Dari dulu Angga tidak pernah benar-benar mencintai seseorang. Bahkan dia tidak pernah berpikir akan mencintai seorang gadis yang merupakan sahabatnya sendiri. Dan ia terobsesi akan hal itu.
Dara.
Dari dulu Angga menepis bahwa ia akan menyukai Dara sampai begini. Pasalnya, tidak ada yang memperhatikannya sejauh ini selain Dara. Senyum manisnya, kekhawatirannya, bahkan matanya yang selalu berbinar kesenangan itu menjadi hobi Angga."Lo mau jadi pacar gue?" Perkataan itu masih Angga ingat sepanjang masa, pertanyaannya yang ditujukan pada gadis manis itu dan ia hanya menjawabnya dengan gelengan pelan. Nampak menyedihkan.
Awalnya Angga terima-terima saja keputusannya. Dengan begitu baik. Sebelum tahu bahwa Melly menyukainya. Dan sejenak cowok itu berpikir. Apa mungkin Dara menolaknya karena Melly begitu menyukainya?
Hingga Angga benar-benar kesal. Dan terobsesi mendapatkannya. Tidak peduli gadis itu ada rasa padanya atau tidak. Meski harus memanfaatkan Melly sekalipun, tidak apa 'kan? Toh mereka bertiga juga bersahabat begitu.
"Lo mikirin apaan si Ngga?"
"Bukan urusan lo, jalanin aja apa perintah gue bisa 'kan?" Angga menghela napas sebentar dan gadis itu hanya mengangguk. Dengan anggun ia berjalan mencari bangku melihat seorang pemuda yang tengah tertawa di ujung di meja nomor 14.
Gadis itu menghampirinya. "Boleh duduk disini?"
Pemuda itu menoleh, menimang-nimang dan berkata ya. Angga tersenyum penuh kemenangan melihat temannya itu benar-benar ahli menjalankan rencananya. Jika ingin merusak hubungan orang lain, rusak saja kepercayaannya 'kan?
"Gue Vana, lo?"
"Arga," jawab pemuda itu pelan, menyeruput kopi dinginnya selepas melepas penat.
"Belanjaan lo banyak ya hehe." Arga melirik belanjaannya pelan, yah sebenarnya sih ia membeli itu semua untuk Dara sebagai permintaan maaf karena tidak bisa menemaninya olahraga tadi pagi.
"Oh itu, gue beli buat orang."
Gadis itu berbinar. Tatapan matanya cerah sekali. "Wah buat pacar ya, asik asik." Arga mengangguk.
"Enak ya, punya pacar kaya lo yang perhatian banget gitu." Vana menuangkan serbuk cabai pada makanannya. Namun, karena tak hati-hati gadis itu malah terkena matanya sendiri.
"Eh aduh pedes banget, Arga tolong dong tiupin tolong banget kelilipan ini." Dan Arga malah menurut saja tak tahu di ujung sana juga ada yang memotretnya diam-diam. Dia sudah kalah satu langkah.
--
"Masa sih?"
"Iya." Dara terkekeh. Mendengar guyonan Dissa di pagi hari. Oke, selain Melly ia juga punya teman rumah dekat yang namannya Dissa. Karena Dissa satu tahun lebih tua darinya, gadis itu lebih sibuk dan jarang keluar untuk jalan-jalan. Beruntungnya tadi Dara bertemu dengannya saat olahraga pagi dan mengajaknya mampir sebentar ke rumah Dara.
"Lo gimana sama si Arga-Arga itu?"
Dara tersenyum senang. Ih dasar. Senang sekali sepertinya mentang-mentang Arga ganteng dan perhatian begitu. "Baik, Arga itu orangnya baik banget sama gue kak, untung gue ketemu dia ih sayang deh sama Arga."
"Najis, alay sumpah tadi semestinya gue enggak nanya." Dissa memutar bola matanya malas, mengganti kaset DvD dengan film korea miliknya. Yah, mereka tengah berbagi film. Biasanya memang sering seperti itu sampai sore.
Tring!
Dara mengambil ponselnya yang berbunyi di atas kasurnya. Melirik siap yang mengirimnya pesan siang-siang begini. Menganggu saja deh, mending nanti saja dibukanya. Ujar Dara dalam hati.
Nomor tidak dikenal juga. Nanti tahu-tahu peneror bagaimana. Ish. Seramnya. "Kak coba deh buka pesan di ponsel gue."
"Lah kenapa enggak lo aja?"
"Ish kak, takutnya temen-temen gue yang iseng suka ngirim setan-setan gitu." Dissa menghembuskan napas malas, ini anak ada-ada aja sih. Akhirnya Dissa melirik ponsel Dara, melihat Arga tengah mesra dengan gadis lain. Ini pasti ada yang mau mengkompor-kompori mereka berdua. Alhasil, Dissa menghapus fotonya. Semuanya.
Dara mengeryit. "Gimana kak? Foto apaan itu? Gue agak parnoan nih gara-gara temen gue pernah ngerjain gue ngirim video yang akhirnya foto setan serem banget, alhasil gue demam gara-gara kaget."
"Ngakak boleh enggak sih?" Dissa tersenyum menahan tawa dan Dara hanya mendengus. "Kak serius itu foto setan bukan?"
"Iya, foto setan tapi udah gue hapus kok."
Dara tersenyum dan mengambil gorengan melanjutkan film yang mereka tonton. "Syukurlah, makasih ya kak."
"Sama-sama."
--
Arga mengelus puncak kepala gadisnya yang tengah tertidur di atas meja di jam istirahat begini. Dirinya juga mengeryit melihat Melly dan Dara duduk bersampingan dan malah ikut-ikutan tidur.
Sejak kapan mereka berbaikan?
"Eh Arga, ngapain disini?" Tanya Dara yang mendongak merasakan ada tangan yang mengelus puncak kepalanya. Melly yang mendengar suara Dara pun ikut terbangun dan melihat Arga yang duduk di depan temannya itu.
"Lo berdua udah baikan?" Tanya Arga dan keduanya mengangguk. "Dari kapan?"
"Mau gue puter ulang kejadian?"
"Enggak, enggak usah."
Dara mendengus. "Ish Arga padahal gue sama Melly mau ceritain, oh iya itu lo bawa apa?"
"Oh ini?" Tunjuk Arga pada paperbag yang dibawanya untuk Dara yang ia belikan kemarin. "Buat lo, pendek."
"Asik!" Dara langsung mengambilnya. Dua buah boneka lucu yang imut macam dia. Hehe. Arga tahu saja kalau Dara sedang ingin boneka akhir-akhir ini. Duh beruntungnya. Udah ganteng, perhatian pula. Cuman Arga doang di dunia ini sepertinya.
Tuh. Berlebihan.
"Ih nyamuk, nyamuk."
Dan mereka bertiga hanya tertawa pelan tanpa tahu Angga bingung mengapa Dara dan Arga baik-baik saja?
-
Ya iyalah, orang diapus ama Dissa.
Up cepet 'kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
DS : Be a Selebgram [END]
HumorBerawal dari ketidaksengajaan Dara yang melihat akun kakak kelas ganteng bernama Alzeno, dia menjadi terfokus pada misinya yang tiba-tiba melintas dalam pikirannya. Menjadi selebgram agar setara dengan kakak kelas ganteng itu. - "Pokoknya tahun ini...