Sehun Pov
Jika waktu bisa diputar kembali, aku ingin memperjuangkanmu, Tasya. Aku datang ke pernikahanmu sesuai permintaanmu.
Aku ikhlas kamu bersama dia. Dia adalah pilihanmu. Dan aku berharap, semoga kebahagiaan selalu menyertai dalam kehidupan pernikahanmu dengan dia.
Tentunya. Aku juga berharap Tuhan memberikan aku kebahagiaan meskipun itu bukan bersamamu. Aku ikhlas.
Takdir kita memang bukan untuk menyatu dan saling melengkapi, tetapi takdir kita sebatas dipertemukan lewat sebuah perkenalan lalu melebur dan menyatu dengan waktu lewat sebuah perpisahan.
Tasya, kamu adalah kamu. Dan selamanya, kamu akan tetap menjadi muridku. Bukan perempuanku. Dan kini, aku bukanlah takdirmu. Melainkan dia adalah takdirmu.
Baiklah. Akan aku simpan cincin yang terukir namamu dan juga namaku dalam sebuah kotak yang bernama kenangan. Aku akan meletakkan kotak kenangan itu lebih istimewa dibanding kotak kenangan ku yang lain.
Aku melangkahkan kakiku mencoba mendekatimu seraya mengucapkan kata 'Selamat' untukmu, namun aku tidak bisa. Kakiku menahan agar tidak berjalan kesana.
Pengecut. Ya. Aku memang seorang pengecut. Seorang pengecut cinta yang tidak berani memberikan kata 'Selamat' di hari pernikahan mantan kekasihnya sendiri.
Aku ingin menangis di lorong gedung yang sepi ini sekarang juga.
Tidak bisakah Tuhan berbuat adil kepadaku? Aku masih mencintainya. Enam tahun aku terus mempertahankan perasaan ini.
Tapi, mengapa akhirnya menyakitkan seperti ini?
Kenapa harus ada salah satu pihak yang bahagia dan juga tersakiti?
Tak bisakah Tuhan membuat kami bersatu lalu bahagia seperti dongeng pengantar tidur setiap malam?
Jatuh cinta dan masih tetap memiiki perasaan yang sama pada orang yang sama selama enam tahun tidaklah mudah untuk tetap menjaganya dengan baik.
"Aku tahu kamu pasti bakalan datang ke pernikahanku!"
Aku menoleh. Senyum teduh yang kian mempercantik wajahnya dengan balutan gaun pengantin yang memperlihatkan lekukan tubuhnya yang indah.
Senyumnya tak pernah pudar dari wajahnya ketika ia berjalan mendekat ke arahku dengan jari-jari manisnya sedikit mengangkat gaun pengantinnya agar ia bisa berjalan.
"Lalu?"
Aku menyipitkan mataku tidak mengerti apa yang diucapkan oleh perempuan yang kini tepat berada di depanku.
"Lalu?" Ia kemudian terkekeh, "Lalu, mengapa kamu tidak mengucapkan 'Selamat' kepadaku atas pernikahanku?"
Dengan terpaksa, aku menarik salah satu sudut bibirku yang membentuk sebuah senyuman tidak ikhlas, "Oh, selamat atas pernikahanmu dengan Hanbin, Tasya."
"Kamu tetap lucu ya setelah enam tahun kita tidak pernah bertemu." Tawa kecil mengakhiri perkataannya.
"Lantas, kenapa kamu berada disini dan mengapa tidak menyapa para tamu undangan yang datang? Dimana suami kamu?"
"Seharusnya aku yang bertanya seperti itu kepadamu Sehun. Mengapa kamu berada disini dan mengapa tidak menyapa para tamu undangan yang datang?"
Aku semakin tidak mengerti apa yang dikatakan perempuan itu.
"Kamu bertanya dimana suami aku? Jawaban aku, aku tidak mempunyai suami."
"Apa maksudmu?"
"Baiklah, jika kamu ingin tahu dimana suami aku," senyumannya semakin mengembang, "Jawabannya, suami aku sekarang berada tepat di depan kedua mata aku. Atau lebih tepatnya, suami masa depanku."
"Apa yang kamu bicarakan Tasya? Aku sungguh tidak mengerti." Aku sungguh tidak mengerti jalan pikirannya.
Tiba-tiba saja perempuan yang ada di hadapan aku mengerucutkan bibirnya lantaran dibuat kesal olehku. Aku pun terkekeh kecil melihatnya.
"Kamu itu bodoh atau tidak tahu kode dari aku sih?!" sejenak, senyumnya kembali hadir, "Aku batal menikah Sehun!"
"Apa?" Aku sengaja berbohong kepadanya ingin menggodanya.
"AKU BATAL MENIKAH SEHUN!"
Jika itu memang benar, aku bersyukur Tuhan telah berbaik hati sudah mengembalikan dia kepadaku lagi dalam penantian enam tahun ku selama ini.
"Oh."
"Oh doang? Kamu gak senang aku batal menikah dengan orang lain?"
Aku tidak mempedulikan perkataannya dan lebih memilih berlari kecil mendekatinya lalu menggendong tubuhnya yang mungil hingga membuat pekikan kaget keluar dari mulutnya.
"Aku lebih senang jika kamu yang menikah dengan aku, Tasya Radhita!" Pandangan mata kami terkunci. Menyiratkan bahwa kami saling merindukan satu sama lain.
Kami berdua sama-sama tersenyum kemudian hidung kami saling bersentuhan sebelum akhirnya aku melumat bibir meanisnya dengan penuh kelembutan yang memiliki sejuta makna bagi kami berdua.
Hari ini, esok dan selamanya, engkau, Tasya Radhita, muridku, akan senantiasa menjadi milikku. Dan satu hal yang harus kamu ketahui adalah. Kamulah takdirku.
End
🎐🎐🎐
A/n:
Maaf kalo akhir ceritanya gak sesuai ekspektasi kalian semua😂
Makasih yg udah vote cerita ini dari awal sampai akhir😂
Inshaa Allah klo sempet ngetik, nanti gue akan upload bonus chapter buat ngejelasin kenapa Tasya ga jdi nikah sm Hanbin😂
.
Ok, thankyou😚😙🎐🎐🎐
Finished
Wednesday, January 17, 2018

KAMU SEDANG MEMBACA
Guru Magang - Oh Sehun ✔
FanfictionKuatkah kalian menjalani kehidupan milik Tasya yang selalu tidak pernah menemui titik terang? Mampukah kalian terus mencari titik terang tersebut disaat titik terang tersebut perlahan muncul kemudian kembali menghilang? Sanggupkah kalian? Sehun, Bae...