Dara memakai sedikit liptint, sungguh sedikit kali ini, itupun ia pinjam dari Melly. Dara tidak terlalu suka berdandan, sebenarnya sih lebih tepat tidak bisa. Ia terkadang meminta Melly untuk mengajarkannya. Sekolah tidak memperbolehkan ini kecuali karena sedang audisi. Hari ketiga audisi dan sudah banyak yang menarik perhatian juri yang merupakan kakak kelas dua belas yang terlihat sangat berkelas. Oke, Dara tak akan kalah dengan orang-orang yang juga ingin jadi cinderella itu. Lagipula, kata ibunya dia cukup cantik juga. Yah, meskipun dia tahu bahwa ibu selalu membanggakan anaknya agar percaya diri. Tapi tak apalah, setidaknya dia sedikit bisa bernyanyi. Eh, tapi inikan bukan drama musikal, ah iya.
Dara terdiam, saat melihat kak Zeno yang ia dambakan itu lewat dan tengah membawa beberapa kardus yang sepertinya perlengkapan untuk latihan drama. Ah sial, dia harus bisa jadi cinderella. Lagipula, audisi akan ditutup hari ini dan dia harus bersemangat demi perjuangan pertamanya. Setidaknya ia harus memberikan perkenalan pertama yang baik antara dirinya dan kak Zeno. Dan memberikan kesan yang baik juga tentunya.
Nomor urutnya di panggil, membuat dia tersenyum cerah dan yakin sekali bahwa akan menjadi pemeran utama yang cantik itu. Dara memasuki ruangan, melihat beberapa juri yang merupakan guru seni dan pembina ekstrakulikuler theater. Audisi ini sekaligus mempromosikan ekstrakulikuler tersebut yang tahun ini sudah dua kali menyabet juara pertama di beberapa lomba. Dara tersenyum cerah dan memperkenalkan dirinya.
"Dara? Kamu bisa puisi? Dengan penghayatan ya, saya mau kamu lakukan" ucap pak Bandri, yang merupakan guru seni kelas sebelas. Kumisnya yang lucu membuat anak-anak menjulukinya pak Kumis yang tentu saja langsung digeretnya ke BK karena menganggap menghina dirinya. Murid yang memanggilnya pak Kumis hanya bisa pasrah mendapat sekali teguran di ruang BK. Dara menghela napas dan mulai berpuisi.
"Oh ayah...
Kaulah ayahku..."Dara yang dengan percaya dirinya tersenyum cerah bak gigi yang habis di sikat dengan pasta gigi seharga empat ratus ribu. Sedangkan pak Bandri hanya menggaruk kepalanya yang tak gatal. Dan bu Tera bahkan bu Lia hanya tersenyum kikuk.
"Em, begini, coba kamu akting marah" ucap bu Tera membuat Dara lagi-lagi tersenyum manis lalu dia mulai memikirkan kata-kata apa yang akan memukai juri. Yah, anggap saja dia sedang marah dengan pak Hendra, tukang nasi goreng yang saat itu malah memberi sambal begitu banyak yang membuatnya mesti tak masuk sekolah kebesokkannya.
"Gimana sih pak! Saya beli nasi goreng malah dipedesin, ya sakit perut lah!"
Dara menghela napasnya lalu melihat juri yang tengah berdiskusi. Semoga saja Dara jadi cinderella. Dia harus bertemu kak Zeno pujaan hatinya itu. Sudah pintar, baik, dan tampan lagi, cerdas juga. Kurang apa? Sepertinya kurang jadi miliknya. Setelah selesai berdiskusi yang membuat Dara penasaran, pak Bandri lalu tersenyum kepada Dara.
"Selamat Dara! Kamu berhak menjadi...."
"Ibu tiri cinderella"
"Loh? Pak? Bukannya audisi ini khusus buat jadi cinderella ya? Kenapa saya jadi ibu tiri pak? Lagian emang muka saya judes ya pak?" Tanya Dara beruntun membuat pak Bandri menghela napas.
"Siapa yang bilang? Cinderella udah dapet dari kemarin, ini audisi ketiga buat audisi pemeran ibu tiri dan kakak tiri" perjelas pak Bandri yang membuatnya sukses melongo. Alih-alih menjadi cinderella dia malah ibunya. Ah, gagal cara pertamanya mendekati kak Zeno. Tidak apa-apalah, yang penting masih bisa latihan biasa. Oke, semangat.
***
Melly menghembuskan napasnya kesal saat lagi-lagi Dara menggerutu padanya yang salah memperkirakan jadwal audisi. Siapa yang tahu? Melly kira itu sama saja mau kapan pun harinya, audisinya tetap menjadi cinderella. Sekarang Dara malah marah-marah kepadanya dan berkata bahwa ini semua salahnya.
"Heh, lagipula udah gue bilang buat stop aja ngegebet kak Zeno, lagipula yang jadi cinderella itu Valerie, lo tau 'kan dia cantiknya kaya apa? Dan gue denger-denger si Valerie ini juga suka gitu sama kak Zeno, dan Valerie itu termasuk geng get's yang isinya anak-anak cakep semua, daripada nyari masalah sama mereka mending udahan aja deh" perjelas Melly menutup laptopnya yang tengah ia gunakan untuk menonton drama korea di istirahat kedua ini. Benar juga, Valerie itu sudah tidak diragukan lagi cantiknya. Ibaratkan, Dara dengan Valerie itu bagai bumi sama langit, jauh sekali. Tapi, tidak apa-apa, tidak semuanya dinilai dari keelokkan fisik, Dara bisa kok. Yang ia lakukan hanyalah harus semangat menggapai dirinya.
"Gue belom nyerah, ini masih cara pertama buat dapetin kak Zeno, yah meskipun gara-gara lo gue jadi ibu tiri, tapi bagus juga sih karena di tiap latihan gue masih bisa ketemu kak Zeno, doain ya" Melly yang mendengar ucapan Dara hanya mengerdikkan bahunya tak tahu lagi harus memperingatkannya bagaimana, Dara terlalu rentan untuk sakit hati nanti. Dia pun kembali memakai earphone yang menyambung ke laptopnya lalu kembali membuka laptop dan menonton drama korea kesukaannya. Dan sialnya, bel masuk jam pelajaran ke tujuh sudah berbunyi. Saatnya memulai pelajaran kimia. Atom aja diperhatiin, apalagi kamu.
"Mel, apa gue harus pake tabel periodik unsur ya buat ngeyakinin dia kalo gue berkelas?"
"Lah? Emang kenapa pake segala tabel periodik unsur dalam urusan cinta lo?" Tanya Melly membereskan earphone beserta laptopnya yang lalu digantikan oleh buku paket kimia beserta kawan-kawannya.
"Soalnya 'kan gue bisa hafal tabel periodik unsur, berarti gue juga bisa hafal tentang semua yang ada sama dia"
"Apaan sih, dasar larutan elektrolit lo"
-
Tbc.
Vote
Comment
And
Smile.
Thanks.
-
KAMU SEDANG MEMBACA
DS : Be a Selebgram [END]
HumorBerawal dari ketidaksengajaan Dara yang melihat akun kakak kelas ganteng bernama Alzeno, dia menjadi terfokus pada misinya yang tiba-tiba melintas dalam pikirannya. Menjadi selebgram agar setara dengan kakak kelas ganteng itu. - "Pokoknya tahun ini...