Chapter 18

6.5K 415 2
                                    

Author's Note : Kali ini 2 chapter sekaligus yang keluar (18&19) :D Next chapter ASAP~!

Alva penasaran dengan sikap Aida yang tiba-tiba berubah sejak tiga hari yang lalu. Tepatnya sejak dia kembali ke rumahnya lagi. biasanya Aida memandanganya dengan sinis dan berkata sesuka hatinya. Tapi belakangan ini Aida berubah menjadi kakak yang baik. Bahkan lebih baik daripada dulu sebelum mereka ribut.

Apa jangan-jangan Aida sudah tahu? Tapi itu tidak mungkin, papa, Franky, Yvette, Joan dan Rachel pasti masih merahasiakannya. Mana mungkin Aida bisa tahu.

"Kak Alvaaaa!" panggil Alma dari gazebo ketika Alva sedang duduk di teras rumah sambil membaca komik.

"Apa?" balas Alva tanpa menatap adiknya itu.

"Kakak udah baikan sama Kak Aida ya? belakangan ini kalian berdua rukun lagi," ujar Alma.

"Oohhh..."

Alva masih asyik dengan komiknya sehingga tidak terlalu fokus dengan apa yang dikatakan adiknya itu.

"Mau minum?" tawar Aida sambil meletakan jus jeruk di meja sebelah Alva. Lalu dia juga duduk disampingnya. Alva menatapnya sebentar, lalu matanya kembali fokus dengan komik yang dia baca.

"Apa mau lo?" tanya Alva ke Aida tanpa memandangnya.

"Hah?" balas Aida bingung.

"Beberapa minggu yang lalu ngajak gue taruhan dan pengen banget gue menghilang dari hadapan lo dan sekarang malah bertingkah seperti kakak yang baik. Nggak mungkin lo ngelakuin ini tanpa ada maksud terentu kan? Langsung aja bilang, gue nggak suka cara begini," balas Alva.

"Gue nggak mau apa-apa, kok."

"Bohong."

"Kevin udah bilang kalau bukan lo yang nabrak dia. Setelah gue pikir-pikir lagi, elo nggak punya salah sama gue. Jadi buat apa gue marah ke lo? Yah, anggap aja ini sebagai pemintaan maaf gue udah bersikap buruk ke lo belakangan ini."

"Lo nggak perlu bersikap baik ke gue. Gue nggak pantes buat nerima itu. Jangan terlalu percaya sama gue karena akhirannya lo sendiri yang bakal nyesel."

"Gue percaya sama lo dan gue yakin gue nggak akan nyesel. Ada keluhan?" balas Aida dengan tenang. Membuat Alva kehabisan kata.

"Kayaknya sekolah di Ekklesie seru juga, ya. fasilitasnya juga bagus. Apa SMA gue sekolah disono aja biar bareng lo?" Alva tidak menjawab pertanyaan Aida, karena dia tahu pasti ada kelanjutannya. "Tapi gue juga bingung, lo tau kan hubungan Eithel sama Ekklesie kayak gimana? Nanti gue dikira pengkhianat lagi."

 "Terserah lo, gue nggak ngurusin. Sekolah itu dimana aja sama aja."

"Terus kenapa lo pindah dari Eithel?"

Alva tidak membalas, dia bangun dari kursi kayu yang dia duduki dan beranjak masuk ke dalam rumah tanpa berkata sepatah kata lagi ke Aida.

Aida menghela napas. Dia tahu nggak semudah itu mengembalikan keadaan seperti dulu. Apalagi dengan pikiran Alva yang masih pada rencananya.

"Kemarin-kemarin kak Aida yang marah sama kak Alva, kok sekarang jadi terbalik sih? Kak Alva marah sama kak Aida ya?" tanya Alma polos yang menghampiri Aida saat Alva masuk ke dalam. "Padahal Alma pengennya kalian berdua balikan seperti dulu."

"Tenang aja, Alma. Sebentar lagi pasti suasananya kembali seperti beberapa bulan yang lalu," jawab Aida. Walau dia sendiri belum yakin dengan jawabannya.

                                                            ***

"Alva, bisa tolong belikan bumbu buat nasi goreng di warung depan? Mama mau bikin nasgor tapi bumbunya habis," ujar Catherine begitu melihat anaknya di dekat tangga.

Limited Time [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang