Lian membuka matanya pelan, sorot cahaya lampu menyilaukan matanya. Yang pertama kali Lian lihat hanya ruangan putih, dan kotak berisi denyut—ah bedside monitor.
"A..aku dimana?" pertanyaan yang pertama kali keluar dari mulut Lian.
Seorang wanita paruh baya langsung berdiri dan menghampiri gadis itu, "Lian?! Anak mama udah bangun?!"
"Maaf, nyonya siapa?"
Wanita itu menyatukan kedua alisnya, dan membuang nafas kasar, "Ternyata bener nak, kamu lupa ingatan", katanya sambil meraih tangan Lian, "Ini mamahmu, Lian."
"Mamah? Ini dimana?"
"Rumah sakit, kamu koma selama 2 bulan."
"2 bulan?" tanya Lian
Lian meringis sambil memegang kepalanya, "Aduh..."
Mama Lian lanngsung mengelus kepala anak gadisnya, "Kenapa? Sakit?"
Gadis itu menggeleng lemah, "Emangnya aku kenapa mah?"
"Kamu kecelakaan"
"Waktu aku berusaha bantu Mark kan?"
Mama Lian terlihat makin bingung, dan mengerutkan dahinya, "Kamu, kenapa bisa inget itu?"
"Mark... dimana...?" tanya Lian lagi dengan suara parau.
Wanita paruh baya itu beralih untuk duduk di kursi sebelah kasur inap Lian dan menunduk lemas, "Mark... udah gak ada"
Tenaga Lian mendadak terisi kembali, "Nggak mungkin"
"Mah, Mark masih hidup!" jawabnya sambil meringis dan setengah membentak.
"Mama tau kamu masih tidak menerima kenyataan kalau kekasihmu udah gak ada, tapi Mark bener-bener udah meninggal! Mama liat makam Mark dengan mata mama sendiri!"
"Mah tadi aku baru aja ketemu Mark, dia masih hidup mah!"
"Itu cuma bagian mimpi dari tidur panjangmu, Lian. Tolong tetep kuat"
"Aku tau itu cuma akal-akalan orang yang benci Mark mah, dia itu diculik!"
"LIAN! STOP HALUSINASIMU! MARK UDAH PERGI!" mama Lian agak membentak, tetapi akhirnya ia mendekat ke arah Lian yang masih menangis,
tiba-tiba pintu kamar inap Lian terbuka, menampakkan 2 orang laki-laki, salah satunya pria paruh baya, dan satunya lagi—
"Taeyong?"
Sedangkan yang dipanggil langsung membelalakkan matanya dan berlari kecil ke arah Lian, "Lo udah bangun?!"
Lian tidak menggubris, ia terlihat serius melihat pria paruh baya yang berada di sisi Taeyong, "Kamu ngga inget papa?"
"Pa—papah?"
Pria itu langsung beralih memeluk Lian, "Akhirnya nak! Papa kangen banget sama kamu"
Lian menganggut dan melepas pelukannya ringan.
"Kamu kok bisa inget Taeyong?" tanya mama Lian ke anak gadisnya itu, yang dibalas hanya dengan anggukan singkat. Pandangan Lian langsung beralih ke arah Taeyong yang sedang berdiri disebelah kasur inapnya,
"Lo ngapain disini jing?"
Taeyong menoleh, "Kamu.. ngomong sama aku?"
"Sama selang infus"
"YA SAMA LO LAH"
Mama Lian mendengus, "Lian, jangan kasar sama Taeyong, dia yang bantuin kamu selama ini"
Lian tertawa sinis, "Ngebantu?"
"Gak salah?"
"LIAN!"
Gadis itu beralih menatap mamanya mantap, "Mah, pah, aku tau semua kejadian aslinya, jadi tolong gak usah percaya sama bajingan yang satu ini" kata Lian sambil menunjuk Taeyong.
Taeyong menyerinyit, "Maksud lo apaan sih?"
"Halah lo pinter sok dibego begoin"
"Mah, pah"
"Hm?"
Lian menunjuk ke arah Taeyong, "Dia—pelakunya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream in a Dream | Mark Lee [✔]
Fiksi Penggemar"Lah? Dia kan yang ada di mimpi gue?" Yesterday is today, today is yesterday. ©2017 stronyehed