Authors Pov
Hari ini, Sehun akan menemui Tasya di rumah sakit untuk memperbaiki semuanya dan juga memperbaiki hubungannya yang hampir hancur karena kebodohannya yang masih meragukan cintanya Tasya kepadanya.
Di genggamnya bunga kesukaan Tasya yang nantinya akan diberikan pada Tasya. Sepasang kakinya terus melangkah tepat sampai di depan pintu ruangan Tasya. Sejenak, Sehun mengambil napas sebelum membuka pintu tersebut.
Memudarnya senyum Sehun saat dibukanya pintu ruangan tersebut dan tidak mendapati sosok Tasya.
Sehun keluar untuk memastikan kembali bahwa ruangan tersebut benar ruangan Tasya berada. Kemarin, Sehun mendapat kabar bahwa Tasya dipindahkan dari ruang unit gawat garurat ke ruangan biasa.
"Enggak! Ini pasti bukan ruangan Tasya!" Sehun mencoba meyakinkan dirinya sendiri bahwa ruangan yang ia masuki bukan kamar dimana Tasya dirawat.
Seorang dokter tak sengaja lewat kemudian melihat Sehun yang seperti orang gila di ruangan kosong yang telah ditinggalkan oleh pasiennya.
"Siapa yang sedang anda cari?"
"Siapa nama pasien yang berada di ruangan ini?" Alih-alih menjawab pertanyaan dokter, Sehun malah berbalik tanya pada dokter tersebut.
"Apa hubungan anda dengan sang pasien? Anda keluarganya?"
"Saya tunangannya!"
"Pasien sudah pergi sejak lima belas menit yang lalu dengan keluarganya. Saya sudah melarang pasien untuk tidak berpergian kemanapun. Namun, pihak keluarga pasien mengatakan mereka harus cepat-cepat pindah ke Jerman," dokter tersebut merogoh sesuatu di saku jas putihnya, "Saya menemukan cincin ini di atas nakas. Saya rasa, pasien lupa membawanya. Kalau begitu, saya permisi."
Sehun diam. Meratapi cincin yang di berikan dokter tadi kepadanya.
"Gak mungkin! ini pasti bukan cincin Tasya!"
Untuk membuktikan bahwa yang di tangannya sekarang adalah bukan cincin milik Tasya, dengan perasaan takut, Sehun melihat nama yang terukir di cincin tersebut.
Sehun ❤ Tasya
Bagai suara mikrofon yang berbunyi nyaring memekakkan telinga, saat itu jugalah semua pikiran yang di otak Sehun seketika menjadi blank. Tungkai kakinya melemas.
Begitupun dengan kedua tangannya melemas. Bunga yang sedari tadi ia genggam, jatuh ke lantai.
Anehnya, tangan Sehun satunya lagi yang menggenggam cincin milik Tasya, mengepal kuat dan tidak akan membiarkan cincin itu dengan mudahnya terlepas dari tangannya.
Jangan pergi! Aku mohon!
Sehun menggigit bibirnya keras berusaha menahan tangisannya. Kedua kakinya berlari menuju parkiran dengan perasaan campur aduk.
Mobil hitam milik Sehun melaju sangat cepat di tengah jalanan tanpa memikirkan kesalamatannya sendiri.
Tunggu.
Sehun belum memperjuangkan Tasya. Tetapi, Tasya sudah pergi meninggalkan Sehun sendirian sebelum Sehun mengatakan kalau dirinya ingin memperjuangkan Tasya.
Andaikan hari ini Tasya tidak pergi, Sehun ingin meminta izin untuk membawa Tasya bersamanya ke Inggris, jika hari esok dirinya lah yang terpilih.
Sesampainya di bandara, Sehun bergegas masuk ke dalam untuk mencari perempuannya. Perempuan yang sangat dicintainya.
"TASYA!"
Tak mau menyerah, Sehun tetap berusaha mencari Tasya walau logikanya mengatakan untuk berhenti.
"Arrghh!" Sehun mengacak rambutnya frustasi dan tak lama air matanya jatuh juga meskipun seberapa usahanya untuk menahannya agar tak menangis.
Disaat menyerah mulai menghampirinya, tidak sengaja indera penglihatannya menangkap sosok yang sedang laki-laki itu cari. Perempuannya. Tasya.
"TASYA!" Panggil Sehun begitu melihat Tasya yang duduk di kursi roda yang membelakanginya.
"TASYA!" Tasya tetap tidak menoleh kebelakang. Sosok itu semakin menjauh dari pandangan Sehun.
Kedua tungkai kaki Sehun lemas. Sudah tak sanggup menopang tubuhnya lagi. Tubuhya meluruh ke bawah. Dengan kepala tertunduk dan juga menangis.
Sehun berlutut didepan Tasya beberapa meter yang membelakangi dirinya. Semua pasang mata tertuju pada Sehun yang berlutut. Sehun mengabaikannya.
Dalam lirihnya, Sehun terus memohon dan berharap agar Tasya tidak pergi.
"Tasya... Aku mohon..."
Seketika, kursi roda milik Tasya terhenti.
"Please... Look at me now..."
"Kita harus pergi sekarang." Kata seseorang yang mendorong kursi roda Tasya yang tak lain adalah Baekhyun.
Sementara dengan Tasya, perempuan itu menangis lebih kencang dalam kepedihannya. Sehun tak tahu kalau Tasya juga tidak ingin meninggalkan laki-laki yang dicintainya sendirian.
Jika waktu mengizinkannya untuk memeluk Sehun untuk yang terakhir kalinya, Tasya akan melakukannya.
"Tasya.... Please.... Look at me now.... A-aku mohon..."
Takdir mereka berubah. Tasya tetap tidak menghiraukan permintaan Sehun untuk menatap laki-laki itu.
Dan disinilah, Tuhan telah merubah takdir keduanya. Takdir tidak mengizinkan Sehun dan Tasya untuk bersama-sama lagi dalam waktu yang lama.
Sehun bukanlah takdir Tasya. Pun sebaliknya. Tasya bukanlah takdir Sehun.
Tuhan mentakdirkan mereka berdua bersama, hanya sebatas menjaga hati mereka satu sama lain untuk orang lain yang kelak menjadi takdir mereka berdua.
Hari ini. Detik ini juga. Sehun patah hati. Sehun kehilangan semangat hidupnya dan juga...
... Kehilangan cintanya.
🎐🎐🎐
A/n:
Happy ending or Sad ending (?)
🎐🎐🎐
Guru Magang.
Jumat, 05 Januari 2018.
KAMU SEDANG MEMBACA
Guru Magang - Oh Sehun ✔
FanfictionKuatkah kalian menjalani kehidupan milik Tasya yang selalu tidak pernah menemui titik terang? Mampukah kalian terus mencari titik terang tersebut disaat titik terang tersebut perlahan muncul kemudian kembali menghilang? Sanggupkah kalian? Sehun, Bae...