Train berjalan memasuki sebuah klub malam yang berada di daerah Kelapa Gading. Dia kesini bukan untuk clubbing, seseorang mengajaknya untuk berbicara mengenai sesuatu. Dan menurut Train hal itu sangatlah penting.
"Gue telat?" tanyanya saat melihat Karin sudah ada di depan gedung.
"Nggak, gue dateng kecepetan. Ayo masuk," balas Karin lalu menuntun Train masuk.
"Lo mo ngomong disini? Apa nggak berisik?"
"Kita ke lantai atas. Klub salah satu cabang klub milik bokap gue, gue tinggal di lantai atas."
"Nggak sama ortu lo?"
"Mereka sibuk kerja. Pulang ke rumah aja jarang, makanya gue tinggal disini aja yang deket sekolah."
"Oooh..." Train manggut-manggut.
***
"Lo bohong, Kevin nggak mungkin ngelakuin itu!"
Train menggebrak meja yang ada dihadapannya, emosinya terpancing apa yang dikatakan Karin barusan.
"Apa yang lo bilang barusan sama sekali nggak masuk di akal. Sejak kapan Keyra deket sama Kevin? Gue aja belom pernah liat sama sekali mereka berduaan! Jadi mustahil Keyra hamil gara-gara Kevin!"
Karin tetap tenang mendengar ocehan Train. Dia sudah menduganya.
"Informan gue nggak akan salah tentang itu. Kevin deket sama Karin dari sebelum lo masuk ke SMP. Kakak lo itu hobi dugem, lo pasti nggak tau sama sekali kehidupannya sejak kalian berdua pisah tinggal tiga tahun yang lalu."
"Darimana lo..."
"Ortu lo udah bercerai kan? Lo ikut bokap, Kevin ikut nyokap? Lo bisa sembunyiin ke anak-anak lain, tapi nggak ke gue."
"Lo tau dari Alva?"
"Oo... jadi Alva tau? Sayangnya ini bukan dari dia, tapi dari sumber yang gue sewa."
"Sumber yang lo sewa? Dan apa itu informan? Ngapain lo nyari-nyari soal gue sampe-sampe nyewa orang? Rasanya gue nggak pernah ada urusan sama lo!"
"Gue emang nggak ada urusan sama lo, urusan gue itu sama Alva. tapi itu udah selesai setelah dia ninggalin Eithel," jawab Karin dengan tenang. "Buat jatuhin orang, kita harus tau seluk beluk dirinya dan semua orang yang dekat dengannya kan? Dan tanpa sengaja gue jadi nyelidikin soal lo, Kevin, dan Keyra. Karena seru, gue jadi keterusan walau Alva pindah. Tapi kejadiannya diluar dugaan gue, Keyra meninggal, dan mungkin gue harus nyeritain ini ke lo."
Karin kemudian menatap Train dengan serius. "Gue minta lo denger cerita gue sampai akhir dan jangan nyela. Setelah gue cerita, itu keputusan lo buat percaya atau nggak. Gue cuman manggil lo buat nyeritain ini, karena gue merasa lo perlu tau soal ini."
Train tidak bisa mengelak dan akhirnya terdiam sejenak. "Baiklah, lanjutkan," balasnya.
"Kejadiannya pas semester dua kelas delapan, Kevin mulai tertarik main judi diajak tetangganya yang berandalan. Beberapa kali main, dia kalah banyak, lebih dari duapuluh juta. Lawannya bapak-bapak brengsek, dia pernah ngelihat Keyra jalan bareng Kevin waktu dugem. Saat itu, Kevin emang backstreet sama Keyra. Anak sekolahan kita nggak ada yang tahu. Bapak-bapak brengsek itu, singkatin aja deh, si brengsek itu tertarik sama Keyra. Dia tahu Kevin nggak bakalan bisa nyiapin duit sampai sebanyak itu dalam waktu singkat, dan dia minta Keyra sebagai bayarannya.
"Dan kakak lo yang bajingan itu begonya malah setuju!" kali ini Karin mulai emosi menceritakannya. "Waktu itu si bajingan Kevin emang berniat buat mutusin Keyra nggak lama, karena dia lebih tertarik sama kakaknya Alva, si Aida. Dia jual Keyra sebagai pembayaran, di saat itu gue juga nggak bisa bilang Keyra nggak salah. Keyra terlalu sayang sama Kevin sampai-sampai rela berkorban demi si bajingan itu!
KAMU SEDANG MEMBACA
Limited Time [COMPLETED]
أدب المراهقينAlva Valdeze, putri kedua keluarga Valdeze hampir memiliki segalanya. Kecerdasan, uang, dan keahlian dalam olahraga. Satu hal yang tidak dia miliki: waktu. Begitu tahu leukemia menggerogoti dirinya, Alva berubah drastis. Dia ingin semua orang yang d...