[22] Bertengkar itu mudah

2.4K 172 18
                                    

"Janji."

"Yaudah ayo masuk dulu." Dara mempersilahkan Angga masuk, kerepotan membawa kue dan kado dari Angga sehingga pemuda itu mendahuluinya masuk. Namun, gadis itu sempat menoleh sebelum menutup pintu melihat Arga yang berdiri dengan kue ulang tahun dan sebuket bunga yang jatuh.

"Arga?!"

"Lo liat gue juga ternyata?" Pemuda itu terkekeh lalu mengambil buket bunga dan berjalan mendekati Dara yang masih berdiri di depan pintu.

"Siapa Dar?" Tanya Angga yang langkahnya sedari tadi terhenti karena sang pemilik rumah masih berdiri di depan pintu. Gadis itu buru-buru menggeleng pada Angga, dan berkata untuk masuk terlebih dahulu ke rumahnya dan duduk di ruang tamu. Angga hanya mengangguk dan melaksanakan perintah gadis mungil itu.

"Banyak ya kejutan dari dia?"

"Lo ngapain disini?" Tanya Dara kebingungan, oh jangan lupakan dia masih membawa kue ulang tahun dan kado dari Angga yang membuatnya sangat kerepotan.

"Selamat ulang tahun, maaf lilinnya udah mati, lo bisa nyalain dan tiup sendiri nanti." Dara meringis mendengar ucapan pemuda itu yang terkesan jutek sekali, kenapa ia tiba-tiba kesini?

Dara tersenyum kecil. "Makasih, tapi lo ngapain kesini?"

"Oh kalo udah putus enggak boleh ngerayain ulang tahun mantannya?" Tanya Arga, duh padahal dia sudah menyakiti Dara saat memberitahu alasan putus kemarin, tapi kok ya malah dia yang kelihatan marah.

Buru-buru Dara menggeleng. "Bukan gitu, maksudnya--"

"Lo gitu ya Dar?" Tanya Arga memutuskan ucapan Dara membuat gadis itu mengeryit bingung mendengar pertanyaan Arga yang bisa dibilang tidak jelas. Seperti tahu gadis itu bingung, Arga terkekeh sinis dan melanjutkan ucapannya. "Maksud gue, apa bener lo pacaran sama gue karena suka? Atau jangan-jangan bener kata Zeno dulu kalo gue cuman pelampiasan?"

Ini Arga kenapa sih? Kok tiba-tiba jadi marah-marah sendiri? Dara mencoba bersabar menghadapi tingkah pemuda ini yang semakin tidak jelas. "Enggak, gue beneran suka lo Ga."

"Yakin? Tapi lo terkesan gitu."

"Terkesan gimana?"

"Abis Zeno ke gue, diputusin gue ada cowok lain, ya lo terkesan murahan." Dan tanpa basa-basi, Dara menampar pipi pemuda itu tak peduli akan kue ulang tahun dari Angga yang jatuh dan sudah tak berbentuk lagi. Dia tak kuasa menahan tangisnya yang mulai pecah. Mengapa Arga bisa berkata semenyakitkan itu?

"Maaf Arga kalo gue terkesan gitu, buat besok selamat ulang tahun ya Arga." Dan gadis itu menutup pintu, menguncinya dan buru-buru mengelap air matanya yang turun. Jangan sampai dilihat ibunya atau Angga. Tapi, hal itu sia-sia karena Angga berdiri di depannya. Awalnya hanya ingin mengambil ponsel yang ketinggalan di motornya, namun malah melihat Dara menangis begini.

"Hei, lo kenapa?"

"Angga maaf ya kuenya jatuh."

"Iya itumah enggak usah dipikirin, sekarang kenapa lo nangis?"

Dara menggeleng. "Enggak kenapa-napa, gue sedih aja kuenya jatuh."

--

Arga mengacak rambutnya kesal. Sial! Mengapa ia berkata seperti itu dan menyakiti hati gadis itu. Menyesap kopinya, ini sudah ketiga kali Arga menghabiskan kopi itu di malam hari begini. Bisa-bisa tidak bisa tidur ia semalaman, tapi nampaknya ia tak peduli. Pikirannya masih kalut atas ucapannya tadi pada Dara yang pasti benar-benar menyakiti hatinya.

Mengapa kecemburuannya sampai menyakiti hati Dara sih?

"Gue udah bilang, jangan main-main." Ujar Geraldino, yang sudah diberitahu semuanya oleh Arga. Yah, pemuda itu kini memang tengah singgah di rumah Gerald karena merasa cowok itu yang paling pintar menasehati diantara teman-temannya yang tidak jelas. Meski Gerald juga tidak jelas.

Menaruh gelas kopinya, dia benar-benar membuat Gerald rugi sedari tadi meminta kopi melulu. "Gue cuman berpikir untuk nge-prank putus buat hari ulang tahunnya, tapi jadi begini."

"Makannya, kalo cemburu tuh bilang, cewek bakalan lebih seneng lo terus terang kalo lo lagi cemburu ketimbang marah-marah enggak jelas."

"Habisnya coba lo bayangin, cowok itu cubit-cubit pipi Dara, ngelus rambutnya, emangnya dia siapanya Dara bisa begitu?"

"Ya sekarang emangnya lo siapanya Dara bisa cemburu begitu?" Dan Arga hanya terdiam mendengar pertanyaan Gerald. Benar juga. Meski Arga hanya bercanda soal acara putus ini, tetapi Dara 'kan tidak tahu menahu soal itu. Ck, mengapa bertengkar itu mudah sekali sih?

Gerald terkekeh. "Sekarang intinya gini aja, lo masih ngejar dia atau berhenti."

"Ngejar dia lah! Sejak awal dia emang punya gue."

"Ck dasar, tapi inget lo kalo cemburu tuh harus dikontrol jangan malah nyakitin dia, udah gede masih harus diajarin."

"Terus saya harus gimana guru?"

"Pelan-pelan aja, dia masih sayang lo kok."



[]
Lo terkesan murahan. :(

DS : Be a Selebgram [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang