkut di hati dan urung di keluarkan oleh mulut akibat ego dan gengsinya yang terlalu tinggi.

"Andires hujan," lirih Ashilla saat tetesan air yang berasal dari awan menyentuh kulit serta pakaiannya dengan bertubi-tubi.

"Lanjut atau neduh?" Tanya Andires dengan sedikit berteriak, takut suaranya akan lenyap akibat teredam suara hujan.

"Lanjut aja, gue suka hujan."

"Nanti lo sakit."

"Udah basah juga kan? Daripada neduh nanti masuk angin pake baju basah."

"Pegangan, gue mau ngebut."

Ashilla pun memegang pundak Andires sebagai pegangannya. Setelah itu Andires langsung menambah kecepatan laju motornya.

Tetesan air hujan itu makin terasa bertubi-tubi saat Andires menambah laju motornya. Namun seakan tak peduli, yang Andires inginkan adalah mereka tak terlalu lama bermain hujan.

Tidak sampai dua puluh menit, motor milik Andires telah sampai di depan pagar rumah milik Ashilla. Lalu Ashilla turun dan membukakan pintu pagar agar motor Andires bisa masuk.

Andires turun dari motornya lalu membuka helm yang dikenakannya. Rambutnya ia gosok-gosokan menggunakan tangan.

"Masuk dulu, biar gue ambilin baju kering." Ucap Ashilla membukakan pintu untuk mempersilahkan Andires masuk.

"Makasih."

Andires masuk ke dalam rumah milik Ashilla. Ashilla sendiri pun berpamitan untuk mengambil baju sebentar.

Sementara Andires menatap sekelilingnya. Menatap gucci yang sepertinya ia kenali modelnya, serta figura yang terpajang rapih baik di dinding maupun di atas buffet.

'Ga berubah.'

Tak lama Ashilla pun datang membawakan handuk serta kaus hitam polos dengan celana jeans panjang milik ayahnya.

Ashilla menyodorkannya kepada Andires. "Nih lo ganti baju sana."

Andires menerima handuk beserta baju tersebut. "Kenapa lo ga ganti baju dulu?"

Beautiful PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang