2.5-Last Chance

8.7K 1.5K 125
                                    

"Mark, aku gak sakit perut sumpah tadi"


"Lah terus Seulgi boong gitu?"


"Iya, aku dikunciin di kamar"


"HUhuuu maaf Mark, maaf banget jangan marah yaa"


"Kok Seulgi gitu sih?"


"Gak tau, jahat ah padahal aku udah semangat nemenin kamu ke pemakaman mamamu"


"Gapapa kok kak, lain kali kan bisa"

"Apa jangan-jangan dia ikutan juga ya...."


"Ikutan apaan?"


"Ah.. ngga kok"




Sering banget acara kencan Lian dan Mark rusak gara-gara Seulgi, nah sekarang Ten ikut-ikutan lagi.

Haduh pusing. Mau mereka apa coba? Katanya mereka sih, "Udah serumah yaelah ketemuannya di rumah aja, ga cukup?"

Bodo nying bodo.

Sekarang Lian lagi diseret ke perpus, buat ngerjain tugas kelompok, harusnya Taeyong ikut juga, tapi kok dia gak ada?

Bodo amat, peduli apa Lian sama Taeyong.

Padahal hari ini udah janjian sama Mark buat jalan hari ini, pasti lelaki itu lagi bingung mencari Lian.

Katanya sih Mark nunggu Lian di ruang dance, karena kebetulan juga hari ini dia latihan.

Lian panik lah, pulsa ga punya, kuota apalagi. Seulgi dan Ten gamau minjemin hp dan mereka juga gak ngijinin Lian keluar dari area perpus.

Tiba-tiba Lian mendapat notifikasi SMS dari hpnya.


MarkLee: untung aku inget kamu gak punya kuota

MarkLee: kak Lian maaf gak jadi jalan jalan ya hari ini, pulang duluan aja, aku latihan sampe agak maleman.

MarkLee: sekali lagi, maaf ya sayang, tunggu aku di rumah

MarkLee: <3

MarkLee: love you.


Lian pulang tepat 1 jam setelah mendapat pesan dari kekasihnya itu, ia berjalan sendiri menyusuri koridor sekolah, namun langkahnya terhenti ketika melihat Taeyong dan seorang wanita sedang berbicara serius. Gadis itu langsung bersembunyi di balik pilar.

"Lo udah gue terima ya, jadi jangan macem-macem lo mau bongkar rencana gue ke siapapun."


"Ya emangnya kenapa? Kan biar semua tau tingkah busuk lo"


Taeyong membelai pipi gadis itu lembut, "Kamu, tinggal diem aja, apa kamu mau aku celakain kamu juga?"


Kaki Lian bergetar, tangannya mendingin, dia ketakutan dan langsung berlari mengendap untuk jalan pulang ke rumahnya.

Di sepanjang perjalanan Lian hanya memikirkan percakapan Taeyong dan wanita itu tadi—ketua gang yang waktu ini mau celakai Lian.

"Taeyong? Mau celakain siapa hah gila sih ga waras buset" gumam gadis itu

"Loh kok aku udah di depan rumah?"

"Bego banget sih aku malah pulang. Kan tadinya mau nyamperin Mark latihan ah gara-gara Taeyong nih" umpat Lian sambil meronggoh kunci rumah di sakunya

Gadis itu membuka pintu rumahnya pelan, "Ah yaudah deh gapapa, lagian kan disuruh tunggu di rumah sama Mark"

Lian membuka sepatunya dan langsung masuk ke kamarnya.

Setelah mengganti pakaian, ia mengambil buku bacaannya dan duduk di balkon kamar.

Angin semilir membuat sore ini terasa lebih nyaman, gadis yang sedang membaca itu hampir tertidur pulas,





BRAAKKKK

Pintu kamar yang berhubungan dengan balkon terbanting dengan sendirinya. Padahal arus anginnya tidak terpikirkan akan membuat pintu ini tertutup sendiri.

Lian sudah memikirkan yang tidak tidak, tetapi dia berusaha meluruskan pikirannya. Ia berjalan untuk menutup pintu itu rapat dan masuk kembali ke kamarnya.

Merasa agak pusing, Lian akan mengembalikan bukunya ke meja belajarnya. Tetapi, matanya tidak bisa berpaling dari suatu hal.

"Loh, kok bukunya kebuka sendiri?" Lian heran melihat buku diary Mark. Kenapa buku ini sangat penuh misteri?

Lian beralih ingin menutup buku itu kembali, tetapi matanya memicing ketika melihat tulisan kecil dipinggiran buku itu.











Save me, this is the last chance.

Don't ever shout for asking help, or everything will be wrong. Just follow 'him' , remember the lisence plate of the van car, and you can save me.

Honey, can't wait to see you again

Leemark

Dream in a Dream | Mark Lee [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang