"Apa? Kita pake all court press lagi?" tanya Rachel. "Bukannya kata Alva itu nggak pengaruh buat mereka?"
"Tadinya dia bilang gitu sih, tapi barusan sebelum gue pergi dia bisikin gue dan nyuruh untuk memakai all court press," jawab Joan. "Coach setuju?"
"Lakukan apa yang dia katakan saja, kalau nggak berhasil saya akan minta time out dan mengatur strategi baru. Ngomong-ngomong, kemana dia?" balas Ferdy. Joan mengangkat bahu tanda tidak tahu.
"Katanya mau tidur, mungkin di taman belakang GOR lagi, atau nggak di UKS," tebak Rachel.
"Kalian udah siap?" tanya Ferdy ke semua anak kelas delapan yang akan memainkan sisanya. Mereka semua mengangguk.
***
"Semua pemain Ekklesie diganti, quarter kedua akan dimainkan oleh Joan, Rachel, Rianna, Vinsy dan Devina. Begitu juga dengan Eithel, mereka mengganti semua anggotanya. Atmosfer quarter pertama tadi sangat menegangkan, hal seperti apakah yang akan terjadi di quarter ke dua? Skor akhir quarter pertama 23-28 masih dipimpin oleh Ekklessie"
Sesuai komando dari Alva, anggota Ekklesie memakai all court press untuk defense. Ternyata strategi itu masih berjalan dengan baik. Eithel jadi kesulitan mencetak angka. Permainan antara Joan dan Katniss sangat kompak dan membuahkan banyak angka.
"Biarkan saya main lagi di quarter ketiga, coach," ujar Aida kepada coach Billy. "Kalau terus seperti ini, Eithel bisa kalah."
"Kau yakin bisa melakukannya? Tenagamu sudah habis banyak di quarter pertama tadi. Sedangkan kita harus menghadapi Alva di quarter keempat nanti. Walau kehabisan tenaga juga, dia bisa memulihkan dengan cepat tenaganya. Kalau kau keluar sekarang, situasi quarter keempat akan lebih sulit."
"Saya yakin. Karena itu, biarkan saya turun di quarter ketiga," jawab Aida mantap. Coach Billy menatap mata Aida yang serius.
"Baiklah."
***
Diluar dugaan, keadaan Alva sama sekali tidak baik. Alva bersandar pada sebuah pohon yang ada di taman belakang. Matanya terpejam, dia harus istirahat total sampai quarter keempat dimulai atau dia tak akan bisa main sama sekali.
"Kalau kondisi lo begini, mana kuat main di quarter keempat nanti? Lo mau cari mati?" Alva membuka matanya dan melihat Franky sudah duduk di depannya. "Mendingan udahan aja dan pulang, gue takut kalau lo terusin dan maksa nanti keadaan lo tambah buruk."
"Gue harus main di quarter keempat, nggak peduli apapun yang terjadi," balas Alva yang kembali memejamkan matanya.
"Ekklesie kan udah unggul. Sekarang juga makin bagus permainan Ekklesie."
"Ini baru quarter kedua, itupun karena Aida nggak main. Gue yakin Aida akan maksa main sebelum quarter keempat kalau Eithel ketinggalan jauh. Kalau dia main dengan serius, akan lebih parah daripada quarter pertama nanti."
"Bukannya dia udah show off di quarter pertama? Itupun masih bisa ditahan dengan strategi lo."
"Strategi gue beresiko untuk kedua tim, makanya gue cuman pake kali ini. itupun perlu banyak persiapan. Walau show off, menurut apa yang gue lihat, dia bisa lebih daripada itu. Dia akan jadi monster kalau dia bener-bener serius."
KAMU SEDANG MEMBACA
Limited Time [COMPLETED]
Teen FictionAlva Valdeze, putri kedua keluarga Valdeze hampir memiliki segalanya. Kecerdasan, uang, dan keahlian dalam olahraga. Satu hal yang tidak dia miliki: waktu. Begitu tahu leukemia menggerogoti dirinya, Alva berubah drastis. Dia ingin semua orang yang d...