[5] Melly

3.9K 237 31
                                    


    "Hai Melly"

     "Dara? Sejak kapan?"

     "Sejak tahun 1990, ya barusan lah lo kata gua mau kena cacing nelmathelmintes lama-lama disini?"

    "Apa hubungannya, penggorengan"

   Melly duduk disamping Dara menyadarkan punggungnya dan menghela napas. Setidaknya Dara tidak tahu Melly diantar siapa tadi. Dia menekan remote televisi mencari channel yang pas untuk suasana hatinya kali ini. Mengambil minuman kemasan di mejanya yang memang selalu tersedia jika ada tamu, Melly meneguknya cepat karena haus.

   "Lo sama kak Zeno.."

   Byurr! Belum saja Dara menyelesaikan kalimatnya, Melly menyemburkan air dari mulutnya karena tersentak saat ia tengah meneguknya.

  "Salah apa hambamu ini ya tuhan, belom kelar ngomong udah kena ujan"  Melly menyengir saat mendengar ucapan Dara dan mengambil sapu tangan lalu memberikannya. Dara mengelap wajahnya yang basah, Melly dukun atau apa sih? Asal sembur orang saja, untung temen.

   "Lagian lo juga sih, ngagetin gue"

    "Lah? Ngagetin apaan? Gue baru mau nanya, lo sama kak Zeno ngapain berduaan di kantin? Oh atau jangan-jangan..."

    Melly menahan napas, tidak mungkin 'kan Dara tahu kalau Mely berpacaran dengan kakak kelas idola Dara itu? Tidak, tidak mungkin Dara tahu. Melly sudah berusaha menyembuyikannya serapih mungkin.

    "Lo berduaan sama kak Zeno, mau jodohin gue sama dia ya? Ahahaha asik"

    Melly menghela napas pelan, lega. Namun sekaligus tak tega. Dara sebegitu sukanya dengan kak Zeno dan berpikir seperti itu? Lalu ia harus jawab apa? Iya, dia menjodohkannya. Atau tidak, dia hanya duduk bersama? Pilihan kedua sepertinya buruk, Melly dan Zeno tak punya alasan lain selain mempunyai hubungan dekat jika duduk bersama sembari tertawa seperti itu. Baiklah, maafkan semua kesalahan Melly.

   "Iya, gue berusaha yakinin lo buat Kak Zeno biar kali aja dia ngeliat lo terus suka sama lo, hahaha"

   "Serius?! Lo emang sahabat terbaik gue Mel! Sayang deh sama Melly"

  Mendengar itu, Melly hanya bisa tersenyum samar. Mau seberapa lamapun dia menyamar, pasti akan terbongkar. Setidaknya dia tidak mengungkapkan kebenaran sekarang, karena Dara sedang melayang-layang karena jatuh hati begitu dalam. Dia tak yakin akan menyakiti hatinya, dan melukainya.

-

      "Arga!" Arga menoleh saat namanya dipanggil dan melihat gadis lugu itu berlari membawa paper bag ditangannya. Arga tersenyum kecil, sepertinya Dara memang membawa kesan bahagia tersendiri disetiap kehadirannya. Gadis itu, mau tersenyum atau tidak tetap saja lucu.

    "Kenapa?"

    "Mood gue bagus banget karena semalem, dan ini gue kasih kue buatan gue buat Arga seorang, dan Melly juga sih tadi"

    "Oh, ahahah makasih ya dek"

    "Eh apaan lo manggil gue dek?!"

    "Abis lo kaya anak SD tau gak"

    "Arga! Gue udah gede"

    "Iya iya Dar" Arga mengacak rambutnya pelan. Membuat gadis itu menatap wajah Arga yang begitu sempurna. Pantas saja banyak gadis yang mengejar Arga si pemenang olimpiade fisika bulan lalu, wajahnya tersusun rumit namun indah macam rumus gerak parabola.

   "Dih ngeliatin, gue ganteng ya?"

   "Iya"

   "Jujur banget ya ampun" Arga tertawa dan Dara hanya mengerutkan dahinya. Memang benar Arga tampan 'kan? Apa yang salah? Dia hanya mengatakan yang sebenarnya.

   "Ke kelas bareng yuk"

   "Lah? Kelas kita 'kan beda?"

   "Oh iya, keinget film sinetron yang ditonton ibu gue semalem"

    "Emang emak lo nonton apaan?"

    "Kisah cinta remaja"

-

Dara : Hai kak

Zeno : Oh, iya kenapa dek?

Dara : itu kak, kira-kira cara ngapal teks yang cepet gimana ya kak buat latihan drama?

Zeno : anggep aja kamu beneran jadi tokoh itu, jadi kamu bisa rasain jadi dia tanpa hapalin teksnya lama-lama

Dara : eum oke kak, kakak lagi ngapain?

Zeno : eh, udah dulu ya dek ada guru dateng nih

Dara : iya kak, semangat kak

(Read)

    "Kenapa muka lo ditekuk sih? Padahal pak Amin lagi nggak ngajar karena ada acara ke luar kota, bukannya seneng karena lo kebebas dari kimia karena belom ngerjain tugas" ujar Melly sembari memainkan ponselnya tenang. Dara menghela napas, mau apapun topik yang dibahas, kak Zeno tetap seperti itu. Apa dia hanya belum berusaha terlalu keras ya? Ia harus melakukan sesuatu agar kak Zeno tercengang dan kagum melihatnya.

"Kak Zeno kayanya sibuk banget ya, setiap kali gue ngechat dia ada aja halangannya, entah ada guru dateng lah, mau kerja kelompok lah"

"Yaudah sabar aja Dar, semua butuh proses 'kan?" Ucap Melly dan Dara mengangguk pelan lalu tersenyum. Mereka berbincang seperti biasa hingga masing-masing ponsel mereka berbunyi.

Melly melihat ponselnya, sedikit tersenyum kecil namun enggan mengembang karena mengingat Dara yang tadi kesulitan chat dengan Zeno. Ah anak ini, pasti ia berbohong lagi demi tak diganggu.

Zeno ❤ : Chatan yuk?

Melly  : lagi sibuk

Zeno ❤ : yah, jahat banget kaya orochimaru :"

(Read)

Hingga Melly melihat Dara tertawa melihat ponselnya. Dia melirik pelan, mendapati sebuah pesan dari seseorang. Arga? Siapa dia? Melly rasa Dara tak pernah punya teman bernama Arga.

Arga : Dar, masa tadi gue liat mang maman ngupil terus upilnya diliatin terus dicium dan akhirnya masuk ke hidung lagi

Dara : apaan? Ahahahha nggak nyangka mang maman setega itu

Arga : iya 'kan? Gue juga tercengang

Dara : Nonton Boruto lagi yuk pas latihan drama lagi istirahat? Ponsel lo masih penuh 'kan baterainya?

Arga : masih, ok siap bos.

Dan akhirnya Melly tahu, mungkin Arga bisa menjadi jalan pintas untuk Dara melupakan Zeno agar Melly tak terus-terusan merasa bersalah seperti ini. Sepertinya dia harus sedikit membantu mereka dekat agar hubungannya dan Zeno juga baik-baik saja.

-
Kesel sama Melly? Pendukung Arga Dara? Atau Zeno Dara?

DS : Be a Selebgram [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang