Chapter 3

10.3K 465 11
                                    

Hari minggu, hari libur dari segala aktivitas. Langit terlihat mendung pertanda akan ada hujan tak lama lagi. Franky memasukkan jas hujan dan payung lipat ke dalam tas ranselnya. Dia memakai jaket varcity dan membuka pintu kamar apartemen yang sudah dia tinggali selama seminggu ini.

"Mau pergi kemana, Ky? Bentar lagi ujan," tanya seorang mahasiswa yang sedang duduk sambil mengunyah roti di mulutnya.

Mahasiswa itu adalah Roy Wijaya, pemilik apartemen yang ditinggali Franky untuk beberapa waktu. Roy dan Franky pertama kali bertemu di final balap liar dan akhir-akhir ini mereka menjadi akrab. Roy sendiri adalah putra tunggal salah satu pengusaha terkenal. Dia pergi dari rumah karena tidak suka dengan cara orang tuanya memperlakukannya. Di otak ayah dan ibunya hanya ada kerja, kerja dan kerja. Karena itu dia mengijinkan Franky untuk tinggal di apartemen yang dia sewa, menurutnya keadaan Franky sekarang hampir mirip dengannya.

"Ke taman sebentar," entah apa yang membawanya jadi ingin datang ke lapangan tempat dia bertemu dengan Alva.

"Bawa payung kan? Gue nggak mau jemput loh, kalau lo kejebak ujan," ujar Roy sambil tersenyum.

"Gue tau," balas Franky meninggalkan Roy.

                                                                        ***

           

Aida melangkah pelan melewati koridor sekolahnya yang sepi, wajar saja, karena ini hari Minggu. Sebenarnya Aida tidak ingin ke sekolah, sayangnya sebagai ketua panitia Student Performance yang akan diadakan sebentar lagi, dia harus masuk.

Aida memegangi kepalanya sambil bersender di tembok yang berada dekat dengannya. Dari pagi tadi badannya memang tidak bersahabat, kepalanya nyeri dan badannya lemas. Tapi Aida tak terlalu memikirkannya, menurutnya ini efek hujan-hujanan kemarin malam setelah menemani Kevin makan di café.

Kemarin malam, Kevin meminta Aida menemaninya ke café setelah mereka pulang dari closing EISPOR. Kata Kevin sih, ini untuk perayaan atas kemenangan Eithel dalam EISPOR. Aida tadinya mau mengajak teman-temannya yang lain juga, tetapi Kevin menghalanginya dengan alasan perayaan khusus antara kedua ketua tim.

"Ai!" panggil seseorang dari belakangnya. Aida menoleh ke belakang dan melihat wajah Kevin yang terlihat cemas. "Lo kenapa? Sakit gara-gara keujanan kemarin malam ya? Sorry banget, gue nggak nyangka bakalan turun hujan."

"Nggak apa-apa, lagian udah mendingan kok," balas Aida sambil tersenyum.

Kevin membalas senyumannya, senyuman Aida yang sangat khas itu. Senyuman yang paling disukai Kevin.

"Mau pulang? Yuk, gue anterin," tawar Kevin.

"Ehm... gue udah janji mau temenin Katniss ke Gading. Sorry yaa," tolak Aida dengan halus. Kevin menunduk mendengarnya.

"Yaudah deh. Ujan-ujan begini naik apa ke Gading?"

"Mobil."

"Mobil siapa?"

"Katniss lah, Vin. Lo kok kayak interograsi gue sih?" ujar Aida sambil tertawa.

"Nggak apa-apa dong, gue kan care," balas Kevin dengan senyuman.

"Dasar Drama King, gue cabut dulu ya. Katniss udah nunggu!" Kevin hanya mengangguk-angguk melihat Aida yang meninggalkannya.

Harusnya semalem gue tembak dia ya? Ucapnya dalam hati sambil mengacak-acak rambut sendiri.

                                                                        ***

Albert Harsanajaya Valdeze, Chief Executive Officer Valdeze group duduk di balik meja kayunya. Tepat hari ini, sudah sepuluh tahun dia menjabat posisi sebagai CEO, menggantikan ayahnya yang sepuluh tahun lalu memilih untuk pensiun dan pindah tinggal ke kampung halamannya di Massachusetts sepuluh tahun yang lalu. Selama sepuluh tahun ini Albert telah bekerja keras untuk membuktikan pada orang-orang bahwa ayahnya, Alfonso Valdeze tidak salah memilihnya untuk menjadi penerus. Albert membuat nama Valdeze group semakin berkoar.

Limited Time [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang