Lian harap harap cemas di depan ruang operasi. Mark langsung dibawa ke UGD sesaat keluar dari rumah Seulgi. Iya, keadaannya memang cukup parah.
Tapi Lian tau, Mark tidak akan meninggalkannya.
Mama dan papa Lian datang, oke saat ini Lian sangat ingin pamer kalau dia itu tidak salah sama sekali.
Mama Lian langsung memeluk anak gadisnya, "Maafin mama udah gak percaya sama kamu", Lian hanya mengangguk dalam pelukan mamanya.
Papa Taeyong juga datang, tentunya tidak bersama mama Taeyong, mungkin sekarang nyonya itu sudah stress melihat anaknya masuk penjara. Eh iya, sidang aja belum, sepertinya Lian tidak sabar mereka membayar semua perbuatannya.
"Terimakasih Lian, sekarang akhirnya saya tau kebenarannya" kira-kira begini kalimat yang dilontarkan papa Taeyong.
Dokter sudah keluar dari ruang UGD, papa Taeyong, disusul Lian dan orang tuanya langsung menghampiri dokter itu.
"Mark sudah melewati masa kritis, tunggu sampai dia sadar"
Semuanya menghembuskan nafas lega.
Yes, Mark, I know u won't leave me alone. That's why u came into my dream, to give those clues.
*********
Lian terus menggenggam tangan Mark yang sedang terbaring lemas di ruang rawat inap.
Lian bukannya ditugaskan untuk menjaga Mark, tetapi gadis ini memang ingin sekali berduaan dengan Mark—walaupun Mark masih belum sadar.
Lian terus memandangi wajah Mark, sesekali dia merapikan rambut Mark, ataupun mengelus pipinya.
"Yah... gantengmu gak pernah luntur ya..."
"K—kapa—n ema—ng aku—jel—eknya?"
Lian hampir melompat karena kaget atau kesenangan "MARK?!"
"AKHIRNYA SADAR KAMU SAYANG AKU KIRA UDAH MAU WAFAT"
Mark tertawa lemas, ah dia masih tak berdaya sekarang, "Hadeh doain aku mati ya kamu"
Gadis itu memeluk Mark, "Nggak lah, jadi apa aku kalo gak ada kamu, hehe"
Lelaki itu mengelus rambut pacarnya halus, "Jadi bucinnya arwah Markli"
Lian melepas pelukannya, "Masih sakit, tetep aja ngawur taek"
Gadis itu beranjak untuk keluar dari kamar, "Yang, aku lapor suster dulu kamu udah sadar"
Mark menarik gadis itu sampai ia duduk ke tempat semula, "Diem disini dulu lah, kangen"
Lian hanya tersenyum dan beralih menggenggam tangan Mark—lagi.
"Kamu apa kabar, kak?" tanya Mark ke Lian
Gadis itu tertunduk lemas, "Yah... Aku masih lupa ingatan"
"Maaf, aku gak bisa ngelindungin kamu..."
"Aku yang seharusnya minta maaf... harusnya aku bisa nemuin kamu lebih cepet.."
Lelaki itu mengelus pipi gadisnya, "Gapapa kan, sekarang kita udah sama-sama lagi" katanya. Lian membalas dengan anggukan cepat, sambil tersenyum sumbringah, tentunya.
"Makasih udah dateng ke mimpiku selama aku koma, Mark"
"Makasih udah sadar sama semua clue ku, waktu aku ke mimpimu kak"
"hah?"
"..."
"Kamu sadar, waktu masuk ke mimpiku?"
"Yah..."
"But,,, how?"
"Udahlah anggep deja vu aja"
"Btw, kenapa kayak semua kejadiannya udah pernah aku alamin ya?" Lian menegakkan posisi duduknya,
"Kan emang?"
"Hah, maksud kamu?!"
"Jangan-jangan kamu bisa ngatur mimpinya ya?" kata gadis itu sambil tertawa, "hahaha gak lah, bercanda"
Mark terlihat sebal, "Apa lucunya sih"
"Kan emang bener, aku yang atur mimpinya"
"GAK USAH BERCANDA DEH!" Lian lagi serius malah dibercandain, kesel.
"SIAPA YANG BERCANDA KAK??"
"KAMU!"
"Galak banget jadi cewe", Mark membuka tangannya lebar-lebar, "Sini peluk dulu, gemes pengen nguyel"
Pipi Lian memerah, malu bos.
Mark mendengus dan menarik Lian mendekat, "Peluk doang kok malu"
Lalu Lian bersandar di dada bidang lelaki itu. Dan Mark asik memeluk sambil mengelus puncak kepala gadis dipelukannya.
"Kangen..." kata Mark
"Hm..."
"Nanti aku ceritain deh kenapa aku bisa ke mimpimu."
"Tapi engga sekarang hehe" lanjut Mark
Lian sudah penasaran tingkat detektif, "SEKARANG!"
Mark tertawa kecil, "Sabar dikit kenapa sih"
"Udah ah pas aku keluar rs aja"
Lian menggoyangkan tubuh Mark, "Ih pelit banget, pacar siapa sih?"
Mark menyerinyit sambil tertawa, "Emang pacar siapa?"
Gadis itu mendecak dan menarik ujung rambut Mark, "Pacar aku lahh"
"Loh loh"
"Kan belom official???"
Tbc
HAHHAHAHAHHA diKIT LAGI WOY SEMANGATIN AQ DONQ!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream in a Dream | Mark Lee [✔]
Fiksi Penggemar"Lah? Dia kan yang ada di mimpi gue?" Yesterday is today, today is yesterday. ©2017 stronyehed