[1] Harapan

9.3K 439 20
                                    

Suasana pagi ini nampak cerah meski tanpa kicauan burung seperti di awal-awal kisah lainnya, Dara, gadis kelahiran semarang tahun dua ribu satu itu kini menghela napas dan bangun meski matanya masih antara terpejam dan tidak. Rambutnya berantakan, seperti kamarnya. Namun sepertinya, ia tak peduli akan hal itu sekarang, karena saat matanya melihat jam, dirinya berlarian macam dikejar.

Jam enam pagi, siapa yang tak terkejut jika mendapati dirinya bangun di jam enam saat sekolah mengharuskan datang pukul setengah tujuh? Bersiap-siap hanya setengah jam maksudnya? Lagipula dia bahkan belum memperhitungkan berapa waktu yang akan dibutuhkan dari jarak sekolahnya yang lumayan cukup jauh. Dan jangan lupakan juga, Jakarta yang selalu macet setiap pagi. Selesai bersiap, Dara mengambil tasnya lalu berpamitan tanpa melihat ibunya yang kebingungan dan berteriak untuk memintanya sarapan terlebih dahulu. Namun Dara sudah berlari begitu saja.

Mengeluarkan kartunya, Dara menaiki transjakarta yang lebih efektif menghindari kemacetan di pagi ini dimana dirinya sedang terburu-buru. Berdiri di bus dan berpegangan di gantungan itu, Dara melihat suasana kota yang sepertinya masih nampak lengang. Ada apa? Tak terlalu memikirkannya, Dara fokus pada perjalanannya sampai tujuan hingga ia sampai di bangunan tingkat empat dengan cat cokelat yang nampak hebat. Dara turun dari bus, keluar dari halte dan masuk ke sekolahnya yang masih nampak sepi. Melirik jam dinding yang terpampang di sekolahnya. Dara menghembuskan napas seraya sedikit mengumpat kesal.

Masih jam setengah enam, dan ia sudah tiba di sekolahan. Dara baru saja teringat bahwa ia lupa membeli baterai baru untuk jamnya kemarin. Duduk di tempatnya di samping Melly yang kini tengah kebingungan, Dara menopang dagunya dan tiba-tiba teringat akan akun yang kemarin ditemuinya. Mengambil ponsel dan membuka instagram, Dara memperlihatkan pada Melly akun itu. Sedangkan Mellly hanya mengangkat alisnya seolah bertanya kenapa?

"Lo tau kak Zeno gak?" Tanyanya pada Melly yang kini mengeluarkan sebungkus roti dan menawarkannya pada Dara yang kelihatan masih lapar juga. Yah, dia terburu-buru hingga meninggalkan sarapan manisnya di pagi ini. Apalagi kemarin ibunya bilang bahwa akan membuatkan roti isi selai blueberry kesukaannya. Ah, Dara tak mengerti ini sebuah keberuntungan bahwa tak kesiangan pagi ini, atau kesialan karena melewatkan sarapan pagi.

"Kenapa emangnya sama kak Zeno?"

"Dia ganteng ya?" Ucapan Dara sontak membuatnya tersedak karena Dara itu sulit untuk menyukai seorang lelaki seperti ini. Dara, bukan tipe orang yang mudah jatuh cinta seperti itu. Lagipula kenapa harus dengan kak Zeno yang ibaratkan macam bintang di antara gelapnya malam?

"Lo suka? Ya ampun Dar, gue tau lo jarang tertarik sama orang tapi ya jangan kak Zeno juga Dar, dia itu udah jadi inceran siswi satu sekolahan, mending 'lo jangan macem-macem dan cari yang lain dah" Perjelas Melly yang membuat Dara mendengus kesal. Memangnya Melly tidak percaya bahwa Dara akan mendapatkannya? Dia benar-benar tertarik akan senyuman cowok itu yang seperti deburan ombak yang menenangkan. Ah, kak Zeno impiannya.

"Gue pengen jadi selebgram!" Seketika ungkapan Dara yang kedua membuatnya melotot tak percaya. Ada apa dengan gadis ini? Apa kepalanya terbentur semalam? Atau ia sedang demam? Meletakkan tangannya di dahi Dara, Melly menggeleng pelan. Tidak panas, lalu mengapa dengannya?

"Apaan sih Mel, gue ini beneran pengen jadi selebgram biar keliatan cocok sama kak Zeno" Ucap Dara lagi membuat Melly menghela napas pasrah akan sahabatnya yang tiba-tiba tak ada angin tak ada hujan, ingin menjadi selebgram padahal bulan lalu ia bilang ingin menjadi pahlawan. Dan Melly hanya menanggapinya dengan 'okeh, lo bisa jadi guru 'kan? Pahlawan tanpa tanda jasa itu'

"Emang cocok-cocokan harus diliat dari followers instagram ya?" Tanya Melly membuka botol minumannya dan meminumnya. Dara menggeleng menanggapi pertanyaan Melly.

"Enggak sih, cuman kalo kita sama-sama selebgram kan kaya pas gitu, sama-sama tenar, pokoknya gue mau ningkatin followers instagram gue" jelas Dara mengepalkan tangannya dan meninjunya ke telapak tangannya sendiri seolah menerangkan bahwa ia sangat bersemangat sekarang. Demi kak Zeno dan demi menjadi selebgram.

"Yaudah beli followers aja sono"

"Eh apaan enggak, gue yakin semua butuh perjuangan termasuk buat dapetin followers instagram dan demi dapetin dia" Dara kini tersenyum cerah, mengambil botol minum milik Melly dan meminumnya tanpa permisi terlebih dahulu. Sekarang dia berpikir, hal apa yang harus ia lalukan pertama kali untuk menjadi selebgram? Ah, bertanya saja pada Melly.

"Mel, gue harus apa ya?" Menepuk jidatnya, Melly sedikit kesal dengan ambisi anak ini. Namun, apalah daya, jika ia begitu tertarik akan suatu hal, Dara pasti berusaha keras meski nantinya akan menyerah sendiri. Jadi ya biarkan saja dia berusaha keras sekarang, nanti juga berhenti sendiri.

"Lo tau acara pentas drama cinderella bulan depan?kak Zeno jadi pangerannya, dan untuk pemeran cinderella masih tahap audisi, so? Lo tau harus apa 'kan?" Ucap Melly yang sontak membuatnya terperangah kegirangan. Yap, jika ia bisa menjadi cinderella dalam drama itu, popularitasnya akan naik dan sekaligus bisa berkenalan dengan kak Zeno impiannya. Siap! Misi pertama sudah ditetapkan.

Jadi cinderella.

-
Tbc.

DS : Be a Selebgram [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang