[21] Tanpa Arga

2.5K 173 16
                                    

"Emangnya kalo kita putus kenapa?"

"Ya enggak, lo kaya jadi lemes gitu."

Dara mengerutkan dahinya kesal, memangnya dia terlihat seperti kehilangan jiwanya bila berpisah dengan Arga? Mana ada! Gadis itu menggebrak meja membuat seisi kelas menatapnya bingung. "Denger ya! Gue bisa tanpa dia dan enggak bakal peduli juga."

Melly menggelengkan kepalanya sembari tersenyum samar, ini anak gengsi sekali mengakui kalau dia memang kehilangan Arga. Lagipula, Melly masih bingung mengapa keduanya berpisah secepat kilat begitu, padahal 'kan mereka terlihat sangat cocok dan apalagi sering mengumbar kemesraan di media sosial yang membuatnya iri.

"Mel, ayo ke kantin."

Hanya mengangguk, Melly mengikuti gadis itu yang berjalan duluan menuju kantin. Ah, hari ini Dara memang lapar sekali dan rasanya ingin menghabiskan dua mangkuk mie ayam lezat tiada tara dengan cita rasa uh selangit. Namun, Dara tiba-tiba berhenti dan membuat Melly menabrak punggung gadis itu. Apaan sih ini, kok tiba-tiba berhenti begini?

"Kenapa sih Dar?"

Mengeryitkan dahinya, Dara seperti mengenal gadis yang tengah berbicara dengan Arga itu. Apalagi sembari tertawa-tawa begitu, ish baru putus sudah punya yang baru. Jelas, Arga 'kan ganteng pasti Dara hanya salah satu perempuan yang dipermainkannya. Sialan.

"Dara!"

"Apaan sih Mel, orang lagi liatin Arga." Ceplos Dara dan dia cepat-cepat menutup mulutnya. Duh, padahal baru saja ia berkata bahwa tak akan memperdulikan Arga, kok jadi menjilat ludah sendiri begini sih?

Melly terkekeh pelan, mana mungkin juga Dara tidak memperdulikan Arga secepat itu ya meski mereka jadian juga dengan gerak cepat macam siput tapi tetap saja, manisnya Arga mana bisa dilupakan.

"Lo masih penasaran kenapa dia putusin lo?"

Dara menggeleng, buru-buru berjalan kembali dan tidak menengok sama sekali kearah Arga yang sedang dicaci maki dalam pikirannya. "Enggak, udah dikasih tau pula."

Mengikuti Dara yang duduk di salah satu bangku kantin, Melly keheranan mengapa Dara tidak cerita padanya soal Arga. Duh, penasaran. Kali saja ia bisa merambat jadi lambe turah dan menyebarkan berita ini ke seluruh penjuru sekolah.

"Kok lo enggak cerita?"

Dara mendengus. "Abisnya kalo cerita nanti sedih guenya, enggak usah aja ya?"

"Yaudah."

Gagal deh Melly jadi lambe turah.

-

Tok! Tok!

Haduh, pagi-pagi begini sudah ada yang mengetuk pintu membuat Dara harus bangkit dari sofa yang empuk nan membahana badai itu. Seperti biasa, di hari minggu kegiatan paginya adalah menonton kartun. Yah, siapa lagi yang mau diajak jalan oleh Dara selain Melly dan Arga? Melly sedang bersenang-senang bersama Zeno, dan Arga....

..yah 'kan sudah putus. Jadilah Dara disini dan membiarkan kartun lucu itu menemani paginya yang manis. Membukakan pintu, Dara terkejut melihat kue besar dan seseorang yang tak mau ia lihat sekarang.

"Selamat ulang tahun!"

"Lo ngapain disini?"

"Tiup dulu lilinnya, terima kadonya, baru nanya, sayang."  Pemuda itu tersenyum dan Dara hanya mengangguk. Oke, tidak ada salahnya untuk menerima pemberian orang lain. Itu namanya menolak rejeki dong, alhasil Dara melakukan semua yang diminta pemuda itu. Meniup lilin sembari berdoa, dan menerima kadonya. Apa ya isinya? Dara sih sebenarnya penasaran tapi nanti sajalah, dia lebih penasaran alasan mengapa pemuda ini disini?

"Oke udah, terus kenapa sekarang lo disini?"

Pemuda itu terkekeh dan mengacak kepala Dara membuatnya risih. "Segala ditanya, gue cuman mau ngucapin ulang tahun kaya biasanya 'kan?"

"Please Angga, jangan ancurin gue sama Melly lagi."

Angga mengangguk, pemuda itu mencubit pipi Dara membuat Dara mundur seketika. Ini anak kenapa sih? Tidak jelas, kok jadi begini sifatnya. Dan Angga hanya tersenyum kecil melihat reaksi Dara. "Gue enggak bakal ngelakuin apapun lagi Dar, boleh kasih gue satu kesempatan? Gue enggak bakal kaya gitu lagi, kali ini biar gue ngejar lo dengan adil."

"Maksud lo apasih Ngga? Bukannya udah gue bilang kita itu sahabatan, eh maksud gue sekarang musuhan."

Dara segera menutup pintu, tidak mungkin Angga mau berubah begitu saja. Dia yang paling tahu kalau pemuda ini terlalu terobsesi padanya, tidak mungkin kalau tidak pakai cara licik pasti ada apa-apanya. Angga buru-buru menahan pintu rumah Dara itu, membuat gadis itu tak bisa berbuat apa

"Please, satu kali lagi gue janji."

"Satu kali lagi, kita sahabatan ya, janji enggak ulangin lagi 'kan?" Dara lalu melepaskan tangannya dari gagang pintu dan menunjukkan jari kelingkingnya. Angga hanya mengangguk sembari tersenyum kecil dan menautkan kelingkingnya pada kelingking Dara yang mungil.

"Janji." Dan tangan kirinya mencubit gemas pipi gadis itu.






Tanpa sadar, sebuket bunga jatuh dari pemuda yang sedari tadi melihat mereka dari kejauhan. Dia Arga, pemuda yang tidak benar-benar berniat memutuskannya.








-
Yah kan kejebak mereka berdua :(

DS : Be a Selebgram [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang