Dara meletakkan ponselnya ke meja, menunggu latihan dimulai. Sedari tadi dirinya jengah karena kak Zeno yang ia tunggu-tunggu malah tidak masuk sekolah karena sakit. Padahal ini hari pertama latihan pementasan drama sekolah. Dara melirik sekitar, semuanya sibuk mengobrol atau melihat teks yang telah dibagikan sejak seminggu yang lalu lewat grup drama yang baru saja dibuat di whatsapp. Dia padahal sudah rela bergadang setiap malam demi menghafal teks agar kak Zeno kagum dengannya, bahkan ia sudah belajar di depan kaca.
"Hei" seorang pemuda menyapanya, duduk di sampingnya yang bahkan raut wajahnya mendung seperti cuaca hari ini. Namanya Arga Wicaksana, kelas 10 Ipa 3 yang merupakan lawan debatnya saat acara bulan bahasa beberapa bulan yang lalu. Dara mengeryit pelan, dia sepertinya lupa dengan wajah cowok ganteng berlesung pipi ini.
"Arga ya?" Tanya Dara yang membuatnya mengangguk. Gadis itu tersenyum kecil, meskipun hatinya masih kelam dan begitu mendung. Arga memberinya sebotol minuman elektrolit yang mungkin bisa membuat Dara ceria. Sudah jelas, Arga bagian dari drama.
"Lo ikutan drama sekolah? Jadi apa? Gue gak nyangka lo suka beginian"
"Jadi pengawal pangeran aja, gue emang gak bakal jadi bagian drama kalo gak karena tantangan dari temen-temen licik gue itu" jelas Arga yang memang saat itu tengah jengah karena bermain truth or dare yang padahal sudah tak zaman lagi. Teman-temannya memang sepertinya sudah merencanakan ini semua dari awal dilihat bagaimana Arga yang tak suka dengan acara seperti ini.
"Aneh ya, cowok suka banget main tantangan sampe kaya gini" Dara tertawa kecil membuat Arga sedikit tersenyum. Dia tak terlalu mengenal Dara, gadis ini tak seterkenal Valerie atau secantik Syakilia namun gadis ini cukup ceria. Dilihat dari dirinya yang pernah selalu tersenyum dan tertawa saat Arga lihat di kantin sekolah. Arga bukan penguntit, dia hanya tak sengaja melihatnya. Iya 'kan?
"Itu biasa, bahkan cewek pun pernah jadi bahan tantangan"
"Itu brengsek namanya"
"Ya gue gak ikut-ikutan pas kaya gitu, berarti gue enggak brengsek ya?" Tanya Arga yang membuat Dara mengetuk-ngetukan jarinya ke dagunya nampak seperti orang berpikir.
"Gak tau, kan gue gak deket sama lo"
"Yaudah, deketan yuk"
"Dih? Tadi kepala lo kebentur ya Ga?" Tanya Dara membuat Arga terkekeh pelan karena candaan ringan ini. Pembina ekstrakulikuler drama memasuki ruang audio visual yang dingin karena dipasangin banyak AC dan juga karena cuaca diluar cukup mendung dan berangin. Sepertinya tinggal menunggu hujan saja. Dan Dara menghela napas untuk memulai latihan yang tanpa kak Zeno pujaan hatinya seorang. Sabar, ini namanya ujian cinta. Iya, ujian harap bersabar.
***
"Kak Zeno kenapa segala sakit sih? Huaaa, Melly kenapa sih setiap pengen deketin dia ada aja ujiannya, emangnya dia nilai kkm apa yang dikejar terus-terusan pake segala ada ujian?" Hari ini setelah pementasan drama Dara bergegas pergi ke rumah Melly dan berniat curhat dengannya. Melly yang saat itu tengah berbaik hati bahkan membiarkannya mengobrak-abrik lemari es di rumahnya dan mengeluarkan makanan yang sengaja Melly beli untuk menonton drama korea nanti malam ludes dimakannya. Dan sekarang ia melampiaskan kekesalannya pada Melly? Oh ya ampun, anak ini.
"Stop it okay? Berhenti buat hidup 'lo jadi orang payah yang uring-uringan tiap hari cuman gara-gara kakak kelas ganteng yang bahkan menurut gua gak ada ganteng-gantengnya"
"Ya iyalah gak ganteng, 'lo ngebandinginnya sama Song joong ki atau Justin bieber, ya jauh itumah! Tapi, gatau kenapa setiap liat dia senyum meski cuman di instagram atau lucu-lucuan dari musically tapi gue suka Mel" Dara mendengus kesal, merasa malas dengan sahabatnya yang terus-menerus seperti itu. Kadang mendukungnya bahkan memberinya ide, kadang menyuruhnya berhenti. Melly labil seperti anak SMA. Eh? Memang SMA aduh Dara sepertinya mulai pikun.
"Udahlah sama mang cecep tukang nasi goreng deket rumah 'lo aja, udah kerja loh lebih terjamin"
"Ih apaan, yang ada gue bisa dijadiin kerupuk nasi goreng kali sama dia, dia kan kesel banget kalo gue yang beli"
"Lah emang kenapa?"
"Soalnya kalo gue beli seporsi nasi goreng gua balikin lagi, tuker yang dua porsi dengan harga satu porsi"
"Yeh itumah salah 'lo, jepitan rambut"
"Hehehe, gua kan cuman bercanda dia malah judes banget ke gue yaudah gue judesin balik, eh besoknya gak mangkal depan rumah gue lagi" Dara tertawa kencang membuat Melly rada menghela napas. Punya sahabat seperti Dara macam punya beban hidup yang tak akan kelar.
Melly mendengar notifikasi ponselnya membuat dia berdiri dan mengambil ponselnya di meja meninggalkan Dara sekilas yang tengah makan sembari menonton tayangan televisi yang sedang menyiarkan kartun lucu. Sekilas, Melly murung setelah melihat isi pesan dari sang pengirim.
Zeno ❤ : Gue sakit nih, gak ada niatan jenguk apa?
Dan sekarang ia bingung harus bilang apa pada sahabatnya yang kini tengah senang dan kasmaran dengan kekasihnya sendiri. Haruskah ia menghancurkan harapannya secara langsung? Tidak, Melly tidak yakin bisa melakukan itu. Setidaknya dia harus menyuruh Dara berhenti dengan cara lain agar tak melukai hati sahabat tersayangnya itu. Mengapa serumit ini sih? Lagipula ini salah Melly yang memilih untuk merahasiakan hubungan antara dirinya dan Zeno agar tak jadi masalah dengan fans-fans brutal Zeno yang sudah siap dengan mulut mereka yang tajam. Tapi ternyata, jika diam-diam seperti ini masalahnya bukan dari luar, tapi dari hubungan persahabatannya. Semoga semuanya akan baik-baik saja. Semoga. Dia harus tetap merahasiakannya.-
Tbc.
Vote
Comment
And
Smile.
Salam Dara, Melly, Zeno, dan Arga❤.
KAMU SEDANG MEMBACA
DS : Be a Selebgram [END]
HumorBerawal dari ketidaksengajaan Dara yang melihat akun kakak kelas ganteng bernama Alzeno, dia menjadi terfokus pada misinya yang tiba-tiba melintas dalam pikirannya. Menjadi selebgram agar setara dengan kakak kelas ganteng itu. - "Pokoknya tahun ini...