Mark terus membekap Lian dari samping seperti berusaha—menghangatkan gadis itu, "Kak kalo mau nangis, keluarin aja semua, Mark mau bikin kakak nyaman" ujar Mark sambil melihat gadis yang berada dirangkulannya.
Lelaki itu mengantar Lian pulang ke rumah, dan ini pertama kalinya Lian melihat Mark menyetir mobil.
Mark mengambil handuk kecil di jok belakang dan mengusapkannya lembut ke rambut Lian, "Kak, lo kok nekat banget sih?"
Gadis itu hanya tertunduk lemas,
Mark menopang dagu Lian dengan kedua tangannya, "Tadi mau ketemu Taeyong?"
"Kok lo ta—tau?" katanya sambil terisak, Lian masih menangis. sedikit.
"Tau aja, terus dia gak dateng gitu?"
Lian menganggut lemas
Mark menarik badan Lian dan memeluknya erat, "Udah kak, I'll protect you—"
"forever."
*******
Sesampai di tempat tujuan, Lian meronggoh kunci rumahnya di sakunya,
"Loh kak, tinggal bel aja kan bisa?"
"Lagi gak ada orang di rumah gue, Murk. Ortu gue pada ada tugas di luar kota" jawab Lian sambil membuka gerbang rumahnya
"Kak lo lagi sakit gini mana bisa sendirian di rumah?" tanya Mark
Lian membuka gerbang rumahnya sambil mendengus, "Yah mau gimana lagi"
"Kenapa ga nginep di tempatnya Seulgi aja?"
Gadis itu menggeleng, "Gak. Gue gamau dia tau"
"Hm, gue khawatir sama elo kak" ujar Mark sambil terlihat berfikir
"Yaudah deh gue nginep disini aja ya kak?"
"Ortu gue gak bakal marah"
*******
"Mark handuk dilemari itu, baju ganti pinjem baju papa gue dulu aja" ujar Lian yang sedang merentangkan kaki di sofa
"Ah iya, sikat gigi yang baru udah ada tuh di kamar mandi, buka aja"
"Iya iya bawel, bentar ya gue mau mandi"
Lian menganggut dan beralih meminum chocolate panas yang diseduh oleh Mark tadi sambil menonton tv.
Jangan salah, Lian sudah menghubungi mamanya mengenai Mark yang hari ini menginap di rumahnya, as expected tidak ada larangan sama sekali,
"Iya gak papa kok, mama percaya sama Mark Mark itu"
*******
Mark keluar dari kamar mandi sambil menggosokkan rambutnya dengan handuk, lalu melintangkan handuk itu dilehernya, "Hm kak, kotak P3K mana?"
"Tuh di lemari yang itu" ujar Lian sambil menunjuk salah satu lemari.
Lelaki itu menganggut dan langsung mengambil kotak itu.
Setelah mendapatkan kotak itu, Mark duduk dilantai, sedangkan Lian masih menjulurkan kakinya di sofa, "Kak, itu luka di kakinya makin parah loh gara-gara ujan ujanan tadi"
Lian memperhatikan lukanya, "Ah iya ya, sial",
Mark membuka kotak itu dan mulai mengambil kapas dan antiseptik, "Aku mau ngobatin nih kak, agak sakit tapi tahan ya"
Lian menganggut, dan Mark mulai mengobati kaki Lian yang berdarah, "A—aw sakit Mark pelan pelan"
Lelaki itu meniup luka Lian pelan, "Tahan kak dikit lagi"
"Hahah muka lo serius banget sih" kata Lian sambil menyentuh pipi Mark dengan telunjuknya, "Lucu banget"
Mark memutar bola matanya malas, "Kalo ga serius nanti gue salah gerak dikit udah dijambak sampe botak kali sama kakak"
Lian tertawa kecil, "btw kok tadi lo ke sekolah Mark?"
"Uhm gue gabisa ngasih tau" balasnya sambil memasangkan hansaplast ke kaki Lian
Lian mendecak, "Ew gaya"
"Habisnya ini berkaitan dengan,,,," Lelaki itu mendongakkan kepalanya untuk menatap Lian.
"Hal yang MUNGKIN gak bisa lo percaya, kak"
Lian kalut dengan pikirannya sendiri, apa ini mungkin berkaitan dengan diary milik Mark dan gantungan kunci couple itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream in a Dream | Mark Lee [✔]
Fanfiction"Lah? Dia kan yang ada di mimpi gue?" Yesterday is today, today is yesterday. ©2017 stronyehed